Setelah mengantar Hajime pulang Nagito kembali ke tempat kerjanya. Ada waktu setengah hari untuk mereka mendinginkan kepala masing-masing.
Malamnya. Hajime tetap melakukan tugasnya sebagai seorang istri, ia menunggu suaminya pulang ke rumah dan sudah memasak makan malam untuknya.
Nagito tidak mengatakan apapun. Suaminya itu makan tanpa mengucapkan satu patah katapun. Hajime sebenarnya ingin membiarkan situasi canggung ini terus berlangsung, lebih baik begitu daripada bertengkar seperti tadi siang.
Namun entah kenapa ucapan Nanami terus terngiang di kepalanya----Pasangan takdirnya sendiri berkata apabila dirinya sudah mencintai orang lain. Orang lain yang di maksud siapa lagi kalau bukan: Komaeda Nagito?
Perkataan wanita itu mulai mengusiknya sampai tidak mampu di pendamnya sendirian.
"Hei Komaeda," panggilnya sedikit berhati-hati. "Aku tahu aku bodoh karena mempertanyakannya di saat yang tidak tepat seperti ini. Kalau kau tidak mau menjawabku.....kau tidak perlu menjawabnya," sambungnya tanpa memperdulikan apakah lawan bicaranya sudah meresponnya atau belum.
Nagito meletakkan sumpitnya. "Asal kau tahu. Aku masih belum bersedia menceraikanmu," ketusnya seraya melihat ke arah lainnya. Padahal dia masih belum mendengar pertanyaan tersebut. Namun pria muda itu sudah duluan merajuk--- hanya di saat seperti ini. Hajime di ingatkan kembali perbedaan umur mereka.
"Tenang saja. Bukan itu yang mau kutanyakan."
Hajime tersenyum lemas. "Apalagi aku sudah tidak berniat berpisah denganmu," tambahnya yang langsung membuat wajah Nagito berseri setelah mendengarnya.
"Sungguh!!?"
Suara Nagito langsung menggema di rumah yang luas tersebut. Diikuti dengan suara hentakan meja dan kursi yang berguser mundur sampai terjungkal ke belakang. Karena tiba-tiba Nagito berdiri dengan giatnya.
Wajah Nagito menjadi terlihat lebih kekanakan ketimbang biasanya. Hajime tertegun sejenak melihat reaksi yang jauh di luar dugaannya tersebut----ia sama sekali tidak pernah menyangka. Nagito serius tidak ingin berpisah dengannya?
Hajime mengangguk kecil. "Sebagai gantinya. Mau kah kau berjanji untuk tidak meninggalkanku untuk selamanya? Walaupun itu berarti kau juga harus meninggalkan pasangan takdirmu yang belum kau temukan."
"Oh tenang saja! Aku tidak peduli pada orang selain dirimu." Nagito berjalan cepat menghampiri istrinya yang memandangnya aneh. Ditariknya Hajime dari kursi lalu di dekapnya dengan erat. Istrinya yang masih binggung akan perubahan sikapnya yang terlalu tiba-tiba tersebut, hanya membiarkannya.
"Selama ini aku selalu menahan diri. Maaf! Aku hanya tidak ingin menyakitimu," Nagito membelai rambut bagian belakang istrinya yang berdiam diri mendengarkan pengakuannya.
"Aku mencintaimu! Sangat amat mencintaimu sampai aku takut kalau kau membenciku karenanya."
"Ko-komaeda?" yang di panggil namanya malah mulai menangis sambil mengeratkan pelukannya.
"Tapi....sejak kapan? Kukira selama ini kau menjaga jarak dariku," tanya Hajime.
"Mana aku tahu?" sekali lagi jawaban Nagito di luar dugaan.
"Mulanya aku tidak punya perasaan apapun padamu. Lalu entah sejak kapan aku jatuh cinta pada senyumanmu. Bagaimana caramu membangunkanku, kenyataan bahwa kau bersedia menungguku di rumah selama aku sibuk di luar sana. Dan yang lebih penting lagi adalah bagaimana kau membuat rumah ini menjadi rumah yang selalu kuidamkan!!"
"Hanya kau seorang tidak ada yang lain! Aku yakin apabila kita tidak di lahirkan di keluarga papan atas sekalipun. Asalkan kau adalah istriku, rumah ini masih sama mewahnya!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter Sweet Moments
FanficHanya sekumpulan cerita KomaHina (Komaeda x HInata) Ini dibuat pada waktu senggang dengan alur cerita yang ringan dan langsung pada intinya. WARNINGS: Mature Contents! Boys Love! Vulgar Languanges! (18+)