Keluar!!

205 16 1
                                    

Nirina dan Titania sama-sama menunggu John yang izin ke dapur untuk mengambil beberapa camilan. Keduanya asik berkutat pada pikiran masing-masing. Meski entah itu karna persoalan apa.

"Rio lama amat, ya?" Lirik Titania setengah berjinjit ke arah dimana seharusnya Rio keluar.

Nirina mengikuti pandangan Titania, "Kak John juga lama, gue 'kok khawatir ya?" Ujar dengan kerutan di dahi.

***

"Lo batu apa ga ngerti bahasa Indonesia, sih?" John menunjukkan ekspresi dinginnya.

Rio diam, pikirannya masih berusaha membuat alur cerita dengan apa yang ia lihat sekarang. Mungkinkah Ariska ada hubungannya dengan ini semua?

"Apa hubungan lo sama Ariska!?" Tanya Rio kemudian. Tangannya gemetar, perlahan-lahan keringat turun ke pelipisnya.

John berbalik, melihat puluhan atau mungkin ratusan foto Ariska yang ia tempel sendiri di tembok.

"Menurut lo?"

Rio mengepal jemarinya rapat, rasanya ia ingin membanting dan membunuh lelaki di depannya sekarang juga. Ariska sudah pergi, adiknya itu sudah diberada ditempat seharusnya, kecelakaan kebakaran yang terjadi di sebuah kampus, membuah nyawa adik Rio harus terenggut. Hanya saja, selama pemakaman, Rio tidak pernah melihat sosok John.

"Lo penguntit ade gue?" Tanya Rio lagi.

Terdengar suara John yang tertawa, "Gue pacarnya, kenapa?" Lelaki itu berbalik, dengan satu tangan yang diselipkan ke dalam saku celananya.

Sejenak Rio ingat sesuatu. Hari itu hujan, dan Ariska baru pulang jam 8 malam, diantar seorang lelaki jangkung dengan jaket kulit hitamnya. Lelaki itu dimaki habis-habisan oleh Ayah Rio, lalu lelaki pengantar Ariska pergi, sedangkan Ariska menangis tersedu-sedu.

Mungkinkah lelaki itu adalah John?

"Kalo lo pacarnya, kenapa lo ga dateng waktu pemakaman Ariska?" Rio mulai merasakan kehadiran John membuat dampak buruk bagi Ariska. Dan mungkin saja, John-lah yang membuat tubuh Ariska hangus terbakar, sampai tak berbentuk.

"Urusan itu, urusan gue."

John mengeluar pistol kecil dari saku celananya. Satu tembakan ia arahkan ke Rio, dan nyaris saja mengenai Rio.

DOOORR!!!

Rio menghindar, mundur selangkah demi selangkah. Beberapa kali ia menengok ke belakang, berjaga-jaga agar ia tidak terjatuh.

"Lo tau? Ariska gak pernah mati kebakar Rio," John melangkah dengan sangat menakutkan, tangannya masih memegangi pistolnya itu.

"Ariska, selalu sama gue ... yang dikubur itu, bukan Ariska ... tapi mahasiswi lain,"

John berhenti bergerak, salah satu kakinya menekuk. Ia berlutut, mengambil salah satu foto Ariska yang tergeletak di lantai.

Penjelasan singkat John, sedikit membuat Rio tersentak, bahkan ia tak mampu bergerak lagi. Jadi, selama ini yang di kubur bukanlah Ariska? Tapi korban lain? Melihat John yang masih fokus memperhatikan foto Ariska, membuat Rio terpaksa memukul kepala John dengan drum formalin yang ada disampingnya.

***

Ariska diam mematung di depan John. Perempuan itu terlihat sendu dan pucat. Sebuah kotak besar ia berikan pada John yang jelas membuat lelaki itu terkejut.

"Ini apa?" Tanya John ragu.

Ariska menggigit bibir bawahnya, takut, sekaligus sedih yang ia rasakan sekarang.

"Kita putus, Kak."

John diam bergeming, mencerna semua hal yang dikatakan Ariska.

Magique MirrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang