Because of Beauty

237 19 1
                                    

Rupa Nyonya Flo dengan yang di figura dan dengan yang ada di bayangan Nirina. Sangat berbeda. Ia bukan sosok wanita cantik, melainkan wanita monster yang sangat menyeramkan. Terdengar suara ringisan sedih dari mulut Titania. Nyonya Flo menoleh, memperlihatkan wajahnya semakin jelas. Ia tersenyum rapuh, seakan-akan kulitnya aka terkeropos dalan sekalo gerakkan.

Kek Guna mendesah pelan, "Kalian pasti kaget," ujarnya kemudian tiga remaja di belakangnya mengangguk ragu.

Dengan tangannya Kek Guna memberi aba-aba kepada Rio, Nirina dan Titania untuk mengikutinya keluar ruangan. Mereka di persilahkan duduk di sofa biru yang ada di ruang tamu. Sofa biru yang menghimpit karpet beludru biru dengan lantai.

"Mari kita mulai ceritanya,"

***

Dengan langkah berat Nirina melangkah menyusuri koridor sekolah, yang semakin lama semakin terasa sangat panjang. Matanya berkantung karena semalam ngebut mengerjakan tugas Bahasa Jepangnya. Di lihatnya jam tangan yang melingkari pergelangan tangannya. Masih ada waktu 10 menit untuknya tertidur sebentar sebelum pelajaran pertama di mulai.

Dari depan, ia bisa mendengar langkah kaki beberapa orang yang berlari. Entah apa yang terjadi, Nirina tidak peduli, ia masih menikmati tidurnya sambil berjalan.

"Misi."

Suara sinis menyebalkan terdengar di depannya. Dengan berat hati, Nirina membuka matanya, mencoba untuk melihat siapa yang mengucapkan kalimat tadi dengan sangat tidak sopan. Matanya berputar malas, melihat Lisa sudah berdiri sambil bersedekap membuat kepalanya pusing dan ingin muntah. Wajah Lisa yang biasanya bulat sekarang terkihat oval, entah karna efek mengantuk atau memang begitu.

Lisa masih berdiri di depan Nirina, ia sudah menyiapkan ejekan untuk perempuan di depannya ini. Ia menunggu reaksi Nirina sambil memainkan kuku berpoles biru dengan manik permen di bagian kuku jari manis.

"Muka lo oval," celetuk Nirina asal saking ngantuknya.

"Oplas ya lo." Nirina seperti orang mabuk yang meracau dengan asal-asalan.

Sesaat rahang Lisa mengeras, bahunya juga terlihat membeku sedetik. Lisa tertawa hambar, ia berusaha tenang.

"Oplas? Please kalo iri gak usah bikin rumor gopean gitu, dong!"

Nirina menarik dagu Lisa. Memperhatikan setiap inci dari wajah Lisa. Pipi yang biasanya terlihat sedikit menggembung, kini terlihat tirus. Garis pipi yang bengkok di dagu sekarang jadi lurus, membuat dagunya terlihat rapih. Bibirnya yang biasanya terlihat pucat, sekarang merah bukan karna lipstick ataupun liptint. Alis Lisa, jangan di tanya lagi, terlalu rapih. Nirina juga baru menyadari kalau gigi Lisa jauh lebih putih dari yang dulu, letak giginya yang rapih dan putihnya sangat tidak wajar dengan kebiasaan Lisa yang sering memesan Moccha latte.

"You, plastic." Nirina lalu melangkah melewati Lisa dengan perasaan kantuk yang luar biasa.

Menyisakan Lisa yang masih ternganga kaget, dan tak tau harus membalas apa.

***

"Istri saya itu dulunya model, Nak! Dia itu udah langganan ikut Milan Fashion Week, namanya festival Fashion di Beijing atau Hongkong itu udah biasa. Dia juga udah mulai terkenal di Paris. Ya, itulah istri saya.

Suatu hari, ada seorang fans dia, yang datang waktu istri saya ada pemotretan buat majalah NYLON Dan fans dia itu ngasih hadiah karangan bunga sama cermin. Cermin itu berukiran tulip, dan itu yang kalian bawa sekarang."

Nirina, Titania dan Rio berbarengan menatap cermin tulip yang ada di tangan Nirina.

Kek Guna menghela nafas. "Istri saya suka banget sama cermin itu, sebelum naik ke catwalk, dia pasti ngaca pake cermin itu dulu, mau ngapain aja dia pasti bercermin dulu."

Magique MirrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang