Surprise!!!

219 15 1
                                    

Titania memejamkan matanya, berpura-pura tidur agar Mamanya mengurungkan niatnya untuk mengajak Titania makan malam. Ia rapatkan tubuhnya saat pintu kamarnya terbuka, terdengar suara Mamanya yang sedang berbincang dengan seseorang di sebrang sana via telepon.

"Wah mas, Tita udah tidur, dia kayaknya capek banget! Tadi pulang sore, abis ngerjain tugas," ujar Mamanya sembari menutup pintu kamar Titania.

Titania bangun, lalu mengejar Mamanya dan merebut telepon rumah nirkabel yang di pegang Mamanya.

"Eh! Eh! Tita!" Jerit Mamanya terkejut.

"Papa!" Sapa Titania dengan nada seceria mungkin.

"Eh? Titania! Ya ampun Papa kaget, lho!"

Jantung Titania berdegup gugup saat mendengar suara berat Papanya. Setelah sekian lama, akhirnya Papanya itu menelepon lagi. Titania akan melakukan rencananya, rencana yang sudah ia rancang sejak lama.

"Pa, tiga hari lagi 'kan ulang tahun Mama, Papa pulang dong! Kita rayain bareng-bareng! Berapa tahun aku gak ketemu Papa? Lagian aku pengen jalan-jalan lagi sama Papa!" Pinta Titania manja sekali.

Shintya—Mama Titania—langsung menoleh saat mendengar permintaan Titania. Matanya mengisyaratkan agar Titania menarik permintaan itu. Namun, Titania justru membantah dan memeletkan lidahnya pertanda tak mau.

"Apa, Pa? Yeay! Oke Tita tidur dulu, ya! Tita sayang Papa, muah!" Titania lalu memberikan telepon itu kepada Mamanya sebelum ia berlari ke kamarnya dan—berpura-pura—tidur. Padahal ia bersembunyi di balik pintu kamarnya.

"..."

"Tapi, Mas? Aku gak mau Tita yang kena, cukup aku aja,"

"..."

"Mas,"

"..."

"Aku oke oke aja 'kok kalo mas gak ada di ulang tahun aku!"

"..."

"Oke oke aku ikutin permintaan Tita, tapi aku mohon jangan sampai Dinda dan anaknya tau, Tita satu sekilah sama anaknya, ingat!"

"..."

"Oke, selamat malam juga, Mas!"

Satu kata, Penasaran. Titania sangat sangat penasaran. Siapa itu Dinda dan siapa teman satu sekolahnya yang menjadi anak Dinda dan apa hubungannya dengan kedua orang tua Titania.

Malam ini, Titania tidak akan bisa tidur nyenyak.

***

Hari yang di nanti-pun tiba, tepat di hari Selasa Shintya genap berusia 45 tahun. Titania sudah bangun di pagi buta, tak sabar untuk bertemu Papanya. Hampir 7 tahun ia tidak bertemu Papanya. Setidaknya, Titania akan merasa bahwa Mamanya ini tidak berbohong.

Seragam sekolahnya sudah melekat rapih di tubuh Titania. Bandana biru ia kenakan, menandakan kalau hari ini pasti hari kebahagiaannya. Setelah berpamitan dan mengucapkan selamat ulang tahun kepada Mamanya, Titania-pun berangkat dengan Pak Joko sebagai supirnya.

Sampai di depan gerbang, Titania turun. Ia menoleh ke kanan, terlihat Lidya dan beberapa temannya yang lain yang juga baru turun dari mobil antaran mereka masing-masing.

"Taniaaa!" Panggil Lidya lalu merangkul Titania.

"Ciyee dianter doi?" Goda Titania dan di sambut dengusan malas Lidya.

"Bukan elah! Itu bokap gue, gue sengaja minta dianter, soalnya beliau hari ini mau berangkat dinas ke luar negeri,"

Titania mengangguk sambil membulatkan mulutnya pertanda mengerti. Mereka-pun jalan beriringan menuju kelas masing-masing. Lidya di kelas IPA 2 sedangkan Titania di IPS 1. Setelah berpisah dengan Lidya, Titania melangkah memasuki kelasnya.

"Ciyee seneng banget, mbak!" Sambut Nirina yang sedang mengutak-atik pulpennya.

Titania menunjukkan cengiran khasnya, "Bokap gue mau pulang hari ini! Seneng bangetlah gue!"

"Oh ya? Wah selamat kalo gitu! Akhirnya rindu yang membendung di kalbu hilang sudah!" Ujar Nirina dengan tangan yang di tempelkan ke dadanya.

"Sok puitis lo! Hahaha,"

"Biasalah, PR Bahasa bikin gue begini,"

***

Titania turun dari mobilnya dengan gontai. Pelajaran hari ini membuat mood-nya turun drastis. Saking tidak mood-nya, Titania sampai tak sadar ada mobil asing yang terparkir di carport. Ya, itu adalah mobil Papa-nya.

"Capek banget nih?"

Titania mendongak, matanya membulat dan berbinar senang kala ia melihat Galih—Papanya—sudah berdiri di depan pintu menyambutnya.

"Papaaa!!"

Titania melompat dan langsung memeluk Papanya itu. Rindu yang selama ini terikat di hatinya, akhirnya terlepas juga. Pelukan Papanya tidak berbeda, masih sama.

"Langsung berangkat aja, yuk!" Ujar Shintya di balik tubuh Galih.

"Kita mau kemana?" Tanya Titania bingung.

"Ngerayain ulang tahun Mama, lah! Ayo!" Galih memeluk erat Titania sambil menuntunnya masuk ke dalam mobil.

Mereka berencana akan makan malam di sebuah restoran mewah yang berada di hotel ternama di Jakarta. Titania sangat bahagia, bahkan sampai kakinya menginjak hotel tersebut. Meski ia belum berganti baju, tapi ia tetap senang. Tak sedikitpun celah ia berikan diantara dirinya dan Papanya. Ia terus memeluk Papanya itu.

***

"Ma! Ma!" Baju baru Dinda di tarik oleh anak perempuan sematawayangnya.

Hari ini Dinda sedang melakukn reservasi kamar untuk anak lelakinya yang akan pulang ke Indonesia dari Australia. Anak lelakinya itu memang pintar menghabiskan uang, bukannya tinggal di rumah, ia justru memilih tinggal di hotel. Malas dekat dengan adik-adiknya katanya.

"Aduh! Apa sih, Kak?! Baju Mama rusak deh!" Protes Dinda kesal pada anaknya.

"Ih Mama! Nanti dulu deh ngurusin reservasi kamar Abangnya! Liat dulu itu! Itu Papa, kan?!"

Anak perempuan Dinda menunjuk kearah Galih, Titania dan Shintya. Dinda melihatnya, wajahnya memerah. Matanya mulai berair.

"Tuh! Papa tuh masih berhubungan sama cewek gatel itu! Dan—anak itu! Itu itu! Itu temen sekolah aku, Ma! Ayo kita lab—"

"Gak usah, Kak." Dinda menahan anaknya.

Tak mampu berkata apa-apa lagi, Dinda-pun memilih untuk meninggalkan hotel itu secepatnya. Yang kemudian di kejar anaknya.

"Mama!"

•••M-M•••

A/N

Happy MONsterDAY!!!

Jangan lupa kritik & saran!

Magique MirrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang