Florence Hutagalung

253 23 1
                                    

Nirina melihat plang jalan berwarna putih yang di patok di jalan beralas batu alam di sepanjang perkomplekan rumah mewah ini.

Jalan mawar 07, Blok D, Nomor 4.

Sekarang terlihat sebuah rumah bergaya klasik, dengan ornamen kayu di setiap sudutnya. Pagar hidup begitu segar sejauh mata memandang. Mesin penyiram rumpit bergerak memutar searah jarum jam.

Seseorang keluar lewat pintu berdaun dua, dengan gagang berwarna emas.

Seorang perempuan cantik, dengan pakaiannya yang terbilang sangat mewah dan tentunya mahal. Tas merk nomor satu di Paris, baju yang pernah di peragakan di Fashion Week di Milan, sepatu yang di pahat tangan dan pernah masuk lelangan mahal di Hongkong, semuanya ia punya.

Dan tentunya wajah yang sangat-sangat cantik. Berpoles kosmetik dengan porsi yang pas, perempuan itu masuk ke dalam mobil putih yang menunggunya selama beberapa menit tadi.

Lalu, mobil itu melintas pergi melewati gapura besar dengan hiasan kuda putih besar di kiri dan kanannya.

Sekali lagi Nirina mengingat bayangan yang ia dapat tempo hari. Ia yang duduk di kursi penumpang di samping Rio—sang supir—dan Titania yang duduk di kursi penumpang tengah.

"Lo yakin di kompleks Indah Ayu?" Tanya Rio sekali lagi.

Nirina mengangguk mantap. "Satu-satunya perkomplekan rumah mewah, dengan patung kuda putih di daerah sini, kan cuma di situ,"

"Siapa tau itu sebenernya di luar kota Jakarta, Rin?" Ujar Titania meragukan.

Nirina mendengus lalu menatap temannya seolah berkata agar Titania tidak membuatnya patah semangat dulu. Dan Titania hanya mengibaskan tangannya lalu beralih pada pemandangan di luar mobil.

Titania hanya berusaha percaya setelah apa yang kemarin ia rasakan. Aneh rasanya, mengingat itu hanyalah cermin biasa. Namun, ia kembali memikirkan mengenai hal melihat masa lalu, ia rasa ada hal yang perlu ia lakukan dengan fakta itu. Ya, ada.

Rio bersenandung mengikuti irama lagu yang di putarkan playlist mobilnya. Lagu sebuah band beranggotakan 5 orang yang berasal dari Australia itu membuat semangatnya sedikit naik, meski kemacetan membuat ketiganya mendengus kesal.

Setelah beberapa saat berkarat di tengah kemacetan, akhirnya mereka memasuki kawasan Griya Indah Ayu. Dimana rumah mewah para pengusaha dan artis berada. Rio menurunkan kaca jendelanya, ia menyapa satpam berpakaian serba hitam itu. Satpam itu melihat ke dalam mobil Rio, setelah memberikan kartu akses pinjaman, satpam itu-pun mempersilahkan Rio untuk masuk.

"Ini blok A, kita mau ke blok D, kan?" Rio bertanya memastikan, lalu mendapat anggukkan betul dari Nirina.

Ia memutar setirnya, memasukki blok demi blok di perkomplekkan ini. Lokasinya yang cukup luas, membuat ia sedikit bingung. Sampai akhirnya mereka sama-sama tersenyum saat memasuki kawasan blok D.

Titania dan Nirina yang tidak menyetir membagi tugas mereka untuk melihat plang yang tertancap di setiap depan rumah. Nirina bagian kiri, dan Titania bagian kanan. Rio mengemudikan mobilnya pelan-pelan dan di pinggir. Ia tidak peduli harus di kalkson berkali-kali oleh mobil putih di belakangnya.

"Ck!" Ia membuka jendela mobilnya. "Maju duluan, Pak!" Teriaknya sambil menyembulkan kepalanya keluar. Mobil putih itu melaju mendahului mobil Rio, mata Rio masih mengikuti kemana mobil itu berhenti, dan matanya memincing begitu membaca plang putih tepat di samping mobil putih yang sudah terparkir itu.

Berbarengan dengan itu, seorang lelaki tua dan seorang perawat keluar sambil memapah seorang wanita tua yang rapuh. Namun bukan itu yang menarik perhatian Rio, melainkan plangnya.

Magique MirrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang