𝕥𝕨𝕖𝕟𝕥𝕪 𝕠𝕟𝕖

302 71 22
                                    














Chris pov*

Harry dan aku terus berjalan ke sekeliling goa ini, hingga kami menemukan sebuah pintu berbentuk bulat yang memiliki tujuh ular sebagai motif dari pintu yang terkesan kuno itu.

Aku memandang Harry dan ia juga memandangku, kami mencaritahu bagaimana cara membuka pintu ini.

"apakah parseltoungue akan berhasil juga untuk pintu ini, Chris?" Harry bertanya.

"aku tidak tahu Harry, mengapa tidak kau coba saja?" kataku pada Harry.

toh mencobanya juga tidaklah merugikan.

Harry mengangguk. Kemudian ia mengatakan 'buka pintunya' dalam parseltoungue. Tentu saja hal itu terdengar normal di telingaku dan Harry.

Setelah Harry mengucapkan kalimat pendek tadi, terdapat satu motif ular yang bergerak mengelilingi motif ular lainnya sehingga pintu itu terbuka.

Kami berdua masuk bersamaan melalui pintu luas yang terbuka.

aku cukup yakin jika basilisk memiliki diameter yang sama seperti pitu bulat raksasa itu.

ruangan hijau zamrud besar terpampang di depan kami. patung patung kepala ular raksasa berbaris di sisi kanan dan kiri, seperti mengawal kami menuju patung kepala lelaki tua ukuran besar yang aku yakini sebagai Salazar Slytherin.

semuanya terkesan menyeramkan, ditambah lagi dengan penerangan yang remang membuat ruangan ini terlihat seperti rumah hantu dunia muggle.

Dan jangan lupakan baunya yang busuk. aku benar-benar tidak tahan berada disini.

"Harry bukankah itu Ginny?" aku menunjukkan arah pada Harry yang sedang mencarinya.

"kurasa kau benar Chris. itu benar-benar Ginny!" Harry berlari dan melempar tongkatnya sembarang

mengapa ia harus melemparnya? entahlah, tapi kurasa skenario ini tidak asing.

aku menepis pikiran ku, dan segera berlari menuju tempat Ginny berbaring.

nampaknya ia tidak sadarkan diri.


Tangan Ginny sedingin es, aku meniup tangan Ginny dengan hembusan nafasku berharap agar ia bisa lebih hangat. begitu juga dengan Harry, ia melakukan hal yang sama.

Tapi semua itu percuma, aku
menyadari jika hal yang kami lakukan tidak mengubah suhu tubuh Ginny sedikitpun.

Aku pun merapalkan mantra penghangat pada tubuh Ginny, tapi mantra itu malah membuatku terhempas, seperti ada sihir yang membuat tubuh Ginny membeku seperti es.

Dan aku yakin memang ada sebuah sihir yang menyelimutinya

"Harry, kurasa Ginny sedang terpengaruh oleh sihir. Sebuah sihir yang kuat." ucapku pada Harry yang menolongku untuk kembali berdiri dari hempasan tadi.

seluruh tubuhku rasanya sakit. dan kepalaku terus saja membuat pandanganku berputar. seperti ada kilas balik yang terjadi disana.

tak lama kemudian hal itu berhenti, dan datanglah seseorang secara tiba-tiba entah darimana.

[1]  𝐑𝐀𝐕𝐄𝐍𝐆𝐑𝐄𝐄𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang