Japan Night

2.2K 134 6
                                    

  Tzuyu melangkah malas. Kakinya sudah meronta ingin istirahat. Pundaknya pegal karena terus menggendong tas ransel berbobot 5 kg. Berisi macam-macam buku, kaus kumal, celana lusuh dan segala peralatan diri yang sudah mungkin hampir sebulan tidak dicuci. Dan jangan lupakan tas kecil berisi kamera yang selalu berselempang di depan dada. Menjadi seorang backpacker amatir membuatnya telah mengunjungi beberapa negara.

  Sekarang ia berada di ibukota Jepang. Tokyo. Orang-orang berlalu lalang memenuhi jalanan, lampu kelap-kelip tak pernah padam ketika malam, penjual makanan selalu ramai dikunjungi orang yang bersilih bergantian.
 
 
  Tzuyu berjalan sendirian di keramaian kota, mencari penginapan murah untuk bermalam dan beristirahat sebelum kembali menjadi seorang pejalan. Di sudut kota ramai, ia menemukan sebuah hotel yang menawarkan harga murah. Pas sekali dengan kantongnya yang nyaris tak kuat untuk hidup seminggu di sini lagi. Ia harus segera meninggalkan negara ini.
 

  Ia memasuki hotel yang bernama "hotel melati" masa bodoh dengan nama ia langsung melenggang masuk menuju resepsionis. Walaupun Tzuyu telah 3 bulan di Jepang tak ada kata Jepang yang ia mengerti selain konnichiwa, itadakimasu, dan aishiteru.  Selama petualangannya di Jepang ia hanya menurut arah mata angin dan kehendak hati ingin melangkah. Untung saja si mbak-mbak mengerti sedikit bahasa Inggris.

Sebelum masuk ke kamar hotel Tzuyu disuruh memencet tombol yang berisikan foto-foto seksi yang ditampilkan di layar yang ada di ruangan resepsionis. Ia tak mengerti sama sekali apa maksud dari tulisan itu, karena semua tertulis dalam bahasa Jepang dan huruf-huruf Jepang. Tzuyu hanya asal memencet, menghiraukan tulisan serta foto-foto seksi wanita Jepang. Setelah selesai urusan pejet-memencet ia disuruh membayar. Lumayan murah. Ia bersyukur dalam hati. Ia diberi sebuah kunci dan di tunjukkan sebelah mana kamarnya dengan bahasa tubuh. Setelah paham setengah tidak ia menyusuri ruang-ruang kamar.

Tzuyu membuka kamar hotel. Ia terpana, dengan biaya sedikit murah ia bisa menginap di kamar se-nyaman dan se-bersih ini. Tzuyu segera meletakkan tas nya dan menjatuhkan diri di kasur empuk yang bisa ia tiduri selama beberapa jam kedepan.

  Tzuyu mencari buku bacaanya, sebelum tidur lebih baiknya membaca beberapa halaman. Setengah halaman membaca dan berimajinasi Tzuyu dikejutkan oleh penampakan wanita cantik yang ke luar dari kamar mandi di dalam ruangan itu. Ia hanya acuh mungkin si mbak-mbak pembersih kamar hotel, namun setelah lima belas menit ia terpaku dalam buku, si wanita tidak kunjung keluar malah duduk santai di pinggir ranjang. Tzuyu sedikit melirik si wanita.  Tubuh sempurna, rambut tergurai indah berwarna hitam, bibir tergincu merah dan jangan lupakan pakaian seksi yang dikenakan. Kenapa wanita secantik ini menjadi tukang pembersih hotel? Pikirnya.

Merasa dilihat sedetail itu si wanita mengucapkan sebuah kalimat.

"Apa yang kamu lakukan?" Si wanita berucap sambil melihat Tzuyu.

"Aku? Aku sedang membaca buku." Ucap Tzuyu santai sambil terus matanya tertuju pada tulisan-tulisan kecil di depannya.

Selama setengah jam, mereka berdua tetap pada aktivitas masing-masing.
Tzuyu yang sibuk membaca dan Si Wanita yang sibuk memperhatikan Tzuyu.

  Merasa kantuk telah menyerang, Tzuyu menutup buku dan menuju ranjang. Si wanita telah siap-siap untuk melayani si pelanggan.

Tzuyu merebahkan diri di kasur empuk. Tzuyu yang kebingungan kenapa mbak-mbak pembersih hotel tidak segera pergi malah memandang dirinya dengan mata yang begitu takut.

"Apakah anda tidak ingin segera ke luar kamar ini?" Tanya Tzuyu.

"Kenapa aku harus pergi, bukanya aku harus tidur denganmu malam ini?"

"Anda ingin tidur denganku? Bukankah pekerjaan diluar sana mu menunggu?"

"Pekerjaan apa?" Tanya si wanita yang juga bingung dengan pertanyaan si pelanggannya.

TWICE ONESHOOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang