You are my medicine 1

386 42 2
                                    

Hari ini adalah hari buruk sekali bagi seorang Chou Tzuyu. Sudah jatuh ketiban tangga pula begitulah menurut peribahasa untuk menggambarkan keadaan Tzuyu sekarang. Hari ini dia sudah mengeluarkan banyak uang untuk pertarungan sengit antara dia dan Song Jongpal. Jongpal adalah musuhnya dari awal tahun ketika ia masuk ke dalam turnamen ring ini. Jutawaan won telah keluar dari atmnya. Dan kini tangannya terbalut perban karena mengalami cidera tangan yang agak serius.

“Menurut UUD usia diperbolehkannya menikah adalah 19 tahun, aku kini 27 tahun. Ya ampun overload sekali aku ini”

~ ...Ayo bapak ibu bapak yang punya anak bilang aku, aku yang telah malu pada temanku karena hanya diriku yang tak laku-laku...~

Chou Tzuyu, 27 tahun, Lulusan S3 Hukum Universitas Singapore. Memang secara akademis dia pintar tapi secara lainnya masih perlu belajar apalagi percintaan.

Tzuyu bergumam sendirian merenungi nasib sialnya. Pukul 1 dini hari, dia pulang melewati tepi jalan raya yang sepi seperti hatinya.

“Aku lulusan S3 Hukum bukannya jadi advokat, pengara atau hakim aku malah jadi pemain tinju. Haha”

“Tapi ini bukan pekerjaan ini hobi!” Ketus dia tegas sekali.


“Agkjkkhjhkkjhkhkhkhkh!!!!!!” Jerit Tzuyu di keheningan malam. Tangan kanannya terasa akan copot dari tubuhnya saat itu juga.

“Eh, maaf-maaf aku gak sengaja” pinta maaf dari seseorang yang menabrak Tzuyu.

“MAAF KAMU HAH!!! YA AMPUN TANGANKU MATI RASA!!!”

Wanita itu pun menepikan sepedanya agar tidak menganggu pejalan lain.“Gak usah teriak-teriak aku gak tuli” Ucap orang itu mendekati Tzuyu dan meraih tangannya untuk di cek.

“Tanganku……” Ucap Tzuyu lirih. Tak terasa air mata meluncur di pipinya tapi sesegera mungkin dia hapus karena gak mau kelihatan lemah pada hal sepele.

Tzuyu memperhatikan wanita yang sedang mengolak-alik, menekan-nekan dan memijat-mijat tangannya. Hari ini gak jadi hari buruk untukku, batin Tzuyu. Aku menemukan bidadari hari ini.

“Sebelumnya tanganmu sudah cidera kan?” Tzuyu mengangguk. “Dan maaf aku semakin memperparah cidera tanganmu”

“Nona.. maafkan aku, tetapi bicara anda terlalu santai untuk diucapkan pada tanganku yang semakin parah” Tzuyu ingin marah tapi tak bisa karena dia berbicara pada bidadari. Dia takutnya kalau dia marah bidadari malah takut dan kembali ke kayangan. Oh Nooo….. Dia milikku bukan milikmu dia untukku bukan untukmu!

“Aku akan bertanggung jawab.”

“Dengan apa??”

“Datanglah kerumahku..”

Ya ampun secepat inikah? Aku belum siap, sekarang tanganku masih cidera, bagaimana bisa nanti aku dan dia akan melakukan hal itu……

“U-un..tuk apaa aku kerumahmu dini hari begini?” Tanya Tzuyu mencoba menghilangkan pikiran dirty nya.

“Aku seorang dokter karena rumah sakit sekitar 15 menit dari sini lebih baik ke rumahku yang hanya 5 menit aku akan mengobati cideramu” Wanita itu meninggalkan Tzuyu yang masih mematung. “Ayo! Sebelum tanganmu besok sudah tidak menjadi anggota tubuhmu” Tzuyu langsung mensejajarkan langkahnya dengan wanita itu.

“Siapa namamu nona?”

“Sana.. Minatozaki Sana”

“Oh Sana, Aku Tzuyu” Tzuyu memperkenalkan diri.

“Aku tidak tanya namamu”

“Aku hanya memberi tahu”

Tzuyu semakin tertantang pada Minatozaki Sana.

Sesampai dirumah Sana mempersilahkan Tzuyu untuk duduk di ruang tengah, yakali di kamarnya. Kan…

Sana bilang kalau akan mengambil sesuatu di dalam dan Tzuyu mulai melihat-lihat ruang tamu Sana. Ada pigura besar dipajang. Ada 4 orang yang terlihat di pigura. Ayah Sana, Ibu Sana, Sana, dan seorang remaja perempuan, mungkin adik Sana?

Kini Sana dengan telaten mengobati cidera Tzuyu. Karena Sana seorang dokter dia paham betul kalau balutan perban di tangan Tzuyu sebelumnya hanyalah asal-asalan.

“Kalau gak punya uang jangan takut ke rumah sakit, lihat cideramu tambah parah gara-gara balutanmu tadi hanya sebatas kain yang menempel di tanganmu”

“Hei nona.. tapi gara-gara KAU juga tanganku semakin parah” Tzuyu menekankan kata kau agar Sana tau kalau penyebab parahnya karena Sana.

Setelah beberapa menit Sana menghentikan kegiatannya kemudian membereskan perlengkapan yang digunakan.

“Ini kartu namaku tertera juga nama rumah sakit dimana aku bekerja. Datanglah lusa, aku akan melihat keadaan tanganmu. Sekarang pulanglah.” Ucap Sana yang terlihat sekali kalau dia mengusir Tzuyu.

“Gratis kan?”

“Ya. Ayo pulanglah”

“Baiklah, terima kasih Sana..”

“Hm.., Aku tidak tau kenapa tanganmu cidera, tapi berhati-hatilah dalam melakukan sesuatu”

Tzuyu tersenyum tipis atas perkataan Sana. Seakan dia adalah pacar protektifnya, yang selalu melarang kekasihnya untuk melakukan ini-itu. Tzuyu aja yang ke-pdan padahal kan Sana seorang dokter. Dan biasanya seorang dokter akan mengucapkan kata nasihat kepada pasiennya kan?







-

Yg saingan bentar ya. Tunggu aja dengan hal-hal baik.


TWICE ONESHOOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang