Mari bertemu di ujung senja

859 70 7
                                    


Bunyi gemerisik syahdu teratur mengalun lembut menemani dua manusia yang tengah duduk di tepi pantai.

   Sekarang pukul lima sore, jalan raya atau stasiun pasti sedang ramai-ramainya dengan orang-orang. Waktu lima sore adalah jam yang dinanti sebagian orang karena menunjukkan waktu pulang kerja.

  Dua manusia kini sedang bersantai, menikmati senja bersama. Menghiraukan keramaian kota.

  Tzuyu dan Nayeon, duduk berdampingan memandang laut dengan semburat oren mewarnai langit. Matahari yang tadinya garang memanjarkan sinar panas kini telah redup dan sedap di pandang.

  Mereka bertemu pertama kali di pantai ini delapan tahun yang lalu. Terpaut umur empat tahun tidak menghalangi mereka untuk berakrab ria.

  Dan, selama empat tahun belakangan inilah Chou Tzuyu menyimpang rasa suka kepada Nayeon. 

  Tzuyu mungkin tidak akan pernah mengungkapkan perasaannya.

  Si Cupu Tzuyu belum memiliki keberanian yang sama seperti kawannya Jeongyeon yang beberapa hari lalu menyatakan cinta kepada Nayeon di lapangan sekolah dan di tonton banyak murid.

  Saat hal itu terjadi, bisa dikatakan hati Tzuyu terenyuh perih. Tetapi momen itu tidak berlangsung lama. Nayeon menolak cinta dari Jeongyeon. Tzuyu tersenyum kegirangan.

  "Nayeon..."

  "Apa..." jawab Nayeon tanpa mengalihkan pandangan mata pada lukisan apik Sang Pencipta Alam.

  "Pulang yuk." Ajak Tzuyu. "Udah jam setengah enam sore orang tua mu pasti udah sampek rumah."

  "Bentar... aku masih suka sama pemandangannya."

  "Besok kan masih bisa..." bujuk Tzuyu.

  "Gak ada yang tau Chou, bisa aja besok hujan dan sunset nya gak kelihatan."

  "Mau pulang jam berapa?" Tanya Tzuyu.

  "Malem, matahari nya hilang dan diganti dengan bintang.."

  "Nanti di cariin sama Appa Im."

  "Gak papa, aku udah bilang kok kalau aku nanti pulang malem.."

Tzuyu menatap wajah Nayeon. Yang dilihat gak merasa terganggu karena fokus pada pandangan kedepan.

  "Cantik ya.." Ucap Nayeon.

  "Hmmm...." jawab Tzuyu menatap Nayeon secara intens.

  "Jadi pengen memiliki..." Ucap Nayeon.

  " Aku ingin memiliki seutuhnya untuk diriku sendiri..." jawab Tzuyu.

  "Tapi sayangnya dia sulit diraih.." Ucap Nayeon.

  "Sulit sekali Nay..." jawab Tzuyu.

  "Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini Chou..." Ucap Nayeon.

  "Benarkah Nay? Apa aku bisa memiliki?" Tanya Tzuyu.

  "Selagi ada usaha ada harapan." Ucap Nayeon.

  "Namun aku merasa tidak pantas untuk memiliki-  mu.."  jawab Tzuyu yang akhir katanya sangat lirih. Dan untungnya si Nayeon benar-benar tidak mendengar.

  "Berusahalah Chou.."

  "Aku tidak punya keberanian.."

  "Dasar si Cupu Tzuyu."

  "Apa aku mampu meraihnya Nayeon?"

  "Sudah kukatakan berulang kali, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini."

Kata-kata itu seperti amunisi kuat bagi Tzuyu untuk terus berusaha mengumpulkan keberanian dan menyatakan cintanya.

"Mari bertemu di ujung senja esok hari Nayeon.." Ucap Tzuyu.

  "Kenapa aku merinding mendengar kata-kata mu? Semakin aneh tau gak sih kamu.."

  "Aku baik-baik saja.."

  Malam telah mengantikan siang. Lampu-lampu dihidupkan. Tzuyu mengantar Nayeon pulang. Nayeon merengek manja minta di gendong. Tzuyu mana bisa menolak permintaan pujaan hati.

  Setelah sampai di rumah kediaman Im, Tzuyu berpamitan pulang. Nayeon memeluk Tzuyu erat. Tzuyu membalasnya.

  "Apakah aku bisa Nayeon?"





  Tzuyu berjalan pulang. Malam ini dia harus segera terbang ke Taiwan. Melupakan semua kenangan manis bersama Nayeon. Mencoba mengubur rasa suka, menyimpan rapat-rapat di lubuk hati terdalam. Kata-kata perasaan cinta itu tidak akan pernah terucap dan tidak akan pernah terdengar oleh pujaan hati.

 


Memang benar tulisan dari sebuah buku "disampaikan atau diikhlaskan".

 



Tzuyu memilih opsi kedua.

 




Dan satu lagi, ajakan bertemu di ujung senja itu tidak akan pernah ada lagi.







End.









.26 Januari 2021.



TWICE ONESHOOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang