Jeno masih membungkus tubuhnya dengan selimut tebal, ketika alarm berkali kali berbunyi dan mengingatkannya untuk segera bangun. Ini hari jumat dan masih cukup pagi untuk bersiap datang ke rehearsal untuk acara taping tahun baru yang dibuat oleh agencynya. Jadwalnya nanti sore itu artinya ia masih punya beberapa jam lagi untuk istirahat menyimpan tenaganya.
Sejak kemarin pagi ia malas beraktivitas banyak di luar kamarnya, apalagi ketika sikap jaemin bahkan lebih dingin dari puncak musim penghujung desember tahun ini. Hatinya masih ngilu ketika jaemin mengabaikannya dan langsung mengunci pintu kamarnya, namun yang lebih menyakitkan lagi adalah kamar mereka bersebelahan dan dari kemarin tak terdengar suara apapun dari kamar jaemin, seakan ia sengaja untuk menyiksa jeno dalam kesunyian yang menjeratnya.
Alarm sekali lagi berbunyi, ia lumayan heran karena harusnya jadwalnya untuk bangun pagi ini itu berarti harusnya alarmny menyala tiga jam yang lalu, dan entah kenapa alarmnya malah tidak mau mati sendiri.
Kesal jeno mengambil ponselnya dan melihat layarnya, tidak ada tanda alarm dailynya namun justru yang membuatnya melompat dari kasur dalam waktu seketika adalah catatan yang menjadi pengingat dari alarm yang menyala sejak tiga jam lalu itu adalah 'anak2 di gereja'
Ia tak sempat mencuci muka, malah langsung menyambar jaket tebalnya dan segera menggedor pintu kamar jhonny, berniat meminjam mobilnya agar ia bisa sampai ke gereja segera.
"Jeno-aa.." muka bantal jhonny muncul dari pintu, yang langsung terperangah ketika jeno memaksa masuk dan meminta kunci mobilnya. Bahkan jeno mengabaikan ten yang tidur mengulat di atas kasur jhonny.
"Hyung aku pinjem mobil, tolong.."
"Emangnya kamu punya sim?"
"Ada.. cepatlah.." ten menggeliat mendengar keributan itu, terlambat baginya untuk menyembunyikan dirinya dari jeno.
"Nee.. mau kemana sih?" Jhonny menyerahkan kunci mobil yang diambilnya dari saku jaket yang tergantung di balik pintu kamar asramanya.
"Nanti aku jelasin, thanks ya.." jeno segera berbalik dan turun ke basement tempat mobil milik beberapa member terparkir di sana. Ia akhirnya membenci keputusan kenapa ia tak mengiyakan keinginan jaemin waktu itu waktu ia membicarakan soal membeli mobil untuk mereka sendiri.
Jeno sudah lama sekali membantu kegiatan sukarelawan jaemin di banyak kegiatan amal, salah satunya adalah melatih paduan suara di pinggiran seoul yang sedang berlatih untuk misa tahun baru. Awalnya hanya jaemin yang biasa datang dan menjadi sukarelawan di sana, jeno paling hanya mengantar dan memperhatikan pacarnya itu melatih anak-anak. Namun lama kelamaan beberapa anak lelaki meminta diajari olehnya secara khusus, ketika di suatu misa anak-anak tersebut sengaja melakukan rap dan para jemaah yang datang malah menyukainya. Jadilah jeno bertanggung jawab untuk melatih rap anak-anak tersebut agar semakin bagus.
Tapi ini sudah telat tiga jam, jaemin pasti sudah pergi sejak jam tujuh pagi. Itulah alasan kenapa kamarnya begitu sunyi sejak jeno membuka mata, dan jeno mengutuk keteledorannya yang tak mengingat sama sekali perihal ini. Padahal bisa saja ia menjadikan ini sebagai alasan untuk berbaikan atau sekedar memulai pembicaraan dengan jaemin.
"Shit.. shit.. shit.." umpat jeno sambil membawa mobil milik jhonny membelah lalu lintas kota seoul, kalau lewat tol seharusnya ia sampai dalam waktu dua puluh menit. "Jeno paboo... kenapa sampe lupa... argggh..." ia memukul stir dan mengusapnya kemudian ketika ingat kalau ia hanya sekedar meminjam mobil ini dari jhonny. Ia bahkan mengutuk pada beberapa lampu lalu lintas yang sepertinya kompak memberikan siksaan lampu merah hingga berkali kali dan membuatnya semakin lama untuk sampai ke gereja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Day Dream [SELESAI]
FanfictionJeno dan Jaemin adalah idola muda dari sebuah agency besar di industri hiburan korea, keduanya sedang ada di dalam sebuah taksi menuju sebuah pesta perjamuan akhir tahun yang diselenggarakan agencynya. Jeno dan Jaemin adalah dua orang insan yang ta...