Langit kota seoul sedikit berpijar kuning ketika pilot mengumumkan kalau sebentar lagi pesawat yang ditumpangi jaemin akan segera mendarat. Ia segera mengenakan kembali jaket yang melindunginya dari udara dingin skotlandia dan kini masih terasa di korea.
Ia tak ingin buru-buru menyalakan ponsel dan membiarkan jeno uring-uringan tanpa kabar darinya. Biarkan saja toh sebentar lagi juga akan bertemu, pikirnya. Jaemin lupa mengenakan kembali maskernya ketika beberapa orang mulai berbisik dan menyadari tentang siapa dirinya dan yang hanya sendirian berada di tengah tengah lautan manusia bandara incheon.
"Ah angin korea yang selalu ku rindukan.." jaemin hendak merentangkan kedua tangannya sampai ia sadar kalau beberapa kamera sudah mengarah padanya. Buru-buru ia menyeret kopernya, sadar tidak ada manajer ataupun asisten yang bisa membantu dan menyelamatkannya dari orang-orang. Lagi pula ia sudah bersikeras kalau kepulangannya kali ini tak akan ia beritahukan pada siapapun, sehingga ia harus menanggung segalanya sendiri.
Hanya dalam semalam ia tak bisa lagi melangkah bebas di tempat umum dan naik angkutan apapun, buru buru ia melambaikan tangan pada taksi yang menunggu di depan pintu bandara dan langsung melarikan diri dari banyak tatapan mata.
Jaemin sedikit memeriksa sosial media dan halaman berita, memastikan kalau fotonya belum sampai di sana.
"Pak apakah kita bisa mampir ke itaewon sebentar? Ada yang ingin saya beli.." seru jaemin pada sopir taksi yang membawanya.
"Nee.." jawab pak sopir itu. Setidaknya butuh waktu sampai satu jam ke depan sampai ia tiba di dorm, namun ia ingin membeli kopi favoritnya terlebih dahulu juga beberapa kudapan untuk para member. Juga jelly favorit jeno yang cuma ada di toko di itaewon.
"Bisakah membungkus jellynya dengan kantong yang berbeda, karena aku ingin memberikannya pada orang yang khusus.." jaemin memisahkan sekotak jelly sebelum membayarnya.
Penjaga toko itu mengangguk sambil mengemas semua yang dibelinya, kopi untuk mark dan renjun, coklat untuk haechan dan jisung, tart manis untuk chenle atau mungkin daegal kalau ia tak mau. Semuanya ia ambil sebelum kembali menuju taksinya.Jaemin tiba di dorm dan membuat orang orang di lobby terkejut dengan kehadirannya, ia meminta agar mereka turut merahasiakan kepulangannya setelah memastikan kalau semua member sedang ada di dorm mereka masing-masing. Ia hanya menitipkan koper yang ia bawa, harusnya ayahnya sebentar lagi menjemputnya karena malam ini bertepatan dengan ulang tahun ibunya.
Ia bersyukur di tengah musim panas begini teman-temannya tidak pergi keluar dari dorm dan kelayaban seperti biasanya. Pintu lift terbuka di lantai sepuluh, membuat jantung jaemin tak hentinya berdegup kencang khawatir kalau pasukan sirkus itu menyadari kehadirannya lebih dulu.
"Permisi, pesanan kopi dari itaewon.." jaemin menirukan suara kurir yang biasanya mengantarkan pesanan untuk mereka semua. Ia masih sembunyi di bawah topi, jaket bomber dan masker yang menutupi setengah mukanya. Benar benar hanya menyisakan kedua bola matanya untuk tetap berjalan.
"Ah hyung, kopi pesananmu sudah datang.." teriak chenle yang malas-malasan di sofa ruang tengah.
Mark yang duduk di kursi meja makan hanya melongok sebentar. "Aku tidak memesan kopi.."
"Kopi untuk mark dan renjun, coklat hangat untuk haechan dan jisung serta tart untuk chenle dan daegal.." jaemin berpura pura membaca struk di tangannya. "Pesanan dari..."
"Hyung?" Jisung yang muncul dari balik pintu kulkas yang terbuka melongokkan kepala. "Jaemin?"
Kepala semua orang kompak menengok ke arahnya kecuali jeno yang entah pergi ke mana.
"Bukan, aku hanya mengantarkan pesanan..." jaemin mencoba menutupi penyamarannya.
"Hyung!!!" Jisung meninggalkan pintu kulkas tetap terbuka dan segera berlari memburu jaemin, menyadari hal itu membuat jaemin buru buru menyimpan gelas gelas di tangannya itu ke atas meja ruang tengah dan menyambut jisung yang pertama kali menyambut kedatangannya.
"Jaemin?" Entah siapa yang bertanya jaemin sudah terlalu sibuk menerima semua pelukan itu.
"Kapan datang? Bukankah seharusnya kau baru sampai minggu depan.." tanya haechan yang sampai menarik masker di wajah jaemin hanya untuk memastikan kalau yang tengah mereka kerubungi ini adalah temannya.
"Urusanku di edinbrugh sudah selesai lebih cepat jadi aku bisa pulang lebih awal.." ia menatap wajah temannya satu persatu sambil membagikan minuman dan kue yang tadi dibawanya. "Di mana jeno?"
Baru saja jaemin bertanya begitu pintu kamarnya terbuka dengan wajah bantal jeno yang keluar dari sana, namun bukan itu yang membuatnya mematung seketika adalah sosok jangkung yang mengikuti jeno keluar dari kamarnya. Sungchan...
"Nana?" Jeno menganga melihat jaemin yang berdiri dikerubuti teman-temannya di tengah ruangan. Namun jaemin yang kelelahan akibat penerbangan selama belasan jam tak ingin menghabiskan tenaganya lebih banyak lagi, ia menyambar satu kotak terakhir yang ada di atas meja makan dan berjalan cepat melintasi jeno dan sungchan yang sseperti patung berdiri menatap tak percaya kepadanya.
Jaemin membuka kunci kamar dormnya rencana semula yang menurutnya bisa saja ia tidur di sini harus dibatalkan akibat melihat pemandangan barusan, buru-buru ia membuka lemari dan mengambil dua, tiga barang yang masih diperlukan olehnya.
"Hei aku bisa jelasin, kami berdua cuma main game doang di kamar, dan kenapa kamu tiba tiba ada di sini.." jeno menyerbu masuk, yang meskipun kamarnya di kunci jaemin yakin dia akan tetap melakukannya.
"Oh baguslah.." jaemin mendesah kecewa. Ia menarik salah satu kaos unicef miliknya yang mungkin bisa ia gunakan sebagai cadangan di perjalanannya besok siang ke asia tenggara.
"Sebentar, kamu gak tidur di sini?" Jeno menahan kedua tangan jaemin dan membalikkan badan jaemin ke arahnya. "Hampir enam bulan kita gak ketemu.."
"Sudahlah, aku malas bicara, kita ngobrol lain kali saja.." jaemin yang kelelahan juga diperburuk dengan rasa muaknya melihat orang yang ditujunya dalam perjalanan pulang ini malah keluar dari pintu kamarnya dengan wajah baru bangun tidur berdua.
"Beneran, kami cuma main game terus aku ketiduran dan dia bangunin aku pas kalian ribut ribut di luar.." jeno masih coba menjelaskan.
"Ya sudah, kamu sudah menjelaskannya, tidak ada lagi yang perlu aku dengar, kan?" Jaemin menepis tangan jeno dan menggendong ranselnya di pundak.
"Tapi kamu mau kemana?" Tuntut jeno lagi.
"Aku tidur di rumah orang tua ku malam ini.." jaemin berjalan menuju pintu.
"Aku ikut!" Jeno menarik tangannya lagi. Kerinduan yang amat besar jelas tergambar di sorot matanya, namun kekecewaan justru yang ia lihat di kedua bola mata kekasihnya. "Kamu kalau ngambek pasti lama, dan aku yang ujungnya harus ngelurusin setiap kesalah fahaman.."
"Lepas" jaemin menggoyangkan tangannya "tuh aku beli jelly tadi di itaewon, kalau tidak mau, kasih saja buat daegal.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Day Dream [SELESAI]
FanfictionJeno dan Jaemin adalah idola muda dari sebuah agency besar di industri hiburan korea, keduanya sedang ada di dalam sebuah taksi menuju sebuah pesta perjamuan akhir tahun yang diselenggarakan agencynya. Jeno dan Jaemin adalah dua orang insan yang ta...