Kebenaran sering disampaikan dengan berbagai cara. Ada cara yang tidak disukai sampai melupakan kebenaran itu sendiri.
Jeno turun dari tempat tidurnya, menatap matahari yang sudah terbit menerangi jendelanya yang tak memiliki lebar tak lebih dari satu meter itu. Beberapa daun pohon anggrek tampak basah, pertanda teman satu ranjangnya sudah menyiramnya pagi ini.
Ia melirik sekilas ke sudut lain apartemen berbentuk studio ini, dari tempatnya ia bisa melihat jaemin yang sedang sibuk menyiapkan sarapan. Tanpa celemek, hanya baju hangat yang digulung sampai siku dan celana panjang yang dibelikan jeno sewaktu pergi ke jepang beberapa tahun lalu.
Agency akhirnya memberi tanggapan tadi malam dengan memposting sebuah kalimat sederhana yang berisi bantahan, gertakan jeno rupanya berhasil membuat mereka memilih pilihan sulit. Namun membiarkan jeno juga bukanlah solusi yang bisa diterima, sehingga mereka memilih alternatif pertama.
Jeno berjalan menghampiri jaemin dan memeluknya dari belakang. Ia menciumi leher lelaki yang tengah sibuk menanak nasi ke dalam mangkok untuk mereka berdua.
"Aish.. hentikan.." jaemin hanya tersenyum geli sambil mencoba menghindar, membuat jeno juga tersenyum dan memperhatikan apa yang sedang ia lakukan. "Iam your's..." jaemin hendak berbalik dan hampir saja mendorong jeno agar lekas duduk di kursinya.
"You are mine.." tanpa banyak protes jeno duduk di kursinya sambil menunggu jaemin selesai menyiapkan sarapan untuknya. "Kamu bisa tidur nyenyak tadi malam?"
"Hu um.." jaemin mengangguk. Ketika ada pelukan jeno atau lengannya yang bisa ia jadikan bantal maka ia pun dapat mengatasi masalah gangguan tidurnya dengan mudah. "Kemarin ibu mengirim buah persik, tolong ambilkan di kulkas.."
Jeno menurut, calon ibu mertuanya itu paling tau dengan buah favoritnya dan setelah mengetahuinya jadi lebih sering mengirim buah yang diambil dari pohon yang tumbuh di halaman rumah mereka sendiri. "Woah... daebak..." jeno malah mengabaikan satu dus berisi buah persik segar dan malah mengambil kotak lain yang berisi jelly dengan potongan buah persik yang tampak mengambang di atasnya. "Jelly!!!"
"Sayang, simpan itu untuk makan siang, kamu akan merusak sarapanmu sendiri.. makanlah buah persiknya, jangan makan jellynya dulu.."
Jeno cemberut mencoba merajuk. "Tapi ini jelly buah persik"
"No no no" jaemin menggeleng sambil mengacungkan pisau yang sedang dipegangnya. "Simpen lagi!"
Akhirnya jeno menurut dari pada dia tidak dapat jatah sarapan pagi ini. Ia menyangga dagunya dan memperhatikan jaemin yang sibuk menyajikan semua masakan ke atas meja.
"Can we do this all day?" Tanya jeno tak hentinya memperhatikan gerak gerik jaemin.
"Kamu lagi ngomong apa nyanyiin Make A Wish?"
"Dua-duanya.." jeno menarik jaemin dan membuatnya duduk di pangkuannya. Mencari wajahnya lalu berhenti sebelum kedua bibir mereka akhirnya bertemu. "Semakin lama akhirnya aku sadar betapa aku semakin ingin menghabiskan waktu hanya berdua denganmu.."
"Hentikan.. kamu belum sarapan.." namun malah jaemin yang lebih dulu mendaratkan ciumannya di bibir dan kening jeno sebelum akhirnya kembali berdiri dan duduk di kursinya.
"Tumben gak mau disuapin?" Jeno kembali menggoda.
"Sudahlah, cepat makan, bukannya siang ini kau harus ke gym?" Jaemin mulai menyendoki nasi dan memasukan ke mulutnya. "Hati hatilah saat ketemu jaehyun dan jhonny hyung..."
"Tolong jangan ingatkan aku lagi soal mereka" jeno mendengus lemah, mengingat bagaimana pembicaraan mereka berdua dengan semua hyungnya tadi malam sebelum kembali ke sini. Ia hanya berharap kalau jhonny tidak sedang berlatih tinju hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Day Dream [SELESAI]
FanfictionJeno dan Jaemin adalah idola muda dari sebuah agency besar di industri hiburan korea, keduanya sedang ada di dalam sebuah taksi menuju sebuah pesta perjamuan akhir tahun yang diselenggarakan agencynya. Jeno dan Jaemin adalah dua orang insan yang ta...