Tuhan merawat semua perasaan dan keputusasaan kita, entah yang masih menyala, yang tinggal bara dan bahkan yang telah sirna.
Jaemin menatap roda raksasa bianglala yang diam di langit siang hari kota seoul, tak jauh dari sini ada bangunan sekolahnya semasa SMP. Ia tak mungkin bisa lari ke rumah orang tuanya ataupun rumahnya sendiri saat ini, meskipun itu harusnya jadi tempat yang paling aman.
Taman ini adalah tempat yang sering ia kunjungi saat masih sekolah, tempat melarikan diri dari kepenatan di dalam ruang belajar juga menghirup udara bebas di akhir pekan."Bagaimana mungkin orang yang kita anggap sebagai teman baik dan satu-satunya yang menyelamatkan masa sekolah harus dikorbankan demi rumor karangan seperti ini.." jaemin memutar video klarifikasi dari jisoo yang baru saja dirilis beberapa jam yang lalu. "Jaemin teman baikku sewaktu SMP, saat itu bahkan tidak ada orang yang mau mengobrol denganku tapi dia satu satunya yang mau mendengarkanku, dia baik, sangat baik aku tidak ingin rumor palsu ini malah merugikannya"
Jagat maya dihebohkan dengan betapa beraninya jisoo menghadapi wartawan dan cara ia menangani skandal ini, banyak pengguna internet yang memuji soal betapa jisoo sebagai idol baru memiliki sikap yang layak ditiru, ia bicara atas dirinya sendiri tidak harus menunggu agencynya yang memberikan klarifikasi.
"Semua orang tau jaemin adalah seorang bintang yang besar, dan aku tak ingin memanfaatkan betapa luar biasanya namanya di industri ini untuk keuntungan pribadiku, di sekolah kami adalah teman yang juga sama sama bersaing dalam setiap mata pelajaran dan peringkat di sekolah, maka aku ingin orang mengenalku juga atas karyaku, debutku baru berjalan satu minggu dan kalian seenak jidatnya menuduhku mendompleng nama jaemin untuk membuat namaku juga berada di atas"
Jaemin hanya tersenyum melihat wajah kesal dan murka sahabatnya itu. Jika semasa sekolah dulu jaemin cenderung menghindari konflik, maka jisoo selalu maju paling lantang dan melabrak siapa saja yang mengganggu mereka berdua, entah media entah siapapun yang berusaha mengambil keuntungan lewat berita mengada-ada ini mereka sudah berurusan dengan wanita yang salah.
Jaemin masih sama, masih berlari dari masalah yang coba menggoyahkan tegak kakinya. Meskipun sejak hari pertama melangkah ke dalam agency, ia tahu hidupnya bukan miliknya lagi. Ratusan ribu komentar memenuhi halaman sosial medianya, apalagi setelah klarifikasi dari jisoo. Membuat batre ponselnya melemah dalam seketika dan hanya menyisakan beberapa persen saja.
Yang tak mampu ia bayangkan adalah suatu hari nanti ketika ia merasa sudah waktunya menghabiskan hidup untuknya sendiri harus bertarung dengan persoalan yang sama.
"Tuhan, apakah aku sanggup?" Bisiknya pada diri sendiri sambil melihat ke arah langit. Ujung matanya terkantuk pada puncak bianglala yang menggantung di udara. Wahana favoritnya ketika berkunjung ke sini menghabiskan malam musim panas atau saat menjelang musim gugur yang hangat.
"Hidup harusnya seperti bianglala, selalu ada awal baru ketika kita berpikir kalau di sana adalah akhirnya.." jaemin mengangkat ponselnya dan mengarahkan kamera ke bagian atas bianglala yang berdiri menantang angin itu. Wahana favoritnya kini membantunya menyadari satu hal, bahwa seburuk apapun, bahwa sejatuh apapun hidupnya, ia tetap harus membuatnya berputar, tak peduli begitu banyak orang yang menginginkannya berakhir ia harus tetap membuatnya terlihat seakan akan memulai lagi babak baru.
"Kau membuatku khawatir" tiba tiba seseorang memeluk tubuhnya dari belakang. Wajah jeno terbenam di bahu jaemin yang mengusap kedua tangannya lembut, berusaha menenangkannya yang tidak tahu bagaimana bisa menemukannya ada di sini.
"Bagaimana kau bisa menemukanku?" Jaemin mencondongkan kepalanya hingga hampir saja beradu dengan kepala jeno yang masih tersengal karena tampak habis berlari.
"Maaf karena aku selalu saja tak berhasil mengendalikan diriku jika menghadapi dengan hal hal yang bisa mengambilmu dariku.."
"Tidak apa-apa, aku juga seharusnya tak kemana-mana, orang di dorm pasti akan sangat kerepotan karena aku yang tiba tiba menghilang.."
"Jangan" jeno menarik jaemin semakin erat ke dalam pelukannya. "Lebih baik ambil waktu dulu, mau aku temani ke villa?"
"Tidak perlu.." jaemin berbalik dan menatap jeno yang menatapnya dengan perasaan antara khawatir dan merasa bersalah apalagi mengingat cara ia marah dan menuntut penjelasan pada jaemin tadi pagi. "Aku ingin menghadapinya dan tak melarikan diri lagi dari apapun..." jaemin menatap dalam mata kekasihnya. "Apapun.."
"Aku hanya saja merasa belum melakukan apa yang seharusnya aku lakukan untukmu, kamu menjagaku dengan sangat luar biasa dan mencintaiku dengan sangat baik, sementara selalu saja muncul keraguan dan ketakutan di dalam hatiku bahwa aku bisa kehilanganmu.."
Jaemin mengusap lembut kedua sisi wajah jeno, menatapnya dengan segenap perasaan hangat yang ia harap bisa menenangkannya. "Kau jelek saat sedang khawatir seperti ini, sayang"
Jeno berubah cemberut namun ia malah makin mendekap erat jaemin dan memeluknya semakin merapat ke dalam tubuhnya.
"Tapi tetap menggemaskan, kan?"
"Iya, lucu kaya bayi.." jaemin mengerling hendak menggoda pacarnya itu. "Bayi anjing"
"Hei! Aku paling sebal disebut anak anjing" kini jeno menjauhkan badannya dari jaemin. Merajuk dan berharap jaemin tidak menyebutnya lagi dengan julukan yang tidak begitu disukainya.
"Omo... lucunya... makin gemas kan kalau lagi merajuk gini.." jaemin mencubit dan menggoyang goyangkan tangannya di pipi jeno, membuat pacarnya malah makin menatap sebal karena jaemin seakan akan malah menggodanya.
"Hentikan sayang, apakah kamu tidak berpikir betapa seriusnya hal yang sedang kita hadapi berdua saat ini?" Jeno menatap tak percaya. "Kamu tahu gimana semua member di dorm dan di agency kamu buat panik kali ini.."
"Aku tau, apakah kepanikan akan membantu menyelesaikan masalah ini, kita sendiri tahu kalau agency tidak akan melakukan apapun saat menghadapi situasi seperti ini.."
jeno terdiam mendengar ucapan jaemin, ia sungguh membenci situasi seperti ini ketika ia bahkan tidak bisa melakukan apapun untuk orang yang dicintainya. Ia merasa tak mampu memenuhi janjinya untuk menjaganya dengan baik ketika pertama bertemu dan seperti yang ia katakan pada kedua orang tuanya.
"Aku akan melakukan apapun yang aku bisa untuk bisa tetap menjagamu, aku tidak ingin.." kata kata jeno menggantung di udara ketika tanpa diduga jaemin mendaratkan ciuman di bibirnya.
"Bukankah saat ini aku yang seharusnya merasa khawatir dan takut, kenapa kau malah terlihat lebih butuh ditenangkan..." jaemin menyeka kembali belas ciumannya di bibir jeno. Berharap pacarnya tak terganggu dengan apa yang barusan dilakukan olehnya.
"Miane.." jeno balas mencium jaemin. Tangannya memeluk erat jaemin dan berharap bahwa ia percaya jeno akan selalu ada untuknya. "Aku akan melakukan apapun, apapun.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Day Dream [SELESAI]
FanfictionJeno dan Jaemin adalah idola muda dari sebuah agency besar di industri hiburan korea, keduanya sedang ada di dalam sebuah taksi menuju sebuah pesta perjamuan akhir tahun yang diselenggarakan agencynya. Jeno dan Jaemin adalah dua orang insan yang ta...