Yang Tak Kau Bawa Pergi

1.1K 58 1
                                    

Jeno melangkah keluar dari balik kemudi mobilnya, beberapa kuntum bunga lilac mulai menampakkan nyalinya di tengah bulan maret yang masih dingin. Ia memperhatikan ranting ranting kurus pohon yang mencoba menegakkan dirinya menantang angin.
Entah sudah berapa tahun berlalu sejak ia memandangi langit selama ini setelah melepas kepergian pacarnya untuk kuliah lagi waktu itu. Empat, atau lima tahun berlalu?
Jeno tak berhasil mengingat dan menghitungnya. Ia mengambil bukee bunga yang tadi ia simpan di kursi penumpang. Beberapa temannya sudah melambaikan tangan ke arahnya di depan pintu lobby yang juga dikelilingi oleh sorot kamera para penggemar. Ada haechan yang baru pulang wamil sebulan yang lalu, mark yang setia mengamatinya takut jika pasangannya itu tergelincir atau apa karena seperti biasa, bahkan di tengah keramaian haechan tetap jadi spotlight utamanya.
Renjun dan Chenle hanya berdiri mengamini, setelah dua tahun belakangan ini grup vakum mereka berdua kembali ke china dan melakukan beberapa aktivitas di sana. Sampai akhirnya kini mereka bisa memenuhi undangan si bungsu jisung yang baru memulai debutnya di dunia film.
Jeno selesai wamil seminggu lebih cepat dari pada haechan, dan sepulangnya dari laut tempatnya dinas ia lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarga jaemin ataupun tinggal sendirian di vila milik pacarnya itu.
Jaemin masih menjalankan wajib militernya, beberapa minggu lagi. Ia ditugaskan di angkatan darat dan berjaga di perbatasan selama hampir satu tahun ini. Hanya sedikit kabar yang jeno terima namun ia tetap berusaha yakin kalau jaemin akan kembali untuknya seperti setiap kepergiannya sebelumnya.

Jeno ingat betul dia telah memaksa jaemin harus menghadapi banyak hal hanya untuk bersamanya, bahkan sampai kini restu tak pernah ia dapatkan dari kedua orang tuanya. Serangan jantung bahkan tak pernah menyadarkan ayahnya bahwa garis antara hidup dan mati sangatlah tipis.
Mungkin itulah yang akhirnya membuat jeno sadar dan melangkah mundur dari keluarganya. bukan, bukan karena ia tak menyayangi mereka, justru ia sadar semakin ia paksakan maka hanya lukalah yang didapatkan oleh mereka. Ia tahu bahwa setiap anak dilahirkan untuk memenuhi ekspektasi lama orang tuanya dan ia tidak mampu melakukan itu. Jeno hanya membuka jalannya sendiri untuk bahagia dan itu berarti tanpa keberadaan keluarganya di sampingnya.
"Kami memiliki anak dan kami tahu bagaimana rasanya saat dia jauh dari rumah, pulanglah nak.." pesan ibu jaemin padanya di suatu sore ketika jeno memutuskan menghabiskan libur tahun baru di rumah mereka. Masih menggunakan pakaian tentaranya dan ransel dari camp, ia mantap tak akan kembali ke seoul malam itu. Baginya makanan sederhana ala rumah jaemin adalah yang ia nantikan selama berada jauh dari daratan.
"Hyung, mana jaemin?" Jisung yang sudah menyadari kehadiran jeno malah menanyakan jaemin di kalimat pembuka sapaan untuknya.
"Kau hanya merindukannya? Dan tidak merindukanku?"
"Ya" tangkas jisung tangkas, yang ditertawakan semua member yang ada dan juga beberapa paparazi yang mengambil gambar mereka. Tak hanya member bahkan semua penggemar sudah tahu bagaimana kedekatan antara jisung dan jaemin. Jaemin sudah menganggap jisung seperti adiknya sendiri, membelanya, melindunginya, memarahinya bahkan mengucilkannya jika jisung memang sedang menyebalkan. Maka tak heran di momen besar seperti ini tentu saja jisung sangat merindukan kakaknya itu. "Kau bawa bunga untukku? Bunga lilac favoritku?"
Jeno menyimpan kembali bukee bunga yang awalnya akan ia berikan ke balik punggungnya, ia masih kesal pada jisung karena malah mengabaikannya tadi.
"Sini, kan!"
"Ambil sendiri nanti di mobil" jeno menggiring mereka semua ke dalam lobby hotel tempat premier film pertama jisung diselenggarakan. Haechan masih tertawa tawa melihat kekesalan di wajah jisung. Sementara member yang lain hanya geleng geleng kepala, juga memahami bahwa selama dua tahun ini merekapun tidak memiliki kesempatan bertemu jaemin, karena tugasnya di perbatasan.

Saat ini jeno sudah memulai agency kecilnya yang ia dirikan sendiri yang khusus membantu anak anak dan remaja yang sedang bersiap untuk memasuki agency atau singkatnya kursus kilat menjadi trainee. Jaemin yang tak pernah bisa melepaskan dirinya dari kegiatan amal sepulangnya dari Irlandia ia mendirikan sebuah yayasan yang membantu menyalurkan bantuan dari idola yang ingin beramal demi kesejahteraan hidup anak anak di seluruh dunia.
Yayasan miliknya kini sudah memiliki perwakilan di beberapa kota besar penjuru dunia, yayasan yang awalnya hanya menjadi mimpi kecil baginya kini malah melampaui besarnya namanya sendiri, baginya. Yayasannya bergerak khusus dalam penyaluran bakat anak anak kurang mampu namun memiliki mimpi, tak hanya soal sejahtera atau tidaknya, namun memastikan bahwa isi saku orang tuanya tidak harus sampai membunuh mimpi anak anak itu.
"Kapan jaemin pulang?" Tanya mark ketika duduk di samping jeno di dalam gedung bioskop. Haechan yang lain sudah duduk di kiri kanan mereka, tak mampu menyembunyikan perasaan antusiasnya terhadap film baru adik bungsu mereka.
"Dua minggu lagi.." jeno menyimpan ponselnya ke dalam saku jasnya usai membalas sebuah pesan yang berusaha ia sembunyikan dari.
"Apa itu pesan dari jaemin? Dia bilang apa?" Renjun hampir saja merogoh saku jeno secara paksa karena sudah hampir setengah tahun ini dia bahkan tidak menerima satu pesan apapun dari temannya itu.
"Diam kau rubah, suaramu menarik perhatian" jeno menepiskan tangan renjun.
"Hei hyung, jadi betul itu jaemin?" Chenle yang duduk terhalang oleh renjun juga sampai mencondongkan tubuhnya ke arah jeno karena sama penasarannya.
"Diam kalian berdua, filmnya akan segera dimulai..." haechan hampir saja melempari renjun dan jisung dengan botol minuman di tangannya.
"Kau tentu sangat merindukannya, jeno-aa" mark duduk sambil meremas kedua jari jari tangannya. Meski ia tak tahu apa yang membuat jeno tersenyum senyum kecil sejak tadi.
"Perkataan bodoh macam apa itu.." jeno menyipitkan matanya sambil tersenyum pada mark. "Kau yang tidak pernah masuk militer tidak akan faham.."
Haechan mengajak jeno untuk toss sementara mark hanya tergelak, sebanyak apapun aktivitasnya dengan unit selain tak mampu membawa hatinya berpindah dari Dream dan semua teman temannya, meskipun mereka lebih banyak menyebalkannya dan mentertawakan kesialan dalam hidupnya, tapi mengingat bahwa mereka telah tumbuh bersama menjadikan Dream seperti sebuah pelabuhan tempat kapalnya pasti akan bersandar sejauh apapun ia berlayar.
Seorang MC muncul di atas panggung kecil di bawah layar, ia mempersilahkan seluruh jajaran pemeran film untuk naik bersamanya, ada jisung yang berdiri di tengah tengah mereka semua. Banyak kritikus film yang memuji debut akting jisung dan bagaimana ia menunjukan kelihaian menari di film yang dibintanginya.
"Terakhir, sebelum kita semua menyaksikan filmnya bersama sama, setauku seluruh member NCT dream hadir malam ini, apakah ada perwakilan dari kalian yang ingin memberikan sesuatu untuk uri jisung?"
Jeno langsung berdiri dengan bukee bunga di tangannya, menahan dan menyuruh haechan duduk lagi. Ia segera berjalan cepat menuju panggung dan menyerahkan bunga tersebut. Dihampirinya jisung yang ekspresinya entah menyiratkan apa, namun dengan pasti jeno membisikan kalimat yang sudah disiapkannya sejak dari rumah.
"Semoga kau suka bunga yang dipilih sendiri oleh Jaemin" jeno meninggalkan jisung yang terbelalak dan mematung di tempatnya.
...

Day Dream [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang