Marathon

420 44 0
                                        

Jatuh cintalah dengan caranya berpikir, sebab di pikirannyalah nanti kamu akan tinggal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jatuh cintalah dengan caranya berpikir, sebab di pikirannyalah nanti kamu akan tinggal.

Kutipan sebuah buku kumpulan puisi yang dipinjamkan jaehyun pada jaemin sewaktu mereka masih sama-sama duduk di bangku SMA, waktu waktu pertama kali menginjakkan kakinya di dorm atau tempat latihan dan waktu yang sama saat hatinya diketuk pelan pelan oleh sosok orang yang kini sedang tertidur di sebelahnya.
Kepala jeno masih menyandar di bahu jaemin, keduanya tengah berada di dalam sebuah minibus yang membelah padatnya jalanan kota bangkok. Tak sekalipun jaemin mencoba menepis kepala orang yang sudah terlanjur nyenyak, semalam sehabis makan malam bersama keluarganya jeno langsung balik lagi ke dorm dan kembali membawa satu koper, tanpa menunggu persetujuan jaemin malam itu juga ia memesan tiket di jam penerbangan yang sama dengan jaemin.
Jaemin yang masih cape dan mengingat kalau hari ini ia harus langsung ke bangkok, maka jaeminpun sudah malas lagi meladeni rewelnya jeno. Bahkan ketika dia masuk ke kamarnya dan tidur di sebelahnya, memeluknya sampai pagi.
"Kenapa sungchan keluar dari kamar kamu kemarin malam?" Desis jaemin lebih pada dirinya sendiri.
"Sumpah aku cuma main game.." rupanya jeno bisa mendengarnya. "Sejak kamu pergi, dia bilang dengan jujur kalau dia suka sama kamu, tapi gak tau kenapa sejak saat itu kami berdua malah jadi akrab.."
"Sama akrabnya seperti denganku?" Jaemin melempar pandangannya keluar jendela.
"Yeobo.." jeno menarik kepala jaemin dan menatapnya. "Sampai detik ini gak ada yang bisa sespesial kamu di hidupku.."
"Udahlah sebenarnya aku males berantem.." jaemin menghela nafas berat.
"Apalagi aku sayang, enam bulan loh kita gak ketemu.. aku kangen aroma kulit kamu.."
Mobil berhenti dan menurunkan keduanya di sebuah lobby hotel. Seorang pria bule menyambut dengan senyuman yang membuat jeno bergidik namun jaemin malah berjalan menghampirinya.
"Hai clay.." jaemin menjabat pria dengan mata safir itu "kenalin ini jeno..."
"Ah aku tau, kalian dari grup yang sama, kan?" Clay hanya mengangkat tangannya sopan ke arah jeno lalu menggiring mereka berdua masuk ke dalam hotel. "Aku akan menjelaskan beberapa hal tentang jadwal kita selama di bangkok dan jakarta, apakah kamu tidak keberatan kalau hari ini kita langsung membahasnya? Mengingat kamu baru saja tiba.."
"Ah tidak apa-apa, lanjutkan saja.." jaemin menjawab, hanya saja ia lumayan tidak nyaman dengan tatapan jeno terhadap clay sejak tadi mereka berdua turun dari mobil.
"Besok kita akan mulai dengan acara marathon mungkin sampai sore, setelahnya kita akan mengunjungi sebuah panti asuhan bagi anak-anak yang emmh bagaimana ya menjelaskannya.." clay menatap ragu, sementara jaemin pun kebingungan hendak bereaksi seperti apa. "Di panti itu banyak anak dari Thailand selatan yang dikirim ke sana karena mereka cenderung memiliki kriteria LGBT..."
"Ahh tidak apa-apa, kami akan mengunjunginya.." jaemin malah terlihat antusias mendengar hal tersebut.
"Mungkin itu saja Jaemin, nanti akan saya kirimkan jadwal kita untuk di jakarta, dua hari dari sekarang kita akan langsung ke sana, tapi lusa kalian silahkan nikmati waktu bersantai dulu di bangkok ini.." clay bangkit hendak berpamitan. "Kasih tau aku kalau kau butuh teman.." ia akhirnya benar benar melambaikan tangan dan pergi ditelan pintu hotel yang terbuka lebar.
"Heh apa-apaan orang itu.." jeno bangkit hendak mengejarnya. Namun jaemin langsung menariknya.
"Udah udah gak usah kepancing kamu.." jaemin malah tergelitik hatinya melihat pacarnya cemburu begitu.
"Sudah berapa kali kamu ketemu dia?" Jeno menyemprotnya mengabaikan pelayan hotel yang bersiap mengantarkan mereka menuju kamarnya.
"Ini yang kedua.." jaemin masih tersenyum melihat kekesalan di wajah jeno.
"Loh kok gak bilang, kalian ketemu di mana?"
"Di london kantor unicef, lagian kenapa juga kamu harus cemburu sama dia.." jaemin masih tak habis pikir.
"Emhh gimana aku gak cemburu, dia tinggi, badannya lebih besar dariku, aksen inggrisnya bagus.."
"Ya terus?"
"Tipe tipe pemain film kesukaan kamu.."
"Hahaha.." jaemin semakin tergelak. Ia semakin merindukan pacarnya ini meskipun di hatinya ia juga masih menyimpan kekesalan untuknya, rindu ketika saling cemburu seperti ini. Seperti dulu jeno yang selalu menyalah artikan kedekatannya dengan taeyong dan jaehyun, hingga akhirnya mereka berdua bilang pada jeno kalau sedang berpacaran.
"Jenooo... jaemin? Kalian sudah sampai duluan?" Dari pintu hotel muncul donghae dan siwon yang berjalan di belakangnya.
Hampir saja donghae menyerbu dan memeluk jeno namun dengan sigap jaemin menarik jeno ke dalam pelukannya terlebih dahulu.
"Hyung, bagaimana bisa kau memeluknya tanpa seijinku?" Jaemin mendelik marah "lagi pula kau datang ke sini dengan pacarmu juga kan? Peluk dia sesukamu.."
"Ah yeobo.." jeno malah tersenyum senang melihat reaksi pacarnya.
"Jaemin-aa.." donghae sampai menganga melihat reaksi jaemin yang seperti itu.
"Sudah, sudah, duduklah.." siwon malah menarik donghae ke kursi di sampingnya. "Jaemin apakah kau sudah bertemu dengan clay?"
"Ya, baru saja.." jaemin menunjuk arah pintu keluar "tapi dia sudah pergi hyung.."
"Tidak apa-apa, aku memang sudah memintanya untuk ngobrol soal jadwal nanti saja ketika makan malam, aku ingin istirahat dulu di sini.."
"Rumor kalau kalian pacaran apakah memang benar?" Donghae masih penasaran dan tak habis pikir dengan respon yang ia dapat dari kedua juniornya itu.
"Yeobo.." siwon hanya terkekeh tak percaya kalau donghae sampai menanyakan hal itu.
"Iya kami pacaran sejak kami masih duduk di bangku SMA" lagi lagi jawaban galak jaemin membuat jeno menatap tak percaya kalau yang sedang bicara menandai teritorinya adalah pacarnya. Membuatnya malah semakin memeluk erat jaemin.
"Yeobo.. aku ingin dipeluk seperti itu.." donghae menunjuk jeno dan jaemin yang sepertinya tak berencana saling melepaskan satu sama lain.
"Kau sudah memelukku sepanjang kita di mobil.." siwon menggelengkan kepala tak percaya.
"Tapi aku ingin di sini.." rengek donghae, membuat jeno dan jaemin sampai menaikan alis di wajah mereka berdua, tak percaya kalau mereka yang usianya sudah hampir empat puluh itu juga sama kekanakannya dalam urusan cinta.
"Kajja.." siwon membuka pelukannya. Menarik tubuh donghae ke arahnya. "Untung saja ini bangkok.. kita bisa melakukan apapun sepuasnya.."
"Untunglah asia tenggara tidak pernah punya sesaeng yang meresahkan.." kepala donghae menelusup masuk mengusap usap wajahnya di dada bidang siwon.
"Kita sudah melewati hal yang lebih buruk dari pada menghadapi sesaeng.." siwon sampai mengelus rambut donghae sambil sesekali menciumnya. Membuat jeno dan jaemin merasa tak terlalu berlebihan dengan reaksi mereka tadi terhadap keduanya.
"Hyung, sudah berapa lama kalian bersama?" Tanya jeno dengan wajah penasaran, masih di dalam pelukan jaemin.
"Emmh kalau dihitung dari trainee kami sudah bersama selama hampir delapan belas tahun.." jawab siwon.
"Delapan belas tahun, sebelas bulan, dua puluh sembilan hari, rencananya kami akan merayakan anniversary kami di bali nanti, apakah kalian mau ikut?"
"Kamu melarang member ikut ke bali dengan kita tapi malah mengajak mereka?" Siwon tak habis pikir.
"Itu karena lihatlah mereka dua semanis kita ketika dulu masih sangat muda sayang.." donghae mendaratkan sebuah ciuman di pipi siwon yang dibalasnya dengan mencium bibir merah donghae.
"Hyung, kalian bahkan lebih menggelikan dari pada kami.." jaemin mendorong tubuh jeno sebelum menariknya kembali.

Day Dream [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang