7. Serumah

38.5K 4.6K 154
                                    

Update🎉🎉

Buat yang mau beli buku Revenge masih banyak stok di emak. Bisa langsung chat aja ya💕

Selamat membaca jangan lupa vote komentar dan koreksi kalau ada typo ya❤️

🍁🍁

Apa artinya bagimu sebuah pernikahan? Mengikat hubungan dengan orang yang dicintai lalu hidup bahagia. Melewati banyak cobaan bersama-sama dan menikmati hasilnya. Mungkin seharusnya seperti itu. Tapi untukku, kata mengikat hubungan saja sudah sangat salah karena pernikahanku dengan Ivander di mulai dari dendam gila yang seharusnya tidak perlu aku lakukan.

Aku berubah pikiran? Sama sekali tidak. Apa lagi setelah melihat Hera meledak-ledak setelah melihat pujaan hatinya harus berakhir menikah dengan perempuan lain. Lagi, untuk kedua kalinya?

Kenapa aku tampak jahat sekali? Ah, tergantung di mana orang lain melihatku. Aku menikahi Ivander karena dendam saja sudah salah, apa lagi membuat laki-laki itu hancur. Mungkin aku perempuan yang tidak punya perasaan. Aku tidak peduli, karena dia sendiri sudah menghancurkan Dias.

Dan sekarang, aku harus rela tinggal berdua bersama Ivander di rumah yang menyimpan banyak kenangan antara aku dan Dias.

"Kamu tidur di kamar ini," kata Ivander, membuka pintu kamar lalu menyimpan koper berisi pakaianku ke dalam ruangan.

Aku mendengus dalam hati. Aku tahu akan berakhir seperti ini. Entah benar atau tidak soal Demisexual yang dikatakan Dias. Atau Ivander sedang menjaga perasaan Hera.

"Mas Ivan mau ke mana?" tanyaku kepada Ivander yang membalikkan tubuhnya, bersiap keluar kamar.

Ivander membalikkan tubuhnya kembali ke arahku. "Ke kamar saya."

Dahiku mengerut. "Ke kamar Mas Ivan? Kenapa kita tidak tidur satu kamar?"

Ivander terlihat gugup. Tapi dengan cepat merubah ekspresi wajahnya. "Saya takut kamu masih canggung. Saya yakin kamu tidak nyaman mengingat pernikahan ini tidak kita inginkan."

"Begitukah? Aku tidak masalah. Bukannya lebih baik kita tidur bersama supaya lebih dekat?" tanyaku, aku tahu itu keinginan yang mustahil. Aku sendiri tidak menginginkannya. Siapa juga yang mau sekamar dengan laki-laki bajingan ini.

"Itu benar, tapi untuk sekarang lebih baik kita tidur di kamar masing-masing saja."

Aku menundukkan kepalaku. Pura-pura terlihat sedih di depannya. "Maaf. Mas Ivan pasti tidak nyaman ya. Mas Ivan tidak menginginkan pernikahan ini. Maaf aku tidak bisa melakukan apa-apa untuk menolak pernikahan ini karena Mama terus memaksa," kataku.

"Tidak, ini bukan salah kamu. Ini salah saya juga yang tidak bisa tegas untuk menolak. Yah, kenyataannya saya tidak bisa menolak apa pun yang diinginkan orang tua saya," katanya, laki-laki itu menatapku lalu berdehem. "Kalau begitu beristrahatlah, saya keluar dulu. Kalau kamu butuh sesuatu, kamu bisa panggil saya."

Aku mengangguk, membiarkan Ivander keluar dari kamar yang hari ini akan aku tempati sebagai istrinya. Aku juga tidak mau berlama-lama dengannya, melihatnya saja aku kesal.

Aku menutup pintu kamar lalu berjalan ke tempat tidur. Merebahkan tubuhku di atas kasur lalu membuang napas berat.

"Apa ini yang dirasakan Mbak Dias dulu? Apa sesuatu seperti ini yang di alami Mbak Dias?" tanyaku kepada diri sendiri. Menatap langit-langit kamar dengan perasaan terluka.

"Aku tidak tahu apa yang Mbak Dias rasakan setelah menikah selain memuji betapa hebat suaminya. Suami yang diam-diam mencintai perempuan lain di belakangnya."

ReplaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang