10. Awal pernikahan

33.9K 4.5K 295
                                    

Update🎉 (UPDATE SETIAP HARI SENIN)

INFO : Conquer dream with bos! Lagi open pre-order loh. Tanggal satu nih, udah ikutan Pre ordernya belum? Beli Bundling sama buku Lucid Dream ada diskon juga. Yang berminat bisa hubungi ke WA +6282296378365 ya❤️

Oh iya. Replace juga mamak posting di KBM. Sudah update sampai bab 12 di sana. Buat yang gak sabar pengen baca kelanjutannya bisa melipir ke KBM. Buat tim yang menunggu bisa baca di wattpad setiap hari Senin ❤️

Selamat membaca 🥰

🍁🍁

Aku menganggap bahwa ini timing yang tidak tepat. Tentu saja yang akhirnya malah mempertemukan mulutku dengan sendok bekas Ivander. Tidak ada racun memang, bahkan untuk sepasang suami istri makan sepiring berdua saja bukan masalah besar, malah memberikan kesan romantis, katanya. Tapi untukku, hubunganku dan Ivander tidak seakrab itu meski hubungan kami sudah sepasang suami istri. Karena kenyataannya, pernikahan kami atas paksaan. Aku yang dendam kepada Ivander dan Ivander yang terpaksa karena orang tuanya untuk menikahiku.

Sayangnya aku tidak sekesal itu. Karena orang yang sangat ingin aku hancurkan ada di dalam ruangan yang sama. Dan dugaan-dugaan itu seakan benar adanya. Alasan kenapa Ivander menyuruhku datang ke kantor harus izin darinya, tentu saja karena Hera. Dan sekarang perempuan itu ada di sini. Sangat kebetulan sekali.

"Oh? Ada tamu ternyata," ujar Hera, menatapku tidak suka.

Aku juga bisa melihat ekspresi Ivander yang terkejut melihat kehadiran Hera. Ah, apakah ini namanya perselingkuhan yang ketahuan terlalu cepat? Ini bagus, bukannya dengan ini dapat aku jadikan bukti untuk aku berikan kepada orang tuaku? Tentu saja, iya.

"Hera, kenapa kamu ada di sini?" tanya Ivander. Meski wajahnya cemas, tapi laki-laki itu tidak bergegas bangkit dari duduknya.

"Kenapa kalau aku ada di sini?"

Alisku saling bertaut mendengar pertanyaan menantangnya. Apa perempuan ini benar-benar tidak tahu diri? Dia bahkan terlihat tidak menutupi soal kedekatannya dengan Ivander.

"Kamu tentu tahu alasannya. Bagaimana kalau Ibu tahu? Ibu bisa salah paham dan marah," balas Ivander.

"Kenapa memang kalau salah paham? Toh aku sudah biasa dicurigai oleh Ibu kamu," katanya, Hera menatapku sinis. "Oh, atau kamu takut kepada istri kamu ini?" tanyanya.

"Apa maksudnya itu, Mas?" tanyaku kepada Ivander yang menatapku gelisah.

Aku tahu laki-laki ini berusaha menutupi hubungannya dengan Hera kepadaku. Walau tingkah Hera sudah sangat jelas menebak semuanya, aku mencoba untuk pura-pura tidak tahu. Ya, bersikap seperti perempuan bodoh saja.

"Ah, tidak apa-apa. Hanya saja saya takut kamu salah paham." Ivander menjawab.

"Kenapa aku harus salah paham?"

Hera tersenyum sinis. "Karena perempuan dan laki-laki jika bersama dalam satu ruangan itu tandanya punya sesuatu."

"Hera!" tukas Ivander.

Dahiku mengerut. "Sesuatu seperti apa?" tanyaku pura-pura tidak tahu. "Ah? Apa kamu juga bekerja di kantor Ivander? Kamu pasti takut aku salah paham karena kemarin kamu mengaku sebagai teman dekat Ivander. Dan ternyata kamu anak buah Ivander?" tanyaku, antusias sekali seperti anak kecil yang bodoh.

Aku bisa melihat wajah Hera yang mengeras. Sementara Ivander memberikan ekspresi tidak percaya dengan dugaan konyolku barusan.

"Anak buah Ivan kamu bilang?"

ReplaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang