32. Mengasuh Bayi

30.3K 4K 188
                                    

Update 🎉🎉

Jangan lupa vote dan komentarnya yaaaa ❤️❤️ selamat membaca ❤️

🍁🍁

Melibatkan Ivander di setiap tempat yang aku singgahi sudah membuat aku sakit kepala. Membuat aku yang dulu masa bodoh dan tidak peduli kepada apa pun, mulai memerhatikan hal-hal kecil yang selalu berhubungan dengan sosok laki-laki yang sialnya dia adalah suamiku. Menerima perjodohan dengan niat hati membalaskan dendam Dias. Mendadak semuanya menjadi runyam dari dugaan. Bahkan citra yang mati-matian untuk menjadi istri yang baik harus terbongkar karena aku tidak bisa menjaga emosiku. Tidak. Tapi semuanya hancur karena perempuan licik itu.

Sudah terhitung satu minggu aku hidup dengan Ivander. Tapi tidak ada perubahan apa pun di antara kami. Walau bisa aku lihat sedikit demi sedikit tingkah Ivander yang mulai berubah sok dekat denganku. Tidak membuat aku merasa baik-baik saja. Malah kecurigaan-kecurigaan itu kian membesar.

Setelah perselingkuhannya dengan Hera yang mungkin sampai saat ini masih berlanjut. Sekarang datang sosok yang tidak aku kenal. Datang membawa bayi ke rumah kami dan menitipkannya kepada Ivander. Aku bisa melihat mereka saling mengenal. Dan anehnya, Ivander tidak menolak sama sekali.

"Apa perempuan itu selingkuhanmu lagi? Bisa-bisanya sampai berbuah seperti ini," kataku. Menatap sinis Ivander yang sedang memangku bayi di pangkuannya.

Ivander mendongak menatapku. "Dia bukan tumbuhan, dia anak manusia."

Aku mendengus. "Terserah. Tapi aku tidak menyangka kamu sebegitu menyedihkan. Sudah punya Hera, sekarang kamu harus bermain dengan perempuan lain sampai punya bayi? Apa kalian diam-diam sudah menikah? Perempuan pujaan hatimu itu tahu? Orang tua kamu?"

"Tidak bisakah kamu bertanya satu pertanyaan saja?"

"Tidak. Aku harus menanyakan semua yang ada di dalam pikiranku."

Ivander menatapku, tatapannya menyelidik seolah sedang mencari sesuatu. "Kamu cemburu?"

Aku yang awalnya bingung langsung membelalak. "Apa kamu sinting? Kenapa aku harus cemburu?"

"Sudah jelas. Karena kamu menyukai saya."

Bulu kudukku mendadak meremang mendengar pengakuan percaya dirinya. "Seumur hidupku. Aku tidak akan pernah menyukai laki-laki bajingan seperti kamu."

"Kenapa tidak? Banyak perempuan yang menyukai dan mengejar saya. Kamu tidak berbeda dengan mereka karena kamu seorang perempuan juga," katanya.

Aku menatap Ivander tidak percaya. "Aku tidak tahu kalau kamu punya sifat naris. Tapi Tuan Ivander yang terhormat. Aku bukan Hera yang akan terus menempel kepada laki-laki plin plan dan tidak punya pendirian seperti kamu. Aku juga bukan Dias yang akan terus bersabar melihat suaminya selingkuh. Dan juga, dari sekian banyak laki-laki di dunia ini, kenapa aku harus menyukai kamu?"

Ivander tidak langsung menjawab. Laki-laki itu memberikan mainan yang ada di dalam tas yang tadi di titipkan perempuan tak dikenal. Bayi itu tampak senang dan menggenggam erat mainan yang diberikan Ivander.

Ivander mengedikkan bahu. "Karena kamu istri saya."

Satu alisku terangkat. "Jawaban macam apa itu? Istri hanya status saja untuk pernikahan kita."

"Itu benar," jawab Ivander. Memindahkan bayi itu ke atas karpet, Ivander menatapku, laki-laki itu berjalan ke arahku. "Tapi tetap saja di mata hukum kamu adalah istri saya. Jadi kamu tidak bisa melakukan apa pun tanpa izin saya. Dan kamu harus mau ketika saya memaksa kamu untuk menyukai saya."

ReplaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang