Update🎉
Siapa yang nunggu cerita ini? Maaf baru bisa update ya💕
Selamat membaca, semoga suka💕
Jangan lupa vote komentarnya biar rajin update🥰
🍁🍁🍁Aku tidak tahu apa yang akan dikatakan Ivander. Aku ingin tahu apa yang akan dikatakannya mengingat kami tidak dekat. Itu benar, kami tidak dekat. Bahkan ketika Dias sudah resmi menjadi istrinya, aku dan Ivander seperti kerabat jauh yang akan bicara saat perlu saja.
Ini pertama kalinya Ivander memanggilku. Aku bahkan bertanya-tanya kenapa laki-laki ini masih ada di rumah orang tuaku? Tapi aku pikir lagi itu wajar mengingat dia masih suami Dias.
Aku keluar dari kamarku. Hanya mengenakan piyama aku mencari sosok Ivander yang katanya menunggu di luar.
Aku tidak tahu di mana tepatnya luar yang dikatakannya. Aku malas bertanya dan akhirnya memilih mencari. Samapai akhirnya aku menemukan laki-laki tinggi di teras rumah dan sedang membelakangiku.
Aku berdehem. "Ada apa Mas?"
Ivander membalikan tubuhnya. Laki-laki itu mengalihkan tatapannya dari halaman rumah ke arahku.
"Bisa bicaranya sambil duduk?"
Aku mengangguk, duduk di kursi yang ada di teras rumah. Duduk berhadapan dengan Ivander. Jarak kami cukup dekat, hanya kursi bulat yang menjadi penghalang di antara kami.
"Jadi?" Aku tidak ingin basa-basi. Rasanya cukup canggung berbicara berdua seperti ini dengan Ivander.
Jujur aku tidak akrab dengannya dari pertama aku mendengar Dias dijodohkan dengan laki-laki ini sampai dia menjadi suaminya. Belum hubunganku dengan orang tuaku yang buruk membuat aku tidak pernah berada di rumah.
Aku bertemu Ivander sesekali ketika aku mengunjungi rumah mereka untuk bertemu Dias. Bahkan percakapanku dan Ivander hanya saling sapa setelah itu tidak ada pembicaraan lagi.
"Saya tahu kamu pasti sudah dengar apa yang orang tua kamu katakan."
Dahiku mengerut mendengar kalimat Ivander. Aku tidak bodoh, aku tahu apa yang dibicarakannya sekarang. Apa mama mengatakannya juga kepada laki-laki ini?
"Soal perjodohan?"
Ivander mengangguk. "Ya. Saya tahu kamu keberatan."
"Bukan keberatan, lebih tepatnya aku terkejut. Kenapa Mama bisa meminta aku untuk menikah dengan Mas Ivan ketika putri kesayangannya baru saja meninggal," balasku jujur.
"Saya tahu. Dan saya di sini ingin membicarakan soal ini," katanya, menatapku beberapa detik. "Kamu bisa menolak perjodohan ini."
Dahiku mengerut. "Apa?"
"Kamu bisa menolak perjodohan ini. Saya tahu kamu tidak mungkin mau dijodohkan mengingat kamu tipe perempuan yang suka kebebasan."
Satu alisku naik. "Tipe perempuan yang suka kebebasan?"
"Ya, saya tahu kamu tidak suka diatur. Karena itu lebih baik kamu tolak perjodohan itu. Karena saya sendiri tidak ingin menikah dengan kamu."
Aku menatap laki-laki di depanku dengan tatapan tidak percaya. Benar aku tidak suka diatur, Ivander juga benar dengan kalimatnya yang mengatakan bahwa aku perempuan bebas. Tapi kenapa rasanya terdengar menuduh dan buruk di telingaku.
"Aku juga tidak ingin menikah dengan Mas Ivan."
Ivander mengangguk. "Karena itu kamu bisa menolak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Replace
RomanceHanya dengan satu suara, Yiska Ayunindya berhasil mendapatkan gambar yang sempurna. Orang lain menjulukinya perempuan dengan potret yang menakjubkan. Photografer yang hasil fotonya selalu mendapatkan perhatian. Berkecimpung dibidang fotografi adalah...