13. Pra Luka

38 10 3
                                    

"Luka adalah tempat di mana cahaya memasuki Anda".

Maulana Jalaludin Rumi

🍁🍁

Tidak semua yang menetap akan tetap, tidak semua hal baik akan terus menerus berkesinambungan. Terkadang untuk melewati semua permasalahan hidup seseorang harus menjadi pribadi yang kuat. Sebab pada dasarnya semesta punya banyak cara untuk melukai dan menyembuhkan luka setelahnya.

"Mah, rumah kosong yang ada dihalaman depan. Tetangga ituloh mah sekarang udah ada yang ngisi." Jelas remaja laki-laki yang memiliki tinggi 175 cm itu.

Fahira dan Nisa yang sedang asik menonton salah satu serial televisi yang terkenal tentang presenternya yang tegas mengulik topik pemerintahan itu mengernyit.

"Serius kamu?" Tanya perempuan bergamis hitam legam dengan mukena senada.

"Ayah kamu mana Di?" Berbeda dengan tanggapan putrinya Fahira lebih khawatir akan keadaan suaminya yang setelah shalat isya belum juga pulang.

"Dih, dibilangin juga pake nanya seriusan segala. Ngga percaya saya emang? Mamah juga udah capek-capek Dio beri info malah nanyain ayah. Ayah di rumah tetangga mah. Tetangga baru."

Nisa beranjak dari tempat duduknya masih mengenakan mukena yang sama mendekati adik laki-lakinya itu. "Antarin ke tetangga, mau manggilin ayah. Mamah rindu"

Fahira menghela nafas. Mengurangi volume televisi dan bebarlik menghadap kedua anaknya itu. "Jangan ngada-ngada nak, mamah nanyain ayah kalian biar kita bisa makan cepet, kasian loh kamu ca, baru pulang dari nugas katanya tadi habis direkrut buat teknisi UGD. Besok makin sibuk itu kerjaanmu."

Nisa nyengir, ia berjalan mendekati mamahnya lalu memeluk dengan sayang. "Kalau kek gini anak gadis mama besok bawannya semangat kerja nih."

Dio melongo, tapi buru-buru keluar. "Mah, ijin manggil ayah." Pamitnya saat sudah diluar rumah.

Dua orang perempuan beda usia itu saling menatap lalu menggeleng pelan. Kemudian mereka terkekeh bersama.

🍂🍂

"Oh, berarti rekan Nisa ya. Anak saya juga kerja dirumah sakit itu." Ucap Zafran seusai mengetahui bahwa Lim merupakan dokter pindahan yang ditugaskan di rumah sakit Binhus.

Lim mencoba mencerna kalimat yang diucapkan oleh laki-laki paru baya berusia sekitar 53 tahun tersebut namun masih awet muda. Apa katanya tadi? Anak saya, Nisa. Nisa yang ada di rumah sakitkan hanya Althafun An-Nisa. Ha? Apakah ini ayah gadis itu? Lim menelan saliva setelah bergulat dengan pikirannya sendiri. Tidak salah lagi yang membantunya menata ruang rumah baru ini adalah ayah Nisa. Calon mertua yang sedang ia rencanakan jika Allah menghendaki.

"Eh. Iya pak." Ia mendadak gugup. Duh aura Ayah gadis itu memang bukan main, orang-orang bisa merasa insecure dan terintimidasi secara bersamaan jika sudah berhadapan seperti itu.

"Allhamdulillah, akhirnya anak saya punya rekan sejawat yang rumahnya deket." Balas laki-laki paru baya yang memiliki wajah teduh tersebut.

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam" jawab dua laki-laki tersebut secara bersamaan.

UNIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang