8. Lukisan Hidup

34 9 0
                                    

"Dalam hidup tak ada yang selalu baik-baik saja namun bukan berarti tak akan pernah baik juga, kita bahagia tergantung seperti apa menanggapi persoalan kehidupan."

🍂🍂

"Ada apaan nih  An? Tumben bener kamu manggil." Salsa masuk ikut duduk di sofa ruangan dokter Anne.

"mau nginfoin kalau saya bakal pindah dari rumah sakit ini." Jelas An dengan santai sambil tersenyum miring.

"Bukanya kamu sudah tanggung jawab sama keluarga korban? Lagian isu yang mengatakan kamu bukan dokter kompoten itu sudah meredah. Ngapain lagi pindah?"

Dokter An meraih amplop yang tergeletak di atas mejanya dan menyodorkan Amplop itu ke Salsa. Salsa meraih amplop itu dengan wajah bingung. "Surat pegundaran diri?"

"liat aja, dan kamu putuskan sendiri gimana perlakuan sahabat yang kamu eluh-eluhkan karena baik hati itu." Jelas An.

Salsa membuka isi amplop itu dan didalamnya terdapat surat. Surat itu berisi bahwa dokter an harus segera resign guna meminimalisir kecelakaan dan image buruk rumah sakit yang di tulis oleh nisa langsung.

"Ini bohongan kan An? Ngga mungkin Nisa seperti ini" Salsa tidak ingin percaya bahwa sahabat karibnya melakukan hal-hal yang sama sekali bertolak belakang dengan imagenya.

"Terserahsih mau percaya atau tidak yang jelas waktu rapat ko'ordinasi pasca kejadian yang paling ngotot buat saya ngga ngelakuin kesalahan ulang itu Nisa, dan yang ngotot banget buat memperbaiki image rumah sakit kembali bagus juga dia." Jelas An. "Oh iya saya lupa kamu kan ngga ada di waktu rapat. Kalau masih tidak percaya silahkan tanya dokter dan perawat lain yang menghadiri rapat." Lanjut An lagi.

Salsa bergeming banyak fikiran yang bermunculan dibenaknya seingat perempuan itu lima hari yang lalu Nisa memberitahu mereka agar selalu mensuport Anne tapi kenapa kenyataan berbeda seperti ini.

Triing-triing.

Bunyi gawai menyadarkan Salsa dilihatnya notifikasi popup chat itu dari Nisa.

Nisa : Sal kamu masih di ruangan dokter An?

Ia menghiraukan. "Saya masih belum bisa percaya ini An."

"Terserah kamu Sal. Sini suratnya" An menarik surat itu dari tangan Salsa. "Kamu ngga perlu bertanya sama Nisa langsung mending perhatikan gerak geriknya, saya ingatin jangan sampai salah langkah seperti saya yang dikorbankan sebagai pembuat rukah sakit bercitra buruk."

Salsa menghela nafas sambil memijit pelipisnya. Ia pusing memikirkan hal ini. Tanpa kata apapun lagi Gadis berkrmaja biru tersebut keluar dari ruangan Anne. An yang melihat itu tersenyum lalu duduk santai di kursi kerjanya.

"Assalmualaikum."

Nisa yang sedang menulis resep sambil tersenyum kecil  karena bunga mawar dan kotak bekal dari Ardewa dan Halim terkejut mendengar Salsa yang sudah balik di.

"Wa'alaikumussalam, kalian bahas apan Sal sama dokter An. Kok lama bener sampai Suster Via nyariin tadi." Tanyanya. Salsa hanya berdiri sambil menatap Nisa alis gadis itu berkerut.

Nisa ikut mengerutkan dahi tidak seperti biasanya. "Sal?" Panggilnya melambai-lambaikan tangannya. "Salsa?" Panggilnya lagi.

UNIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang