17. Lagi-Lagi

38 9 2
                                    

"Terlalu banyak orang yang sibuk mengurusi urusan orang lain dan malas mengurus urusan sendiri."

🍁🍁

Usai mengganti pakaiannya cuat-cuat tentang kabar buruk Nisa terdengar lagi di telinga Lim.

"Alah, palingan cari muka doang, mana ada sih dokter umum diikut sertain dalam tindakan bedah."

"Iya ya, kok ganjal gitu sih." Timpal salah satu perawat yang ikut berkumpul dalam pembicaraan itu.

"Ehh, tapikan dokter Nisa dulu pernah kuliah di Austarlia dua tahun terus katanya tahun ini penyelesaian bisa saja dia ambil spesialis bedah soalnya yang jadi dokter UGD sekarang kan dia." Ingat Lusi yang merupakan perawat anak.

"Dih iya kalau bener, kalau ngga pasien metong suruh si dokter Nisa tanggung jawab, saya masih kesel bener tahu karena dia dokter An pindah." Arinda menimpali, perawat itu adalah asisten An saat dokter An bekerja di Rumah sakit Bina Hus*da itu.

"Nasib baik kamu tidak di depak juga dari sini." Itu tanggapan Lim yang menghampiri mereka. "Saya heran ternyata selain merawat pasien di rumah sakit ini juga ada profesi menebar kebencian." Lanjut laki-laki bermata sedikit sipitu itu, lalu meninggalkan para perawat yang tertunduk.

"Kalau kalian masih saja ghiba seperti itu mending tidak usah kerja, disini semua orang sibuk menangani pasien, sementara kalian masih bisa curi-curi waktu untuk menambahkan dosa. Apa perlu saya lapor ke atasan?"

Para perawat itu geram mendengar teguran Lim, mereka tidak menjawab namun sibuk mengumpat dalam hati sambil berlalu pergi ke bangsal masing-masing. Lim sedikit miris ternyata tidak hanya di luaran sana terjadi perghibahan bahkan rumah sakit tempat penanganan orang sakitpun ada. Ia menggeleng sambil berdecak kemudian melanjutkan jalannya ke ruangan Nisa.

"Dokter baru itu cerewet sekali ya, untung ganteng." Ucap Lusi pada temannya.

"Ada benernya sih, nasib baik kita ditegur tuh dokter Marfa datang, bisa kena amuk kalau kita ngga becus kerja lagi." Timpal Diva.

"Ah bodo ah kesel."

Setelahnya semua masuk kedalam bangsal masing-masing. Lim yang di tegur dokter seniornya itu melempar senyum sebagai balasan.

🍂🍂

"Dok, saya kagum sama keberanian dokter Lim yang menegur geng Arinda." Sania menjelaskan dengan detail apa yang di tangkap dan didengarnya saat hendak ke ruangan Nisa.

"Sekarang memang banyak manusia yang mengaku lebih benar dari manusia yang lain, tindakan dokter Lim sudah sangat bagus Na." Timpal Gadis itu setelah mengetahui kronologis kejadian.

"Iya dok, heran aja saya bener banget kata dokter Lim."

"Sudah, mending sekarang fokus liat hasil rekap pasien, bagaimana? Apakah ada tanda-tanda komplikasi pasca operasi dari pasien?" Tanya Nisa yang mulai membuka berkas data pasien.

"Sejauh ini pasien masih dalam pengaruh anestesi dok, tindak selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan setelah pasien siuman." Jelas Sania yang juga mengambil spase di hadapan Nisa.

"Bay the way dok, aura dokter baru kalau lagi serius cakep loh. Kalau saya terperangkap pesonanya sepertinya bahaya." Lanjut Sania lagi, sambil menatap Nisa yang sedikit mengernyit.

UNIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang