4. Tentang Diam

38 8 0
                                    

Diam bukan berarti sombong, diam bukan berarti tak mengerti namun Diam adalah tindakan untuk menjaga diri saat sedang tidak dalam kondisi baik-baik saja

🍂🍂

Sepulangnya Lim dari rumah sakit laki-laki itu dikagetkan dengan kedatangan Fauzan yang duduk santai di teras rumahnya.

"Ngapain kamu?" Tanyanya tanpa ada sedikit basa basi sekalipun.

Fauzan terkekeh "santai bro, ngga usah sinis gitu."

Lim menatap datar lalu ikut duduk di samping lelaki berjaket cream itu. "Eneg tau ngga saya liat kamu" ucapnya kemudian.

"Aseem, dari dulu ampe sekarang kaga berubah. Ini undagan pernikahan saya. Datang ya bawa partner, Alfa dan yang lain udeh saya antarkan. Saya tau alamat kmau juga karena mereka." Jelas Fauzan sambil menyodorkan undagan pada laki-laki itu.

Lim menatap undagan yang ada di tangan kanan Fauzan lalu menatap Wajah lelaki itu yang tersenyum samar. Dahinya mengkerut kemudian tinjunya mendarat tepat di samping bahu kanan sahabatnya.

"Allahmdulillah ya Allah nikah juga kamu manusia tanpa perasaan." Responya itu diikuti ringisan Fauzan.

"Kalau mau ninju bilang bambank"

"Hahahah, tidak seru dong, Selamat semoga Samawa. By the Way datang sendiri dulu aman kan." Jelas Lim sambil terkekeh melihat Fauzan kesakitan mengusap-ngusap bahu.

"Dari jaman SMA sampai jadi dokter Spesialis kamu belum nemu juga yang sreg di hati, curiga ane jangan-jangan kamu" belum sempat Fauzan menyelesaikan ucapannya Lim sudah menyambar.

"Hush, kamu kata saya gay? naudzubillah. Intinya saya normal. Kamu mau saya datang apa mau ngasih wejangan biar cepat nikah si." Protesnya. Lalu membuka undagan Fauzan.

Fauzan berdecak sambil sesekali meringis. "Saya mau situ datang sekalian bawa partner biar ngga kasihan Jomblo mulu."

Lim menghiraukan saja ia malah sibuk membaca nama-nama yang tertulis dalam undagan tersebut. "Sama Dinda? Widih jadi juga kamu sama dia ya."

"Namanya juga jodoh, mau sejauh apapun dan serumit apapun masalahnya kalau udah di takdirkan Allah pastilah bersanding" Fauzan menimpali.

Lim manggut-manggut ia tahu bener perjuangan sahabatnya yang satu ini dan akhirnya di persatukan sama perempuan yang di sayangi.

"Ane bakal datang insya Allah. Kamu ngga usah khwatir masih ada Saga, Afi buat partner jomblo. Gini gini kami banyak yang naksir."

Fauzan menggeleng pelan. "Terserah gimana baiknya kalian saja. Kalau gitu ane pamit pulang, Surabaya jauh soalnya."

Fauzan berdiri dari tempat duduknya di ikuti Lim. "Hati-hati, makasih sudah ngunjungin ya." Ucap Lin tulus sambil menepuk pundak sahabatnya itu.

Fauzan manggut "pamit bro, Assalamualaikum, oh iya lupa kalau tahun ini belum menumukan semoga tahun depan saya sudah dapat undangan acara nikahanmu." Imbuh Fauzan lagi lalu terkekeh kemudian berjalan menuju mobil putihnya yang terparkir depan rumah dinas Lim.

"Wa'aalaikumussalam, aamiin ya Allah kabulkan lah doa calon manten itu." Balasnya dengan terkekeh sementara Fauzan sudah terbahak dalam mobil. Lelaki itu menurunkan kaca jendela mobilnya mebuat pose hormat kecil.

"Hati-hati, situ calon manten ingat." Ucap Lim lagi.

"Siap, jangan lupa datang minggu depan." Balas Fauzan yang ia balas dengan anggukan lalu lelaki itu melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah lim.

UNIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang