7. Gombalan Kartu Ucapan

40 10 1
                                    

"Hal-hal kecil yang di pandang orang lain tak bermakna terkadang malah akan sangat bermakna saat berada di orang yang tepat"

🍂🍂

Nisa dan Dio tiba di rumah sakit. Di depan pintu rumah sakit ada seorang kurir yang ke bingungan. Dio yang memang dasarnya suka ingin tahu langsung turun buru-buru dan menghampiri pak kurir tersebut sementara Nisa merapikan sekali lagi khimarnya lalu ikut turun.

"Pak, boleh saya bantuin? Kebetulan kakak saya kerja disini." Ucap Dio tanpa basa basi.

"Anu.. ini nak, saya mau anterin paket buat seseorang." Jelas bapak kurir itu sambil memasang wajah bingung.

Nisa menghampiri keduanya lalu ikut bertanya dan menawarkan bantuan. "Pak ada apa? Ada yang bisa kami bantu?"

"Kenapa ngga langsung ke alamat rumahnya saja pak?" Balas Dio. Remaja itu akhirnya makin penasaran sekaligus juga prihatin pada bapak-bapak kurir itu.

"Iya pak, kenapa ngga ke rumahnya langsung aja." Nisa turut menimpali ia masa bodolah dengan pertanyaan awal yang di hiraukan emang udah ngga pas waktu untuk dibahas ulang lagi fikirnya.

"Si pengirim paket sepertinya ngga hafal alamat rumahnya nak".

Nisa mengernyit. "Ehm" ia berdehem sejanak. "Kalau boleh tau penerima paketnya atas nama siapa ya pak?" Lanjutnya lagi. Dio mengangguki setuju dengan ucapan kakaknya.

"Ini ada paket bunga dari seseorang namanya lupa, penerimanya atas nama Althafun An-Nisa."

Nisa terkejut begitu pula Dio. Kakak beradik itu saling pandang lalu nisa menaikan bahunya tanda tidak tahu menahu soal paket itu.

"Oh, ini pak penerimanya." Balas Dio.

"Ooh neng to, Allhamdulillah ngga perlu repot-repot keliling rumah sakit." Timpal sang kurir yang dibalas senyum canggung oleh Nisa sementara Dio sudah menyeringai siap menggoda kakaknya.

"Ini neng paketnya, dan silahkan tanda tangan disini sebagai tanda serah terima ya." Jelas kurir itu.

Ia mengambil paket bunga mawar biru lalu menandatangani kuitansi yang disodorkan sang kurir. Setelahnya kurir itu permisi baru beberapa meter sang kurir mengendarai motor. Dio sudah menggoda.

"Uhuy, asiik dapat bunga dari siapa ni kak? On the way lapor mama deh bahwa kak Nisa bentar lagi di lamar orang hahaha." Goda Dio lalu mengikutinya dari samping berjalan masuk kedalam rumah sakit.

"Hush, jangan iseng deh. Masih pagi loh ini dek. Mau saya suruh balik pondok lagi." Jawabnya yang malah di tanggapi santai oleh adiknya itu.

"Udah Kak jujur aja" Timpal Dio "biar ngga dibilang susah move on." Lanjut Dio lagi.

Nisa mendecak melirik adiknya itu dengan sinis, ia menaruh telunjuknya dibibir memasang raut wajah tidak enak, Dio terdiam menaikan sebelah alisnya tanda kebingungan. Nisa menghiraukan gadis itu kemudian membuka ruangannya. Mereka berdua masuk. Dio yang duduk di sofa dan ia y
duduk didepan meja kerja sambil meletakkan bunga mawar tersebut.

"Kenapa Kak Sa?" Tanya Dio yang penasaran. "Kok ucapanku yang kedua tadi sperti kesalahan?"

Nisa menghela Nafas lalau menatap adiknya. "Jangan ngomong kaya gitu lagi Dio, disini tempat umum ngga baik kalau ada salah seorang dengar dan nyebarin gosip yang ngga-ngga." Jelasnya. "Lagian kata siapa sih belum move on orang saya sudah move on buktinya nih bunga." Tambahnya.

Dio beroh ria sambil cikikikan. "Maaf deh kak Sa ngga ngulangi janji."

"Dengan senang hati saya maafin adik saya." Jawabnya lalu nyengir yang dibalas cengiram juga oleh Dio.

UNIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang