18. Terlalu Palsu

87 13 6
                                    

"Bahkan dengan setitik kabar palsu ketenangan dalam hidup seseorang hancur"

Unik

🍂🍂

Nisa Shok mendengar rekaman suara yang di tunjukkan kepadanya. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa kata-katanya kemarin akan diedit sepalsu ini.

"Maaf Sa, saya sebagai atasan mau tidak mau harus bertindak untuk memberhentikan kamu dari rumah sakit ini"

Nisa bergeming, pikirannya kacau. Mau tak mau memang konsekuensi ini harus ia hadapi meskipun sebenarnya itu fitnah.

"Ar, kamu percaya sama saya kan Ar. Semua voice note dan kesaksian pasien disini adalah tidak sesuai kebenarannya." Jelasnya, ia menatap sekilas kepada Ardewa.

Ardewa menghela nafas gusar. Banyak para perawat dan dokter yang mengintip dari luar. Geng Arinda tersenyum, Salsa mengeluarkan Smirknya dan duluan meinggalkan kerumunan didepan pintu itu. Sementara Lim tidak ada di rumah sakit ini dikarenakan panggilan kantor yang ada di Bandung.

"Ini surat pemecatan secara paksa Sa, saya mohon maaf dalam masalah ini tidak bisa membantu banyak, tapi setidaknya dengan begini indra pendengaranmu bisa aman dari gunjingan-gunjingan."

Nisa meraih surat tersebut sambil tersenyum kecut. Meskipun ia tidak mengeluarkan air mata namun nyatanya rasa sesak dihatinya kian terasa.

"Terimakasih dokter Ar, saya ijin pamit." Pungkas gadis berlesung pipi itu kemudian keluar meninggalkan ruangan kepala rumah sakit ini.

Melihat Nisa yang semakin mendekat para perawat dan dokter yang mengintip itu langsung bergegas pergi dan sebagian berpura-pura tak tahu menahu. Arinda dan teman-temannya yang lain menunggu Nisa di pintu. Sania hanya bisa menghapus air matanya.

Saat Nisa telah selesai menutup pintu para perawat itu langsung datang menyalaminya mengucapkan selamat tinggal.

"Welcome to pengangguran dokter"  ucap Arinda yang menyeringai dengan sinis.

"Saya malah jadi ingin menemui dokter ganteng yang membela perusak nama baik rumah sakit kita ini, tapi ternyata pahlawan itu tidak ada hahah." Ucap Vide kepada Nisa.

Nisa hanya tersenyum saja menanggapi komentar-komentar sinis itu. Sania sudah menangis tersedu-seduh lalu memeluk partner kerjanya itu.

"Kok bisa gini sih dok, itukan kejadian sebenarnya bukan seperti itu. Kenapa dokter Nisa ngga membela diri."

Nisa menepuk pundak Sania sambil tersenyum "percuma Sania, orang-orang yang membenci akan selalu mencari cara untuk menjatuhkan orang yang tidak disukainya."

"Tapi kabar-kabar itu fitnah dokter." Sania makin sesenggukann.

Geng Arinda malah terkekeh-kekeh. Lalu meninggalkan Nisa dan Sania yang berpeluuk di depan ruangan kepala rumah sakit itu.

Ardewa ikut menangis, lelaki itu tidak menduga bahwa cara licik Salsa akan menjauhkan Nisa darinya. Dendam ayahnya sudah amat keterlaluan dan ia tidak bisa apa-apa.

"Aaarrrgh." Teriaknya.  Untung saja ruangannya kedap suara sehingga Nisa dan Sania yang sudah melerai pelukan dan berjalan kembali keruangan tidak mendengar lagi teriakan Ardewa.

🍂🍂🍂

Lim yang baru saja keluar dari ruangan Alfa bersama-sama shok melihat Carisa yang tiba tiba menyertakan rekaman.

"Masuk dulu bang" ucap Carisa yang menarik Alfa dan yang lain.

Ke-empat laki-laki itu mengernyit keheranan melihat Carisa yang menatap mereka dengan kepanikan. Gadis manis itu menghela nafas gusar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UNIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang