6. Bunga yang tak Biasa

37 8 0
                                    

"Bunga memang indah namun sebaik baik bunga adalah perempuan yang terjaga"

Daud Izam Al-Fariski

🍂🍂🍂

Ke esokan Pagi nya, Nisa yang semalam bergelut dengan hati dan pikiran mencoba berdamai sekarang. Dio yang duduk disampingnya asik menganggu sementara perempuan itu sibuk memakai sepatunya.

"Sayang, kalau motong dagingnya itu yang benar, sini abang bantuin." Ucap Dio mengulang kalimat yang di lontarkan Haya pada istrinya semalam.

Nisa berbalik menatap Dio dengan sinis. Dio makin terbahak senang sekali melihat kakaknya kesel.

"Ia abang, makasih ya. Aku sengaja kok biar abang motongin terus suapin. Hilih." Ia akhirnya ikut menirukan ucapan dokter An. "Sosweet aja terus biar di rumah orang ngga tau tempat banget." Gadis itu mulai julid lalu menatap kaca.

Dio sudah terkapar di sofa saking lucunya melihat Nisa yang julid. "Ngga usah ngakak kamu. Durhaka banget sama kakak sendiri." Tambah Nisa lagi kemudian mulai menyelipkan jarum pentul pada khimarnya. Dikatai seperti itu Dio malah makin terbahak sampai memegangi perutnya.

"Hahaha, Astghfirullah. Gimana kak rasanya liat mantan calon suami mesra-mesraan dengan istri di hadapanmu?" Tanya Dio lagi sekarang ia bangun dan menyandarkan bahunya di pungung sofa masih dengan tawa yang tersisa.

"Ngga usah sok nanya. Inginku tendang mereka berdua." Balas Nisa yang menoleh menatap Dio sambil sibuk memperbaiki khimarnya.

"Tegar banget ya kak, hahahah."

Nisa menghela nafas, lalu mengambil tasnya menyampirkan ke bahu. Ia malas sebenarnya membahas Haya dan Istrinya. Cukuplah semalam ia berapi-api melihat kemesraan itu.

"Tegar banget dong, udeh antarin ke rumah sakit. Malas bawa mobil nih." Ia menarik lengan adiknya itu memaksa Dio bangun untuk mengantarnya.

"Kalau ane jadi kakak udah ane banting tu piring di meja terus bilang sosweet aja terus sampai meninggal."

"Heh, siapa yang ajarin ucapan seperti itu? Antum anak pesantren jangan ngada-ngada." Tegurnya. Sekesal apapun Nisa pada orang lain mendoakan yang terbaik itu tetap menjadi prinsipnya.

Dio menutup mulutnya sambil menghampiri meja mengambil kunci mobil. "Lagian sih." Protes remaja itu.

Nisa menggetuk kepala Dio "Udah ngga usah gibah. Maah ayah. Nisa mau berangkat niii."

Fahira yang baru saja selesai memasak sarapan menghampiri anak gadisnya itu. Sementara Zafran yang baru pulang dari joging juga ikut masuk ke dalam rumah.

"Loh-loh." Ucap Zafran terheran-heran melihat putrinya sudah memakai gamis satu set berwarna merah maruun dengan tampilan sangat rapih.

"Ngga sarapan dulu nak?" Ucap Fahira yang mendekati putrinya itu.

"Kenapa ayah? Nisa cantik kan." Ucapnya lalu terkikik. "Ngga mah minta di bekalin aja. Mumpung Dio mau anterin ke rumah sakit."

"Ayah, dokter Haya kalau berkunjung jangan pas ada kak Nisa dong, kasian tau yah anak ayah hatinya hancur terus seperti kaca. Mana sosweetnya di depan mantan calon istri lagi." Jelas Dio lalu meringis mendapat cubitan dari Nisa.

UNIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang