[Axeryda]
"Apakah aku harus berpura-pura menjadi putri keluarga Marquess saja ya?"
Aku menghela napas, duduk dilantai menghadap ke jendela besar, karena ini di lantai dua, aku bisa memandangi lampu-lampu yang menyala di tengah malam seperti saat ini.
"Aku tidak tahu apa yang ada di sekitarku, tidak tahu juga seberapa berbahayanya dunia ini, pasti ada aturan-aturan tak tertulis yang bisa menjerumuskan ke dalam masalah" aku menipiskan bibir, jari-jariku bergerak menyisir rambut ke belakang.
"Yah, sepertinya itu keputusan yang paling memungkinkan, walaupun pasti akan menemukan konsekuensi ke depannya" aku memangku dagu, menatap tanpa fokus ke depan, memikirkan akhir nasib yang bahagia atau tragis.
Tapi tunggu sebentar, aku bahkan tidak tahu seperti apa sifat nona kediaman ini, sial.
Setidaknya aku harus tahu tentang bagaimana dia menyikapi sesuatu agar aku bisa menyesuaikan, atau paling tidak, jika sifatnya bertolak belakang dengan sifatku, aku bisa mengubahnya sedikit demi sedikit tanpa membiarkan orang-orang sadar atas kesenjangan yang terlalu mencolok.
"Baiklah pikirkan itu besok, Axery!"
Aku menepuk pipiku dengan sedikit keras, lalu berdiri menuju ranjang tanpa menutup gorden, ini suasana yang aku sukai, entah mengapa, ini benar-benar membuatku sangat nyaman, sepi, gelap, bahkan lampu tidur pun tidak kunyalakan, dan tidak menutup gorden tentu saja.
Bahkan, di duniaku sebelumnya, aku sering kali tidak menutup jendela.
Aku mulai memejamkan mata, berharap hari ke depannya tidak berat.
Dan untuk nona kediaman Marquess yang asli, aku sangat resah sebenarnya, semoga tidak kesal aku menggantikan perannya. Sungguh, aku akan berusaha memainkan peran sebagai dirimu ini sesingkat mungkin sampai menemukan sesuatu yang tepat yang akan aku lakukan. Aku berjanji.
›‹
Aku menghela napas kesal ketika dua orang dayang membantuku dari melepas gaun saat mandi hingga memoles make-up natural di wajahku.
Hei, memangnya akan pergi ke mana? Di rumah saja kan? Kenapa repot-repot make-up?
"Rambutnya tidak usah, digerai saja" aku protes, nanti, aku semakin tidak bebas bergerak jika banyak hiasan di kepalaku.
"Kalian bisa keluar" Sila tersenyum kepada dua dayang itu, memang, biasanya dayang akan ikut pergi ke mana pun tuannya pergi, namun, tadi aku memohon pada Sila supaya mereka menjauh dariku saat tidak perlu, dengan jaminan untuk tidak pernah kabur lagi.
"Hari ini, tidak ada undangan yang harus dipenuhi Nona, apakah Anda ingin pergi ke suatu tempat?" tanya Sila membuatku berpikir sebentar.
"Menurutmu?" tanyaku balik.
"Emm, berbelanja mungkin? Nona sering membeli perhiasan"
Sering membeli perhiasan, anak orang kaya.
"Antarkan aku ke tempat perhiasanku" ujarku, aku harus melihat seperti apa perhiasan yang sering dibeli putri Marquess itu.
"Baik Nona"
Saat memasuki ruangan yang menjadi tempat putri Marquess meninggal, aku sedikit menahan napas. Oh iya, aku belum pernah melihat arwah di dunia baru ini, jika kalian ingin tahu.
"Akan Anda apakan perhiasan ini Nona?" tanya Sila, dia membuka pintu kaca lemari itu.
"Ini, astaga" aku memandang empat set perhiasan itu aneh.
"Kenapa Nona?" tanya Sila.
Ini, perhiasan atau batu untuk tawuran, besar sekali.
"Ini pemberian orang?" tanyaku, menoleh ke Sila.
"Bukan Nona, ini Nona beli" balasnya.
"Aku lupa, dalam rangka apa aku membeli keempat ini?"
"Emm" Sila tampak ragu menjawabnya.
"Ayo jawab"
"Saat itu, Nona berada di toko perhiasan yang sama dengan Nona bangsawan lain, lalu, Anda sepertinya sengaja membeli ini untuk..." Sila sepertinya tidak ingin melanjutkan.
"Untuk pamer, yah aku tahu" aku mengangguk, ada sedikit gambaran tentang sifat orang itu.
"Masukan ke dalam kotaknya masing-masing, yang empat itu" perintahku.
"Kalau boleh tahu untuk apa Nona?" tanya Sila sembari melakukan apa yang aku suruh.
"Kita jual"
Lancang, namun sepertinya aku harus melakukannya, karena sifatnya sepertinya tidak terlalu baik jika diulas dari perkataan orang-orang disekitarnya, aku perbaiki image-nya mulai dari ini seharusnya tidak masalah kan?.
›‹
Aku sudah menduganya jika empat perhiasan itu harganya sangat mahal, buktinya, sekarang aku memiliki banyak uang setelah menjualnya.
"Sila" panggilku kepada pelayan pribadi itu.
"Ya Nona?"
"Apakah ada tempat untuk mengganti warna mobil?" tanyaku, aku sudah tidak tahan lagi dengan warna mobil ini yang sangat mencolok.
"Tidak tahu Nona, pak sopir, apakah ada?" Sila bertanya kepada sopir di sebelahnya.
"Ada Nona, tidak jauh dari sini, apakah Nona akan menggantinya sekarang?" tanya sopir itu, bagus, bapak sopir peka.
"Apakah itu mahal?"
"Tidak Nona, harga seperempat dari satu set perhiasan yang Anda jual" demi Tuhan, bapak sopir peka sekali.
"Pintar sekali pak sopir, wah!" aku harus mengapresiasi, tentu.
"Terima kasih Nona"
"Oh iya, mari kita berbelanja untuk mengubah kamar" seruku membuat Sila menoleh kaget, aku menaikkan alis.
"Nona, kenapa tiba-tiba sekali?" tanya Sila penasaran.
"Aku hanya bosan" aku mengalihkan pandanganku ke jendela.
Untung saja yang serba 'cerah' hanya kamar, sedangkan kediamannya berwana putih, jika semuanya seperti warna kamarnya, aku akan pindah rumah. Sakit mata.
Sudah dua hari aku ada di dunia ini, dan aku belum tahu kelakuan putri keluarga Marquess seperti apa dengan jelas, bagaimana jika aku terlalu berbeda dengannya? Bagaimana jika aku terlihat sangat mencurigakan? Bagaimana jika...? Bagaimana? BAGAIMANA?.
Sial, aku bisa mati depresi jika terus seperti ini, untungnya aku orang yang begitu sabar.
Dua hari itu hanya sedikit waktu, perlahan saja, sepertinya begitu.
›‹
KAMU SEDANG MEMBACA
Axeryda
Fantasy[Glasa's : 1] Axeryda selalu ingin tahu bagaimana kisah hidup para arwah yang dia temui. Pada suatu waktu, dia memutuskan untuk mengikuti arwah 3 teman sekolahnya. Beberapa saat kemudian, dia mengutuk dirinya sendiri, karena saat dia melihat sebuah...