[Axeryda]
"Yes!" aku menahan pekikan ketika aku bahkan tidak masuk ke dalam daftar selir pangeran pertama.
"Benar-benar berhasil" Teresia berdecak tak percaya.
"Kita harus merayakannya" kataku sembari menyenggol lengan Teresia.
"Harus-harus" Teresia mengangguk setuju.
"Jadi kamu benar-benar melakukannya" seseorang menyahut dari belakangku membuatku menegang.
Dengan ragu, aku berbalik, dan yah, seperti dugaanku teman, pangeran pertama ada di sana.
"Ah bisa dibilang begitu" aku terkekeh garing, lagian kan dia sudah dengar, apa yang perlu ditutupi lagi?.
"Kenapa?" tanyanya, matanya berubah ungu, entah dia kaget atau penasaran, entahlah.
"Alasannya sebenarnya tidak sepenting itu untuk kamu ketahui yang mulia, yang penting, sekarang kamu mempunyai sederet perempuan kan? Jika aku ada di sana tidak akan berpengaruh apapun" ujarku, tidak mungkin untuk mengatakan 'bahwa kamu mempunyai warna yang tidak baik pangeran pertama, walaupun kamu tampan, aku tuh gx bisa'.
"Axeryda" pangeran pertama memanggil namaku, aku hanya menaikan alis. Sesekali melirik Kalima yang aku jamin sedang cemburu, kalian tahu? Ucapan Teresia benar-benar menjadi kenyataan, Kalima menjadi selir, pft.
Yang lolos menjadi istri pangeran pertama adalah, seorang anak duke, namanya Delia, cantik memang, warnanya juga tidak buruk. Biru. Lembut, sabar, dan melankolis. Ayo kita lihat seberapa sabar Delia menghadapi pangeran pertama dan para selirnya.
ASAL KALIAN TAHU, AKU BELUM MENGETAHUI NAMA PANGERAN PERTAMA. Bodoh sekali.
"Kamu-"
"Kakak, kenapa kamu mengganggu teman-temanku sedangkan para calon istrimu ada di sebelah barat sana?" suara anggun itu membuatku menoleh lagi.
"Teman?" tanya pangeran pertama heran.
"Ya, tentu saja teman!" Teresia langsung menggandeng Putri Ailee dengn sok akrab.
"Baiklah yang mulia pangeran pertama, siapkan dirimu untuk mengatasi banyak perempuan" kata Teresia, aku tersedak ludahku sendiri.
"Ayo" Teresia menarik tanganku untuk menjauh dari pangeran pertama.
"Hai Putri Ailee" sapaku.
Teresia memukul kepalaku, aku menatapnya protes.
"Salam putri pertama" Teresia sudah melepaskan gandengannya dengan putri pertama.
"Ah ya, salam yang mulia Putri Ailee" aku tersenyum.
Putri Ailee menepuk lenganku, "Ah jangan canggung seperti itu, tolong".
"Waw sungguh?" tanya Teresia terkejut.
"Sebenarnya aku tidak membutuhkan teman yang suka berpura-pura" lanjutnya, mata Teresia berubah hitam, dia meremehkan, aku memutar bola mataku malas, orang ini mulai lagi.
"Hei sialan, dia orang baik" giliran aku yang memukul kepala Teresia, balas dendam.
"Bagaimana kamu tahu, kamu tidak tahu aslinya" ketus Teresia.
"Kamu juga tidak tahu aslinya kan?" aku menggelengkan kepalaku.
Aku berani mengatakan itu karena aku melihat warna Putri Ailee tentu saja. Hijau. Jiwa yang selaras, seimbang, tenang, sopan, dan berpikir dewasa.
"Sebenarnya aku tidak menganggap seseorang menjadi teman kalau masih canggung begini" aku melipat tanganku, itu kenyataan, aku jarang mempunyai teman, mungkin orang lain menganggapku sebagai teman tapi aku hanya menganggapnya sebagai kenalan.
"Ah baiklah ternyata begitu, sebenarnya aku kemari ingin bertanya tentang buku cerita yang kamu berikan" Putri Ailee duduk diikuti aku Dan Teresia.
"Itu novel" kataku.
"Itu sangat bagus! Bahkan aku sudah membacanya dua kali!" mata Putri Ailee berubah kuning, dia benar-benar antusias.
"Tidak heran dengan seleraku" aku tersenyum sedikit sombong, Teresia mencibir.
"Tetapi ada banyak kata yang tidak aku mengerti" ujarnya, aku mengernyit.
"Hei bodoh sekali" Teresia menggeleng-geleng.
"Aihh, aku juga yakin kamu tidak mengerti artinya" bagus, bahkan putri kekaisaran sudah mulai kesal dengan orang gila yang satu itu.
"Itu tidak mungkin" Teresia menyangkalnya.
"Baiklah! Biar kamu memberi tahuku. Apa arti dari motor?" kesal Putri Ailee.
ASTAGA, AKU LUPA. Pasti Putri Ailee sangat kebingungan, dasar Axeryda bodoh.
"Motor?" raut Teresia bingung.
"Tidak tahu kan? Rasakan!" kata Putri Ailee sebal, waw sifatnya sangat berbeda.
"Bagaimana dengan televisi? Ponsel? Pesawat? Laptop? Hologram? HT? Halte? Laser? Robot? Dan lainnya, sudah aku pusing"
Aku menipiskan bibir, akh! Aku tidak menyadari sebelumnya. Aku tidak berpikir sampai sejauh itu.
"Aku juga tidak tahu" Teresia meringis, Putri Ailee memutar bola matanya.
"Sudah-sudah, kapan-kapan aku jelaskan" aku melerai mereka yang sepertinya akan menjadi musuh.
"Dan, pena-pena itu, kenapa itu sangat menakjubkan? Aku tidak pernah melihatnya sama sekali sebelum itu" katanya, matanya berbinar.
"Ya, itu biasa" aku tersenyum sedikit tersanjung.
"Ayo pulang, aku sudah dijemput" aku berdiri, Teresia dengan enggan mengikutiku.
"Tunggu, karena ini masih pagi, bagaimana kalau kita jadikan hari ini menjadi girl's time?" aku melontarkan ide.
"Girl's time?" tanya keduanya.
"Ya! Waktu para gadis! Mari kita bersenang-senang satu hari penuh sampai pagi lagi" kataku bersemangat.
"Sampai pagi? Apakah kita akan ke rumah bordil? Aku tidak mau"
"Hah?" kagetku, lalu tertawa.
"Hei bodoh, apa tempat bersenang-senang hanya itu?" Teresia ikut tertawa mendengar ucapan Putri Ailee.
"Mungkin?"
"Tidak-tidak, mari kita menginap di kamarku" ujarku semangat.
"Apa?" tanya Ailee kaget. Aku tidak terkejut tentang itu, pasti seorang putri memiliki kamar yang sangat luas dan tidak akan berbagi tempat tidur kan? Bangsawan juga sepertinya.
"Ah, mari kita saja, aku setuju!" Teresia merangkulku.
"Tidak! Itu kedengarannya menyenangkan, ayo, aku ikut!" Putri Ailee menahan kami yang sudah hendak melangkahkan kaki.
"Serius?" tanya Teresia heran.
"Ya tentu saja! Aku tidak pernah melakukannya, aku ingin mencoba, tunggu aku, aku akan meminta izin terlebih dahulu!" Putri Ailee pergi dengan tergesa-gesa.
Aku dan Teresia saling berpandangan, dan mengangkat bahu sekilas.
"Bagaimana denganmu?" tanyaku pada Teresia.
"Ada apa denganku?" Teresia bertanya balik.
"Astaga, kamu perlu meminta izin kan?" aku tidak sabar.
"Tidak perlu, biarkan pelayanku yang menyampaikannya ke rumah" Teresia mengibaskan tangannya tidak peduli.
"Oke kalau begitu"
›‹
Hai guys!
Ah makin semangat aja nulisnya.
Lanjut gak nih?
KAMU SEDANG MEMBACA
Axeryda
Fantasy[Glasa's : 1] Axeryda selalu ingin tahu bagaimana kisah hidup para arwah yang dia temui. Pada suatu waktu, dia memutuskan untuk mengikuti arwah 3 teman sekolahnya. Beberapa saat kemudian, dia mengutuk dirinya sendiri, karena saat dia melihat sebuah...