43. Dia milikmu

759 105 5
                                    

[Axeryda]

"Bagaimana menurutmu? Apakah aku harus memaafkannya?"

Aku memangku dagu sembari menatap Kelam dengan malas. Lalu melirik Aklora yang juga menatapku dengan bingung, ah, anak ini tidak tahu apa-apa.

Dan Kelam ini, tiba-tiba muncul begitu saja saat aku dan Aklora sedang sarapan di hari ke delapan aku di sini.

"Bukankah kamu terlalu drama?" aku berdecak.

"Hei, drama katamu?" Kelam terlihat kesal.

"Lalu apa jika tidak drama? Pertama, kamu meninggalkanku sendirian dan aku nyaris mati dibunuh oleh permaisuri. Kedua, kamu terlalu pemarah sampai-sampai aku tidak bisa menghitung berapa hari kamu telah pergi. Ketiga, kamu marah tentang wanita yang menyukai Antha, bukankah berarti pasanganmu itu tampan? Dan kamu beruntung mendapatkannya?" kataku panjang lebar.

Kelam tersenyum masam, "Baik maafkan aku tentang meninggalkanmu sendirian, aku lupa kamu itu payah. Dan untuk wanita itu, memang Antha tampan, tetapi wanita jadi terus mendekatinya".

"Hei, ada apa denganmu. Bukankah ini bisa kamu jadikan bahan untuk menginjaknya? Antha milikmu, wanita itu tidak ada apa-apanya, tidak bisa dibandingkan denganmu"

"Huh, benar juga. Selama ini aku hanya bisa marah jika menghadapi wanita itu" Kelam membayangkan prilakunya sendiri.

"Nah, kemana perginya Kelam yang keren saat menghadapi wanita itu?" Aklora menyahut.

"Kamu jangan memujinya seperti itu" aku mengibaskan tangan.

"Iri saja" Kelam memutar bola matanya.

"Ah aku harus sekolah, aku pergi dulu, sampai jumpa semuanya" ujar Aklora tiba-tiba, dia langsung menghilang dalam satu kedipan mata setelah dibalas anggukan olehku dan Kelam.

"Jadi, kemana kamu selama ini?" aku bertanya pada Kelam, sangat penasaran.

"Oh itu, aku pergi jalan-jalan ke Benua Yaresia"

"Ngomong-ngomong, sepertinya anggota kita akan lengkap" Kelam terkekeh.

"Wah, kapan?"

"Sebentar lagi, tunggu saja, nanti juga datang sendiri" Kelam tersenyum misterius.

"Aku penasaran"

"Oh iya, di mana Antha?"

Aku menatap Kelam dengan heran ketika dia menanyakan dimana keberadaan Antha.

"Bukankah kamu bersamanya selama ini? Dia ikut menghilang saat kamu menghilang. Karena itu aku bilang aku sendirian"

"Ah iya, karena ini, aku hampir saja lupa" Kelam menyentuh gelang di pergelangan tangannya.

"Ada apa dengan gelang itu?"

"Jika aku memakai ini, Antha tidak akan tahu di mana keberadaanku" katanya dengan santai.

"Kasian sekali, dia pasti berusaha keras mencarimu"

Kelam melepaskan gelangnya.

"Kelam"

"AH!" astaga, jantungku hampir copot.

Antha datang dengan raut wajah yang sangat cemas dan berantakan, ya, sangat tiba-tiba, dan sangat mengejutkanku.

Dia langsung memeluk Kelam dengan sangat erat. Lalu menghela napas.

"Maafkan aku" katanya.

"Tidak aku yang minta maaf" Kelam membalas pelukannya.

"Ini bukan salahmu" Antha mengelus rambut Kelam.

Antha melepaskan pelukannya, "Berikan gelang itu padaku?"

AxerydaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang