06. Listrik?

1.8K 223 7
                                    

[Axeryda]

"Uh ini enak" aku mengangguk sembari memejamkan mata, menikmati pijatan dayang.

"Jawab yang jujur ya, menurutmu, apa hubunganku dengan para putri kediaman bangsawan lain terlalu buruk?" tanyaku membuat pijatannya terhenti sebentar.

"Masih bertanya seperti itu? Bagaimana menurutmu?" pertanyaan itu membuatku menoleh ke arah pintu, menatap Marchioness Lalia dengan sedikit terkejut.

"Aku tidak tahu, makannya bertanya" jawabku santai, dari penilaianku selama di sini, aku bisa mengambil sedikit kesimpulan, bahwa putri keluarga Marquess ini tidak bersikap lemah lembut, untung saja.

Terdengar Marchioness Lalia menghela nafas, lalu berjalan menghampiriku dengan dua dayang di belakangnya.

"Buruk, kamu benar-benar tidak menyadarinya?"

"Tidak, aku rasa itu hal yang wajar" oke, sok tahu dulu.

"Wajar Axery? Masalah yang kamu buat itu tidak luput dari amatan setiap keluarga bangsawan, itu namanya mengancam nama keluarga, Ibu sudah lelah menasehati, sekarang terserah kamu" Marchioness Lalia tersenyum tipis.

"Oke, maaf" ujarku singkat.

"Untuk masalah pemilihan istri untuk pangeran pertama, kamu tentu saja siap bukan?" tanya Marchioness Lalia dibalas gelengan olehku.

Enak saja, menurut pengalamanku hasil dari menilik sejarah, membaca buku fiksi, dan lainnya, bukan hal yang mudah untuk hidup di istana, apalagi aku baru di sini selama beberapa hari, paling tidak harus mempertimbangkan dengan hati-hati, salah satunya, melihat bagaimana pangerannya dahulu bukan? ehem.

"Tidak mau?" raut wajah Marchioness Lalia menjadi sangat terkejut, mungkin karena putrinya dahulu sangat menyukai pangeran pertama dan tiba-tiba saat ada kesempatan emas disia-siakan begitu saja.

Sepertinya aku harus hati-hati, langsung memperlihatkan tidak tertarik dengan pangeran pertama itu sangat mencurigakan.

"Khm, bukan tidak mau, aku hanya mempertimbangkan beberapa hal" aku menipiskan bibir.

"Tetapi walaupun tidak mau, semua putri keluarga bangsawan yang umurnya sudah pantas, harus ikut serta dalam seleksi"

Aku sudah menduganya untuk itu.

"Pada akhirnya, keputusanku tidak akan berguna 'kan?" Aku mengangkat bahu.

"Apa yang membuatmu ragu?" tanya Marchioness Lalia hati-hati.

Aku tidak bisa menjawab karena tidak tahu pangeran pertama yang mana.

"Pangeran pertama adalah kandidat paling memungkinkan untuk menjadi putra mahkota, kamu tahu sendiri pangeran kedua itu tidak berminat pada takhta, jadi apa yang kamu pertimbangkan?" lanjutnya.

Oh? Kedengarannya pangeran kedua menarik.

"Umur mungkin?" balasku, itu salah satunya, padahal aku sudah mempunyai rencana untuk tidak cepat-cepat menikah, dan itu sudah mutlak sebenarnya. Untung saja di sana belum ada calonnya, oh tidak, ada delapan, yang satu sudah keduluan orang.

Tapi sepertinya akan berubah disini, bangsawan, kekaisaran, itu pasti sangat akrab dengan perjodohan.

"Kamu dan pangeran pertama hanya beda tiga tahun Axeryda, itu umur yang sangat pas" Marchioness Lalia berujar mantap.

Jadi pangeran pertama berumur dua puluh tahun, memang cocok jarak umurnya, itu menurutku, tapi belum tentu orangnya cocok. Jika benar-benar tidak cocok dan harus ikut serta dalam seleksi, kalah dengan sengaja bukan hal yang buruk 'kan?.

Ya, tentu saja bukan, aku harus mengutamakan kebahagiaan.

"Tetapi, bisa jelaskan bagaimana cara seleksinya berjalan?" tanyaku tidak yakin, ada yang mengganggu pikiranku saat ini.

"Bagaimana menjelaskannya ya, Ibu juga tidak tahu seleksinya bagaimana. Intinya, tentu saja satu istri sah, dan beberapa selir"

Selir ya, selir? Benar-benar selir? Selir? Oke, selir.

Baiklah memang tidak semua selir jahat seperti yang ada di cerita novel itu, tetapi tolong, Tuhan sedang mengujiku sekarang, aku benar-benar tidak suka perempuan kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya.

Sebelumnya, mari bercakap tentang kemungkinan terburuk.

"Bagaimana jika aku menjadi selir?" tanyaku ngeri.

"Sepertinya ayahmu tidak akan membiarkan itu, kamu sendiri mau?" Marchioness Lalia mengusap bahuku. Oh syukurlah.

"Tidak, tolong, apa pun yang terjadi, aku tidak mau" mataku memelas, Marchioness Lalia terkekeh.

"Kamu terlihat lebih dewasa sekarang"

Aku berdecak, aku tidak lebih dewasa, hanya saja aku bingung harus bersikap seperti apa.

"Memangnya bangsawan tidak mempunyai selir? Aku tidak memerhatikan" tanyaku penasaran, tidak menemukan yang namanya selir di sini.

"Kamu benar-benar tidak tahu?. Hampir setiap kediaman bangsawan ada"

"Ayah?" tanyaku lagi, raut wajah Marchioness Lalia terlihat buruk.

"Aku akan keluar dari kediaman ini jika itu terjadi" ketus Marchioness Lalia membuatku tertawa.

"Kata Sila kamu mendapat undangan pesta ulang tahun dari putri pertama, kamu tidak miliki pikiran untuk mengacau kan?" Marchioness Lalia menatap cemas.

Putri pertama? Apakah salah satu musuh?.

"Tidak, aku bosan dengan itu" kataku, mari semaksimal mungkin memerankannya.

"Bagus kalau seperti itu. Jangan bilang belum menyiapkan hadiah karena itu tinggal dua hari lagi" mata Marchioness Lalia menajam, membuatku menelan ludah gugup, astaga, aku tidak tahu, jangan salahkan aku.

"Uh tenang saja, semuanya aman" aku mengacungkan jempol membuat Marchioness Lalia mengangguk puas.

"Ya sudah Ibu ada acara" Marchioness Lalia berdiri lalu meninggalkan kamarku, aku menghela nafas lega.

"Aku butuh kebahagiaan" aku mengeluh, mataku sedih.

Oh iya!

Aku menegakkan bahu, lalu menatap para dayang.

"Ada listrik?" tanyaku langsung, aku memang sangat beruntung membawa laptop, tapi itu tidak akan bertahan lama bukan jika tidak ada arus listrik untuk mengisi dayanya jika habis?.

"Li- apa Nona?" tanya dayang itu dengan raut kebingungan.

Oh Tuhan, jangan bilang kalau tidak ada listrik di sini.

"Listrik astaga, kamu melihat lampu-lampu di atas itu kan? Itu menyala karena?" tanyaku geregetan.

"Lampu? Itu kristal Nona, menyala karena sihir" jawab Sila yang sudah ada di hadapanku.

Aku tersedak air liurku sendiri, sihir? SIHIR?.

"Sihir?" tanyaku berbisik pada diri sendiri.

Sumpah, Tuhan, aku ada di mana sekarang ini?.

Oke, jangan terlalu banyak bertanya, seharusnya pengetahuan seperti itu diketahui oleh semua orang, jangan menjadi aneh di sini, tanya kepada orang yang berbeda.

Untuk laptop, maaf, aku belum bisa menonton drama di sana, sedih sekali rasanya, tapi aku berjanji, akan mencari tahu cara supaya bisa mengisi dayanya.

›‹

AxerydaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang