58. Lembaran baru Baeet

181 6 0
                                    

[Axeryda]

Setelah mendengar kabar bahwa lembaran baru Baeet telah terisi, aku dan Kelam diikuti oleh yang lain segera berteleportasi ke rumah Kelam dan Antha.

Antha dengan sigap merapalkan mantra dan memunculkan Baeet dengan tongkat sihirnya. Dia mengetuk sampul buku itu dengan ujung tongkat, segera, buku itu terbuka dan menampilkan bagian yang baru terisi.

Aku melihatnya, gambar-gambar yang sangat akrab bagiku terpampang di sana, namun tetap saja aku tidak bisa memahami apa arti dari tulisannya.

Aku mengalihkan pandangan kepada Antha dan Kelam, katanya hanya mereka yang bisa membaca buku itu. Jadi, aku menatap mereka dengan penuh harap.

Setelah menunggu beberapa saat, aku mendengar Kelam dan Antha menghela napas.

"Ada apa?" Mama menatap Kelam dan Antha khawatir.

"Apakah ada cara untuk menyelamatkan mereka?" aku bertanya dengan penuh harap.

"Memang ada, tetapi sepertinya agak..." Kelam menjawab dengan ragu.

"Apa itu?" aku mendesak.

"Baiklah, duduk dulu sebentar" Antha menggiringku ke sofa.

"Begini, ada dua cara, yang satu mudah dan cepat, yang lainnya sulit dan lama, kamu memilih yang mana?" ujar Kelam sembari duduk di hadapanku.

Aku mengernyitkan dahi mendengar pilihan yang tidak jelas itu.

Mama menghela napas, "Jangan kebiasaan, jelaskan lebih rinci".

"Sulit mengatakannya karena aku sepertinya tahu keputusan apa yang akan diambil" balas Kelam dengan tenang.

"Bagaimana kalau kita memberitahu kakek Edzylar juga? Kita harus memberitahukan kepadanya apa yang terjadi" sela Antha.

"Benar juga, aku hampir melupakannya, cepat hubungi dia" Kelam tersadar.

"Sambil menungguku, kamu bisa membiacarakannya dengan Dala terlebih dahulu" kata Antha sebelum menghilang.

"Baiklah, Dala, ayo ke ruang kerjaku" Kelam berdiri hendak meninggalan ruangan.

"Kenapa harus berdua?" dahiku mengernyit.

"Rahasia" Kelam menatapku dengan misterius.

"Sebentar ya, Ryda" Mama pergi mengikuti Kelam.

"Ryda, nanti kamu juga akan tahu, kamu di sini saja dulu dengan Papa" Papa tersenyum melihatku, lalu dia duduk di sebelahku.

Aku tidak bisa melakukan apapun selain melihat mereka menjauh menuju ruang kerja Kelam.

›«

Tidak butuh waktu lama untuk Antha pulang setelah mengabari Tuan Martin, aku mengira Tuan Martin akan datang, namun ternyata tidak.

Justru Mama dan Kelam lah yang baru saja muncul, lebih lama dari kepergian Antha. Kami menunggu Mama dan Kelam cukup lama, entah apa yang mereka bicarakan.

Saat ini, kami semua berkumpul dengan serius membicarakan keputusan apa yang harus kami ambil.

"Sebelum membicarakan apa pilihannya, bagaimana dengan tanggapan kedua orang tua Edzylar dan Tuan Martin?" aku memulai pembicaraan.

"Tenang saja, mereka tahu situasinya, tentu saja mereka menyerahkan keputusannya kepada kami" Antha tersenyum menanggapi kekhawatiranku.

"Kedua orang tua Edzylar adalah orang yang sulit memiliki anak, mengetahui itu, Martin, selaku orang kepercayaan kami meminta bantuan kepadaku untuk membantu anak dan menantunya, aku memberikan berkah pada kedua orang itu sehingga mereka bisa memiliki anak, namun dengan syarat mereka bersedia dititipi Edzylar terlebih dahulu sebagai anak pertama mereka dan merawatnya dengan baik, kemudian mereka menyanggupi permintaan itu, tentu saja mereka akan menyerahkan seluruh keputusan kepada kami karena syarat yang telah dibuat" Mama mengelus rambutku sembari menjelaskan.

Aku terkejut mendengar asal-usulnya, ternyata ada hal seperti itu, tiba-tiba aku memikirkan sesuatu, apakah Edzylar tahu mengenai hal ini? Namun sepertinya saat ini bukan waktu yang tepat untuk menanyakannya.

"Baiklah, bagaimana kalau kita mulai membicarakan pilihan apa yang ditawarkan untuk menyelamatkan Darren dan Edzylar?" Kelam tersenyum kepadaku dan aku balas mengangguk.

"Pilihan pertama adalah, membiarkan salah satu dari mereka untuk hidup dan salah satu di antara mereka harus berkorban" Antha memulai.

Mendengar Antha mengucapkan solusinya, bukannya senang, suasana hatiku justru semakin tidak karuan. Tentu saja, siapa yang akan bahagia mendengar hal seperti itu?.

"Apakah tidak ada cara untuk menyelamatkan keduanya?" Papa yang sedari tadi bungkam kini mengajukan sebuah pertanyaan.

"Ada, namun tidak seperti yang kalian pikirkan. Menyelamatkan keduanya yang dimaksud adalah menyelamatkan kedua jiwanya, bukan kedua tubuhnya" Kelam menjawab.

"Jadi jiwa mereka akan tergabung menjadi satu?" aku mengernyitkan dahi.

Antha mengangguk, "Ya, pada dasarnya mereka adalah satu, jika digabungkan tentu saja akan saling melengkapi karena sifat mereka yang bertolak belakang".

"Lalu bagaimana dengan tubuhnya?" aku lanjut bertanya.

"Mereka akan menggunakan satu tubuh yang baru, seperti terlahir kembali, tubuh mereka juga akan dimulai dari bayi" Kelam menjelaskan.

"Sepertinya itu lebih baik dari pada mengorbankan salah satu dari mereka" gumamku.

"Secara garis besar, memang benar ini opsi yang paling menguntungkan, namun, hal ini tidak semudah itu, benar kan, Dala?" Kelam menyela.

Kini giliran aku menatap Mama, raut wajahnya terlihat gundah sejak dia keluar dari ruang kerja Kelam.

"Aku benar-benar tidak bisa menyarankan opsi ini" ucap Mama pada akhirnya.

"Mengapa, bukankah dengan cara itu mereka berdua akan terselamatkan?" Papa bertanya dengan heran.

"Jadi, untuk membuat Darren dan Edzylar terlahir kembali, Oprewde akan digunakan" ujar Kelam.

"Bukankah katanya Oprewde sudah dihancurkan oleh Mama?" aku bingung.

"Itu sudah puluhan tahun yang lalu, tentu saja Oprewde sudah lama dipulihkan" Antha menjelaskan kepadaku.

"Tunggu, jangan dilanjutkan, aku tidak setuju" Mama memotong informasi yang sedang diberikan oleh Antha dan Kelam, jelas Mama tahu sesuatu, dia terlihat sangat tidak nyaman.

"Aku tahu apa yang kamu pikirkan, tetapi keputusan seperti ini tidak bisa hanya menurut pendapatmu saja" ujar Kelam.

"Intinya aku tidak setuju, kamu pikirkan resikonya, hal seperti ini seharusnya tidak perlu disinggung sejak awal"  Mama menggertak.

"Ma, tolong" aku menggenggam tangan Mama, menatapnya dengan penuh permohonan.

"Tidak" ucap Mama dengan tegas.

"Setidaknya beri tahu aku apa alasannya" aku menawar dengan perlahan.

"Mama hanya tidak ingin kehilangan kamu!" Mama akhirnya memberitahu, namun, perkataanya justru membuatku semakin bingung.

Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Mama menghilang dengan teleportasinya, melihat itu, Papa terlihat panik, sambil berpesan kepada Antha dan Kelam untuk menjagaku dengan baik, Papa ikut meninggalkan rumah ini untuk mencari keberadaan Mama.

›«

Hallo, setelah sekian lama, maaf ya kalian sudah menunggu tanpa kejelasan❤️‍🩹❤️‍🩹.

AxerydaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang