[Axeryda]
"Uh" aku melepaskan tubuhku dari dekapan Darren.
"Ry, kamu kemana saja!" Darren memegang lenganku dengan erat.
Bagaimana aku menjawabnya?.
"Aku belum bisa mengatakannya" lebih tepatnya aku bingung.
"Kenapa kamu ada di sini?" tanyaku.
Ini lumayan aneh, karena setelah aku putus dengannya, aku benar-benar mengabaikannya, dan dia menghargai keputusanku, kita tidak memiliki kontak lagi setelah kami berdiskusi dengan baik-baik.
"Melihat apakah kamu sudah kembali" kata Darren.
"..."
"Ry, selamat ulang tahun" dia tersenyum lembut.
"Ah ya, terima kasih" aku mengangguk.
"Dan-"
"Ryda?! Apa itu kamu?!" suara akrab terdengar, nadanya sangat panik dan seolah-olah tidak percaya.
Aku menoleh, dan menemukan seorang pria tinggi berusia empat puluhan yang masih sangat awet muda berlari dari pintu rumah.
"Papa" gumamku tanpa sadar.
Sosok itu bergegas keluar gari gerbang dan memelukku dengan erat yang membuatku membeku.
Apakah ini benar-benar Papa?.
"Maafkan Papa"
Tatapanku kosong, otakku seperti berputar.
"Ayo, masuk dulu" Papa menarik tanganku dengan lembut, tidak peduli dengan keberadaan Darren sama sekali.
Kepalaku menoleh, dan menganggukkan kepalaku kepada Darren. Darren pasti tahu situasi, dia hanya berdiri diam sembari menarik senyumnya.
›‹
[Lajeea]
Sadewa menatap lembut sesosok gadis kecil berusia lima tahun yang jaraknya semakin dekat dengannya.
"Halo anak Papa" sapanya sembari mengangkat tubuh sehat bocah itu.
"Halo Papa" dia menyapanya kembali.
"Ryda pintar sekali. Ayo tidur, sudah malam" Sadewa mencium pipi gembul Axeryda berulang kali sehingga membuat Axeryda terkekeh bahagia.
"Mama di mana?" tangan kecil Axeryda menepuk-nepuk pipi ayahnya.
Sadewa terdiam sejenak sebelum menjawab, "Mama lagi kerja keras dong, supaya nanti Mama bisa sama Ryda terus, gak papa kan?".
Axeryda mengangguk, lalu memeluk leher Sadewa erat-erat menggunakan tangan kecilnya.
"Gak papa, kan ada Papa yang selalu ada buat Ryda, sampai kapanpun" katanya dengan senyum merekah.
Sadewa hanya tersenyum tanpa membalasnya.
Setelah melihat anaknya terlelap, dia mencium dahinya.
"Papa nggak bisa" gumamnya.
Dia benar-benar tidak bisa, bukannya tidak mau.
Bertahun-tahun kemudian, anak dan ayah itu masih sangat dekat, bahkan bisa di bilang tidak terpisahkan. Penuh kasih sayang.
Namun, hal itu lenyap begitu saja setelah Axeryda bertemu ibunya lagi. Pada umur dua belas tahun.
Dala mengatakan, ini terakhir kalinya dia bisa menemui Axeryda di dunia ini, pertemuan selanjutnya akan ada di 'dunia lain'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Axeryda
Fantasy[Glasa's : 1] Axeryda selalu ingin tahu bagaimana kisah hidup para arwah yang dia temui. Pada suatu waktu, dia memutuskan untuk mengikuti arwah 3 teman sekolahnya. Beberapa saat kemudian, dia mengutuk dirinya sendiri, karena saat dia melihat sebuah...