18: Tragedy

55 8 0
                                    

CHAPTER 18

Dan disinilah mereka berada. Di sebuah Café yang cukup ternama. Sturbuck? Stubruk? Sbrutuk? Ah apalah itu namanya.

"Ra, jatuh cinta itu gimana sih?" Tanya Rose sembari menyeruput kopi miliknya. Iya kopi lagi.

"......"

"Kenapa?"

"LO SAMA CHANDRA PASTI KAN?" Ucap Clara yang tak kalah keras dari repetan dosen.

"Diem anjing"

"Emang beneran ya?" Tanya Clara. Kali ini dia berbisik.

"Bisa jadi bisa ga"

"Shit...."

"Udah intinya. Lo boleh cinta, tapi jangan kebablasan. Bahaya" jelasnya.

"Kebablasan gimana?" Tanya Rose balik.

"Nanti lu juga tau sendiri. Dan ingat, kalau sewaktu waktu nanti dia berpaling dari lu, jangan marah. Kita bukan memiliki" jelasnya panjang lebar.

"Hm...oke?" Jawab Rose ragu. Dia sama sekali tidak mengerti.

"Ah kayanya lo ga ngerti. Yaudahlah nanti juga ngerasain" ucapnya.

*tiriririring*

Om Michael

"Bentar gua angkat telepon dulu" permisi Rose seraya beranjak dari tempat duduknya.

"Sip"

"Ya halo?" Sapa Rose.

"Se....Papa kamu kecelakaan....." ucap seseorang di seberang sana dengan suara parau.

"Hah?....." Rose terkejut. Lidahnya kelu.

"Cepat datang ke Rumah Sakit Winarta. Kondisinya kritis, aku sudah mengirimkan mobil dan pengawal untukmu" ucap lelaki itu di seberang sana masih dengan suara paraunya.

"Oke"

Dan dia langsung menghampiri Clara yang sibuk membalas chat dari ekhem doinya.

"Se, gua pergi duluan ya, ada urusan" ucapnya seraya langsung berlari keluar.

"NJING TUNGGU ADA APA?" teriaknya yang tak digubris oleh kawannya itu.

"Cantik cantik budeg"

Lobby

Sebuah Lexus ES berwarna biru sudah terparkir manis tepat di depan pintu keluar.

"Selamat siang Nona, silahkan naik" sambut seorang lelaki yang mungkin seorang pengawal yang disebutkan tadi.

"Ah ya terima kasih"

Mobil berjalan menelusuri hiruk pikuk lalu lintas Jakarta yang tidak pernah berubah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mobil berjalan menelusuri hiruk pikuk lalu lintas Jakarta yang tidak pernah berubah. Selalu ramai.

Namun kenapa rasanya ada yang aneh?

Ah sudahlah.

Biasanya Rose bukan tipe orang yang memerhatikan jalan. Namun tetap saja dia sadar jika jalan yang sedang ditempuhnya saat ini sudah melenceng dari Rumah Sakit itu.

"Permisi Tuan, bukankah Rumah Sakit Winarta sudah lewat?" Tanya Rose yang tak digubris oleh lelaki itu.

"Tuan?" Panggilnya.

"Tuan? Jawab saya" panggilnya lagi. Kali ini dengan sedikit tekanan.

Belum sempat wanita itu berbicara lebih lanjut lelaki itu tiba tiba menepikan mobilnya di jalan yang cukup sepi.

"Sedang apa kita disini?" Tanya Rose yang sudah mulai panik.

Yah, tetap tidak digubris.

"Ah sialan, apa lelaki ini tuli?"

"TUAN-"

Dan belum sempat wanita itu melanjutkan kalimatnya. Dua orang lelaki masuk dari pintu kiri dan kanan dan langsung menyekap wanita itu dengan sapu tangan yang berisi......

Obat bius.

Entah apa yang akan terjadi.

{}{}{}{}

Di lain tempat Clara kebingungan. Biasanya Rose akan segera menghubunginya. Tapi sekarang malah ponsel wanita itu yang tidak dapat dihubungi.

Dia panik. Oh sebenarnya bisa saja dia kehabisan baterai tapi entah kenapa....firasatnya tidak enak.

Dan entah kenapa dia menghubungi Chandra. Bukan Jevellyn atau siapapun itu.

Dan jujur reaksi lelaki itu membingungkan

"Oke"

Ya, hanya itu.

{}{}{}{}

"Bos kita berhasil" ucap sang lelaki yang masih sibuk menyetir mobilnya.

"Bagus, tetap pada rencana" jawab sang lelaki yang berada di seberang sana.

Dan saat ini mereka berada di pinggir jurang yang cukup curam. Entah dimana ini bahkan mereka sendiri tidak tahu. Mereka hanya mengikuti perintah bosnya.

Ya, Michael Andrea.

Tak lama kemudian mobil berwarna biru itu berhenti. Tepat di tikungan curam yang terkenal rawan.

Suasananya benar benar mirip seperti di film horor. Area itu dipenuhi oleh pohon pohon besar yang menyeramkan ditambah dengan kabut tipis yang benar benar menambah suasana suram.

"Bawa wanita itu" perintahnya.

"Mau kita apakan?" Tanya salah satu dari dua lelaki itu.

"Lempar dia"

"T-tapi?"

"Lakukan saja perintahku"

"Bukankah dia bisa mati?"

"Dia mati atau kita yang mati hm?"

"B-baiklah"

Dan tanpa aba aba kedua lelaki itu melemparkan sebuah plastik besar kedalam jurang itu.

Yang berisi tubuh Rose.

Tanpa peduli wanita itu hidup atau mati. Sekumpulan lelaki itu langsung melajukan mobilnya dengan kencang.





"Ayah.....Ibu.....Kakak.....tolong aku......"

"Chandra......tolong aku"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA
JANLUP VOMMENT YA
MAAF BANGET LAMA UPDATE




Fate || ChanRoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang