16: Membunuh?

64 9 0
                                    

CHAPTER 16

"Apa maksud kalian dengan membunuh?" Tanya Rose gelagapan, yah pada akhirnya dia memberanikan diri untuk bertanya.

"R-Rose sayang sejak kapan kamu ada disitu?" Ucap sang Ayah dengan nada panik.

"PA JAWAB!!" Teriak Rose yang tak sadar bahwa dia sudah mulai menangis. Bukan, dia bukan menangis karena Chandra. Dia menangis karena takut.

Dia trauma dengan pembunuhan. Terutama menyangkut masalah Ibunya.

"Bukan begitu, cepatlah naik ke kamar" desak lelaki paruh baya itu.

"P-pa..cukup Mama" ucap Rose dengan nada penuh penekanan yang membuat lelaki itu terdiam.

Rose memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Dia merasa sudah cukup dia berurusan dengan rencana sialan itu.

{}{}{}{}

"Se, bangun. Udah pada sarapan itu" ucap Jevellyn seraya menggoyangkan badan adiknya pelan.

"Oh y-ya sebentar" balasnya seraya berusaha menutupi kantung matanya. Ah ya, dia tidak bisa tidur karena memikirkan kejadian kemarin.

"Turun aja dulu, gua mau cuci muka bentar"

Ruang makan....

Yah, seperti yang diduga. Mereka semua diam. Bahkan suara nafas mereka sendiri bisa terdengar.

"Kalian kenapa?" Tanya Jevellyn yang hanya dibalas oleh keheningan.

Dia memilih tidak mau ikut campur lebih banyak. Paling berantam pikirnya.

"Kamu ga kuliah?" Tanya Erry kepada putri bungsunya itu.

"Ga, Jeffrey udah minta bokapnya buat ngasih libur dua hari" jawab Rose.

"Hm"

Dan kemudian kembali hening.

Sesaat setelah sarapan selesai. Rose kembali naik ke kamarnya.

Baru saja dia menghidupkan hpnya dan langsung disambut oleh puluhan notifikasi pesan dari sahabatnya, Ya tentu saja itu Clara.

Dan satu poin yang dapat dia tangkap hanyalah Clara sedang mengajaknya belanja. Sisanya hanya "P".

"Lu jemput gua ya. Bokek gua sat" tulisnya sebelum akhirnya menyambar handuknya dan memasuki kamar mandi.

{}{}{}{}

"Bi, dimana Papa?" Tanya seorang lelaki itu dingin.

"Papa barusan pergi" jawab Bi Surti sopan.

"Dan wanita itu dia dim-"

"Ada apa mencari saya? Ayo cepat makan anak sialan" sahut seorang wanita paruh baya yang bergaya glamour dengan selimut bulunya meskipun saat ini mereka sedang di dalam rumah.

"Kalau bukan karena lelaki itu aku tak sudi makan dengannya" gumam wanita itu yang terdengar oleh Chandra.

"Huh. Aku akan pergi makan ke Cafe saja" timpalnya menatap geram kepada wanita itu.

"Syukurlah" jawab wanita itu pelan.

"Ah ingat. Aku makan diluar karena aku tidak mau makan ditemani sampah hari ini" ucapnya menusuk seraya beranjak pergi dari rumah itu.

{}{}{}{}

Rose sedang berada di Cafe kesayangannya. Bukan tanpa alasan, Clara si lelet lupa tentang janjinya untuk pergi bersama dan sekarang dia ketiduran.

Dan itu benar benar merusak moodnya.

Dan secangkir Cappucino bisa membuat moodnya kembali.

Tak lama kemudian seorang lelaki masuk kedalam dan Rose tahu pasti siapa dia. Ya, Chandra.

Setelah membayar minumannya lelaki itu berjalan mencari tempat duduk sebelum akhirnya melihat perempuan itu.

Perempuan yang memakai sweater polos berwarna coklat itu benar benar mengalihkan perhatiannya. Ya, itu Rose.

"Cantik..."

"Mau duduk disini?" Tanya Rose yang entah mendapat keberanian darimana.

"Boleh? Oke terima kasih" jawab lelaki itu sedikit terkejut.

Tak butuh waktu lama lelaki itu sudah berada di depan Rose. Dia hanya diam menatap Rose yang sedang membaca novel dengan serius.

Oh lihatlah dia, Ekspresi polosnya seraya membolak balikkan halaman novelnya ditambah kacamata berbentuk bulat dan sedikit bekas kopi di bibirnya. Itu benar benar....ah tidak bisa dijelaskan.

"Ga diminum tuh kopinya?" Tanya Rose seraya tetap fokus kepada novelnya.

"O-oh ya" Chandra meminum kopinya gelagapan.

"Haaa~~ wanita sialan itu benar benar" ucap Chandra tanpa sadar.

Rose yang mendengar kalimat "wanita sialan" itu langsung meletakkan bukunya dan mendadak terlihat penasaran.

"Hm?"

"A-ah bukan apa apa" Chandra kikuk.

"Lo bisa cerita. Mungkin bisa merasa lebih baik" ucap Rose seraya kembali fokus dengan novelnya.

"Nyokap gua pergi dari rumah pas gua masih kecil. Dia ninggalin gua karena lelaki. Dan lihat, gua terpaksa tinggal di rumah yang lebih pantas disebut neraka itu" ucapnya panjang lebar.

Rose mendadak tertegun. Dia tak tahu Chandra juga memiliki penderitaan. Selama ini dia berpikir Chandra adalah anak tanpa beban yang bisa berbuat sesuka hatinya. Tapi ternyata itu salah.

"Nama perempuan itu...."

"T-t-tunggu...."

"D-dia?...."

.
.
.
.
.
.
.
THANKS FOR READING
MAAF BANGET LAMA APDET YA....
TERIMA KASIH YANG UDAH BACA SAMPAI SEKARANG
JANGAN LUPA VOTE & COMMENT YA
LUV U ALL🖤
STAY SAFE

Fate || ChanRoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang