"-memiliki penyakit jantung bawaan. Jantungnya melemah. Ia harus transplantasi jantung. Dan kemungkinan akan dioperasi secepatnya setelah mendapatkan orang yang tepat untuk mengganti jantungnya. Kalau begitu, aku permisi" Heechul pergi meninggalkan Hyukjae yang sudah terduduk. Mendengar bagaimana kondisi Donghae, langitnya runtuh seketika. Pertahanannya agar tidak menangis hancur berantakan begitu saja setelah mendengar penjelasan dari Heechul.
Oh, tuhan sangat tak adil padanya. Mengapa semua ini bisa terjadi? Semua tingkah, kata-kata, dan setiap gerak-gerik Donghae yang ia lihat berputar di kepalanya. Semua tawaan yang Donghae keluarkan sangat terdengar nyaring dikupingnya. Mata yang menyipit saat tertawa terlihat begitu jelas di mata yang sekarang masih mengeluarkan air mata itu. Dinding berwarna putih gading yang kini ia tatap seakan menjadi tempat dimana ia bisa melihat semua kenangan yang dimilikinya.
Siwon, Kyuhyun, Ryeowook, maupun Yesung hanya bisa meyakinkan serta membantu Hyukjae agar tak terlalu bersedih. Tetapi itu tak mungkin, siapa yang tak akan sedih bila seseorang yang ia sayang terbaring lemas begitu saja.
***
Seminggu sudah terhitung Donghae berbaring di kasur putih rumah sakit tanpa ada pergerakan. Hyukjae yang sudah sangat larut dalam kesedihannya sendiri hanya bisa menunggu orang yang disayangnya kembali tertawa, memeluknya, dan bersemu dihadapannya. Jika aku bisa jujur, Heechul telah menemukan seseorang yang cocok untuk mendonorkan jantungnya pada Donghae. Ini bukan saat yang tepat dimana aku bisa memberitahu siapa dia, namun intinya besok Donghae akan segera dioperasi oleh Heechul.
Hyukjae POV
"Tuhan, beri aku kesempatan sekali saja melihatnya tersenyum. Beri aku kesempatan melihatnya tertawa. Beri aku kesempatan memeluk tubuh itu. Tolong, beri dia kesempatan kedua" ucapku dengan tubuh bergetar hebat dan air yang perlahan keluar dari pelupuk mataku.
Sungguh aku merindukan bagaimana ia berlaku manis, manja, atau bahkan galak terhadapku. Aku merindukan dirinya yang selalu bisa tertawa dihadapanku, tanpa menunjukkan kesedihan yang selama ini ia pendam sendirian.
Jujur, aku menyesal membunuh ibunya. Aku tak akan pernah bisa memaafkan diriku, yang telah membunuh ibu dari tunanganku sendiri. Aku seakan tak percaya dengan semua kekuasaan tuhan dihadapanku. Dari semua hal ini, satu yang kupercaya. Semua yang tuhan perbuat padaku, adalah balasan. Balasan karena telah membunuh orang-orang tak bersalah dengan keji. Tapi bisakah tuhan membalasnya padaku tanpa melibatkan Donghae juga? Donghae-lah orang yang membuatku berhenti menjadi orang jahat, Donghae-lah yang membuatku menjadi diriku apa adanya.
Ialah kebahagiaanku. Tempat dimana aku tertawa dengan lepas tanpa beban apapun, tempat dimana aku bisa tersenyum hanya karena melihat rupanya yang menurutku seperti karya seni teridah yang tuhan ciptakan. Oh tuhan, beri aku kesempatan melihat ia berbahagia, tersenyum, tertawa tanpa kesedihan.
Hyukjae POV end
Lamunan Hyukjae buyar ketika Heechul masuk dan mengatakan waktunya menjenguk Donghae telah selesai. Memang pasien yang dirawat di Intesive Care Unit alias ICU itu mendapat perhatian khusus sekaligus memiliki jam-jam tertentu dimana orang boleh datang dan menjenguk pasien.
"Hyukjae-ssi, waktumu habis. Kau bisa mengunjunginya lagi pada pukul dua siang" mendengar Heechul menjelaskan Hyukjae hanya mengangguk lemah kemudian beranjak dari duduknya.
"Ah, ya. Hyukjae-ssi, operasi transplantasi jantung Donghae akan dilakukan siang ini. Kuharap kau bersiap" Heechul menunjukkan senyum lembutnya, Hyukjae yang dijelaskan lagi-lagi hanya bisa mengangguk mengerti.
Ceklek
Pintu ruangan ICU tertutup dari luar. Heechul sangat tahu Hyukjae masih sangat terpukul dengan kondisi tunangannya, ia berniat untuk menenangkan manusia bermarga Lee itu.
Heechul mendudukkan dirinya di sebelah Hyukjae. Ia sedikit berdehem agar Hyukjae menyadari Heechul ada disampingnya.
"Apa kau mengingatku? Dapat kupastikan kau mengingatku, Hyukjae-ah" ucap Heechul dengan senyum di paras cantik nan putihnya.
"Aku mengingatmu. Kau Heechul Hyung. Mahasiswa dari Kyunghee University, fakultas kedokteran. Universitasmu merupakan musuh dari Chung-Ang University. Aku mengenalmu karena kau adalah satu-satunya mahasiswa kedokteran Kyunghee yang berparas layaknya seorang perempuan, padahal kau seorang lelaki. Wajahmu membuat mu menjadi primadona Kyunghee, terutama fakultas kedokteran. Bahkan ketenaranmu sampai hingga ke Chung-Ang. Aku ingat bagaimana Donghae bersama teman-temannya melihat fotomu lalu mengagumi kecantikan parasmu" jelas Hyukjae sambil sedikit terkekeh mengingat Donghae.
Heechul tersenyum lalu memeluk Hyukjae, "Hyuk, jangan terus-terusan bersedih. Donghae juga butuh kekuatanmu. Jika kau terus-terusan larut dalam kesedihanmu ia juga akan bersedih. Aku tahu kau terpukul dengan diagnosa yang kuberikan, tapi aku- tidak, kita akan mencoba menyembuhkan Donghae dengan energi yang kita salurkan padanya" Hyukjae mulai meneteskan air matanya, lagi. Heechul juga lagi-lagi mengembangkan senyumnya dan tersenyum pada Hyukjae. Oh tuhan, bisakah Hyukjae tak menangis sehari saja? Matanya sudah sangat sembab akibat menangis berhari-hari.
"Kalau begitu, aku akan pergi untuk menyiapkan beberapa alat" Hyukjae mengangguk dan melihat Heechul melangkah meninggalkan dirinya.
Kepalanya berbalik melihat menerobos kaca transparan ruangan ICU, ia melihat Donghae dengan berbagai alat terpasang di tubuhnya.
"Kapan aku bisa melihatmu tertawa lagi, Donghae-ah" gumamnya lalu mendesah pelan. Semua ini tak adil baginya, kenapa Donghae yang selalu kembali berbaring di ruangan mengerikan itu? Kenapa tak dirinya saja? Donghae sudah cukup terusik dengan segala macam masalah selama hubungan mereka, kini tak adil jika Donghae harus berbaring tak berdaya disana untuk yang kedua kalinya.
"Hyung! Bagaimana keadaannya?" suara melengking yang dilantunkan Ryeowook mampu membuat Hyukjae kembali menengokkan kepalanya.
"Seperti biasa. Oh ya, Ryeowook-ah, temani aku disini hingga operasi Donghae selesai. Aku ingin menjadi orang pertama yang Donghae lihat. Sungguh aku merindukannya" mohon Hyukjae sambil menatap Ryeowook nanar.
"Baiklah. Aku akan menemanimu. Tapi ada syaratnya" ucap Ryeowook.
"Apa itu?"
"Belikan aku Jajangmyeon dan sekaleng Soda di kantin sana" balas Ryeowook dengan senyum kemenangan dan tangan yang menunjuk kantin di seberang.
Hyukjae mau tak mau harus menurtuti permintaan Ryeowook agar ia bisa ditemani oleh Ryeowook, "Aish! Baiklah-baiklah! Tapi nanti. Aku tak membawa dompetku. Kemarin Siwon tak sengaja membawa dompetku. Nanti aku akan memintanya membawa dompet itu kesini" Hyukjae berdecak kesal dan mencubit pipi berisi Ryeowook. Sang empu hanya berdecih sebal dan memegangi pipi tembam nya.
"Ryeowook-ah!" seorang lelaki menghampiri Hyukjae dan Ryeowook membawa tiga kaleng Soda di genggaman tangannya.
"Eh? Yesung Hyung mengapa ada disini?" ya, yang berjalan menghampiri mereka adalah Yesung, kekasih Ryeowook.
Yesung hanya tersenyum tanpa membalas ucapan kekasihnya sambil membagikan tiga kaleng Soda yang ia bawa barusan.
"Ryeowook, aku tak perlu membelikanmu Soda lagi, ya? Kekasihmu sudah membawa Soda termasuk untukku" Hyukjae menyeringai.
"Ah! Tidak! Kau harus tetap belikan aku Soda!" sungut Ryeowook dengan pipi menggembung.
Melihat sikap Ryeowook yang suka merajuk juga manja, mengingatkan Hyukjae pada Donghae-nya. Air mata turun begitu aja di pipinya. Namun tiba-tiba Ryeowook merengkuh badan Hyukjae ke pelukannya seraya berucap, "Jangan sedih, Hyung. Aku tahu Donghae sangat tidak suka jika kau bersedih. Tenanglah, aku dan Yesung Hyung akan menemanimu".
"Ya, tenanglah Hyuk. Donghae juga akan bersedih jika kau bersedih. Ia membutuhkan energi positif mu" Yesung tersenyum sembari menegak Sodanya.
"Terima kasih" ujar Hyukjae pelan.
"Terima kasih tuhan telah mengirimku teman-teman yang bisa sedikit menenangkanku"
To Be Continue~
Vote & Comment adalah cara kalian menghargai karya seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cover [EunHae]
FanfictionSeorang lelaki muda diculik oleh seorang raja mafia karena sang ibu memiliki masalah dengan mereka. Si lelaki justru jatuh cinta dengan mafia yang menculiknya dan teringat akan hal di masa lalu. Lama-kelamaan sebuah hubungan terjalin. Masalah rumit...