"Kamu tersenyum, tapi kamu ingin menangis.
Kamu berbicara, tapi kamu ingin diam.
Kamu berpura-pura seperti kamu bahagia, tapi sebenarnya tidak."○
○
○
○
○
Gadis itu tersenyum manis di depan cermin saat melihat tubuhnya di cermin itu.
"Semangat ya kamu, jangan lupa senyum." Ucap gadis itu menyemangati dirinya sendiri. Lalu ia mengambil tas ransel merah miliknya, dan beranjak dari kamar yang bernuansa merah itu. Ia melihat keluarganya yang sedang bercengkrama di meja makan. Lalu Fany menghampiri tempat itu , kehangatan keluarga tadi tiba-tiba hilang, mama dan kakak perempuannya mendadak diam, dan menatap tajam ke arah Fany. Fany hanya membalas dengan senyumannya.
"Hei pagi Fany," ucap Gibran mencairkan suasana.
"Pagi kak," ucap Fany.
"Fany pergi sekolah dulu ya ma." Ucap Fany ingin menyalami mamanya itu, walaupun percuma. Setelah itu ia beralih menyalami kakak perempuannya, ya sama saja Siska juga tidak mau bersalaman dengan adiknya itu. Gibran yang melihat itu angkat bicara.
"Mama kok gitu? Mama ngapa gak mau Fany salam mama? Kamu juga Siska, itu adik kamu! Seharusnya kamu hargai!"
"Mama gak sudi salaman sama anak itu!" Ucap mama Fany penuh penekanan, lalu beranjak pergi menuju kamarnya.
"Apa kata kakak? Adik? Siska gak pernah berharap punya adik kek Fany!" Ucap Siska sembari memandang Fany dengan tajam, lalu ia pun pergi.
Jleb
Fany yang mendengar perkataan kakaknya itu terdiam, dadanya sakit seperti ada benda tajam yang menusuknya.
"Jangan nangis Fan... kamu kuat, gak boleh nangis." Ucap Fany membatin berusaha menahan tangisnya. Lalu ia tersenyum, senyuman itu begitu menyayat hati, senyuman itu penuh luka, senyumannya menyimpan jutaan rasa sakit yang terpendam.
"SISKA!!" Bentak Gibran murka.
"Udah kak, kak Gibran jangan marah lagi ya, Fany gapapa kok. Fany pergi dulu ya kak." Ucap Fany kepada kakak lelakinya itu.
Gibran yang sadar hati adik perempuannya itu sedang terluka, ia pun memeluk tubuh Fany.
---------------------------................---------------------------
Fany memasuki kelasnya yang masih sepi, lalu ia menuju ke kursinya yang berada paling depan. Fany membaca-baca materi untuk pelajaran hari ini. Saat ia sedang sibuk dengan buku yang sedang ia baca, tiba-tiba Sasya dan kawan-kawannya datang. Fany berusaha agar tetap fokus membaca buku, ya Sasya tetaplah Sasya yang tidak ingin melihat Fany tenang. Sasya menarik rambut panjang Fany yang terurai. Fany tersentak, "apa apaan ini apakah ia tak boleh tenang sedikit saja?" Ucap Fany di dalam hatinya. Pikirannya ingin melawan tetapi hatinya ingin mengalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fany
Teen Fiction[REVISI SETELAH TAMAT] Ini kisah tentang seorang gadis yang bernama Tiffany. Gadis yang tak pernah dianggap ada, gadis penuh luka yang masih berusaha tersenyum, gadis yang amat rapuh namun tetap berusaha agar terlihat tegar, gadis yang hidupnya penu...