"Mau tau seperti apa hidupku?
dicumbu oleh derita,
dipeluk paksa oleh luka,
didekap erat nestapa,
Tapi masih berusaha meraih bahagia."
~Tiffany Putri Wijaya
▪︎▪︎
▪︎
▪︎
▪︎
Tampak Bi Inah berlari tergopoh-gopoh kearah mama Fany dengan raut wajah khawatir.
"Fany pingsan di kamarnya nyonya," ucap Bi Inah.
"Terus apa hubungannya dengan saya?" jawab mama Fany tanpa rasa khawatir sedikit pun.
"Kalau non Fany kenapa-kenapa gimana nyonya?"
"Saya gak peduli sama anak itu! Biar aja dia mati sekalian!" ucap mama Fany penuh penekanan.
"Tapi ny..."
"Gak usah tapi-tapi, atau kamu mau saya pecat?!" bentak mama Fany, Bi Inah pun menggelengkan kepalanya lalu pergi dari hadapan mama Fany.
Bi Inah memasuki kamar Fany, lalu menaikkan tubuh gadis itu ke tempat tidur, dan membersihkan bekas darah di wajah gadis itu. Bi Inah berusaha menahan tangisnya, ia tak habis pikir dengan sikap mama Fany yang tidak pernah peduli dengan gadis ini. Mungkin jika ia yang berada diposisi Fany ia tak akan kuat. Bi Inah mengusap kepala Fany yang masih setia menutup matanya.
°°°
Setelah tiga puluh menit Bi Inah menunggu gadis itu membuka mata, akhirnya gadis itu sadar. Ia tampak mengerjapkan matanya berkali-kali untuk menetralkan cahaya yang masuk kematanya, lalu ia beralih melihat kesebelah kanannya yang terdapat Bi Inah disana."Masih pusing non?" Bi Inah bertanya dengan air mata yang telah membasahi pipi perempuan paruhbaya itu.
"Bibi kenapa nangis? Fany gapapa kok bi..." ucap Fany sembari berusaha mengukir senyumannya. Bi Inah tak menjawab, ia tak sanggup untuk menceritakan bagaimana sifat ibunya tadi kepada Fany.
"Minum dulu non." ujar Bi Inah sembari menyodorkan segelas air putih kepada Fany, gadis itupun menerimanya lalu meneguk air itu.
"Sebentar ya non bibi mau buatin makanan untuk non Fany," ucap Bi Inah yang dibalas anggukkan oleh Fany.
Bersamaan dengan keluarnya Bi Inah tiba-tiba hp Fany bergetar menandakan ada panggilan masuk, gadis itu pun mengambil hpnya lalu mengangkat panggilan itu.
"Halo kak Gibran?" ya yang menghubungi gadis itu adalah kakak laki-lakinya, Gibran.
"Kamu baik-baik aja kan? kakak kepikiran terus sama kamu."
"Fany baik-baik aja kok kak," lagi dan lagi gadis ini berbohong.
"Serius? kok perasaan kakak gak enak," tanya Gibran menyelidik.
"Serius kak, Fany gapapa kok."
"Baguslah kalau gitu, kamu istirahat udah malam." ucap Gibran lalu menutup panggilan.
Fany juga muak ia juga benci dengan dirinya yang selalu saja berpura-pura untuk baik-baik saja, ia benci dengan dirinya yang terus saja mengukir senyum walaupun itu menyakitkan, ia benci dengan dirinya yang berusaha kuat walaupun ia rapuh, tapi ia tak bisa untuk tidak berpura-pura baik-baik saja. Ia ingin mengeluh tapi untuk apa? toh tidak akan ada yang peduli dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fany
Teen Fiction[REVISI SETELAH TAMAT] Ini kisah tentang seorang gadis yang bernama Tiffany. Gadis yang tak pernah dianggap ada, gadis penuh luka yang masih berusaha tersenyum, gadis yang amat rapuh namun tetap berusaha agar terlihat tegar, gadis yang hidupnya penu...