13

389 54 106
                                    

"Ada namun tak dianggap,
Percayalah itu sangat menyakitkan."
~Tiffany Putri Wijaya

Fany baru sampai di depan rumahnya yang sepertinya sedang ramai, Fany pun memasuki rumahnya dengan mengucapkan salam terlebih dahulu.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam," jawab orang-orang yang ada disana. Fany pun tersenyum sopan kepada teman mamanya, lalu ia langsung menuju kekamarnya.

"Itu anak kamu yang ketiga ya Win?" Tanya salah satu wanita paruh baya itu kepada mama Fany.

"Gak gak itu anak pembantu saya," jawab mama Fany.

Jleb

Apakah Fany mendengarnya? Ya gadis itu mendengar perbincangan ibunya dengan teman-temannya. Rasanya hatinya sedang dicabik-cabik, dadanya seketika sesak ketika mendengar jawaban ibunya tadi. Apakah kehadirannya begitu sangat tidak diinginkan?

Fany langsung memasuki kamarnya dengan air mata yang tidak dapat dibendung lagi. Saat ia memasuki kamarnya seketika tubuhnya merosot ke lantai, hatinya sangat sakit mendengar ucapan ibunya tadi.

"Kenapa? Kenapa aku gak pernah dianggap? Hiks..." Fany terisak.
Fany sangat dibenci oleh ibu dan kakak perempuannya, tapi gadis ini sama sekali tidak bisa membenci keduanya, bahkan ia sangat menyayangi ibu dan kakaknya.

"FANY..."

Mendengar panggilan dari mamanya, Fany pun membuyarkan lamunannya lalu ia menghentikan isakan kecilnya tadi, dan bergegas ketempat mamanya.

"Iya ma," jawab Fany.

"Kamu mau malu-maluin saya ha?! Ngapain kamu pakai acara lewat di depan teman-teman saya? Tau gak saya tu malu punya anak kek kamu!" Ucap mama Fany penuh penekanan.

"Kenapa ma? Kenapa mama gak pernah anggap aku? Kenapa mama bilang ke temam-teman mama aku bukan anak mama?" Ucap Fany, ntah darimana ia dapat keberanian untuk berbicara seperti itu.

Plak...
Satu tamparan mendarat di pipi kanan gadis itu.

"Mau tau kenapa?! Karena saya benci sama kamu! Kamu sudah menjadi sumber masalah dirumah ini! Gara-gara kamu Papa ninggalin kita untuk selamanya!"

"Papa meninggal itu takdir ma..." jawab Fany lirih.

Mendengar jawaban dari Fany, mamanya langsung menarik paksa tangan gadis itu menuju ke arah gudang. Sesampai di depan gudang, mama Fany langsung mengehempaskan tubuh Fany ke lantai lalu menjambak rambut gadis itu.

"Hiks... lepasin maa," Fany merintih kesakitan.

"Malam ini kamu tidur di gudang paham?!"

"Tapi ma..."

Plak

Tamparan yang kedua kalinya menyapa pipi gadis itu lagi, hingga membuat sudut bibirnya sedikit mengeluarkan darah.

"Gak ada tapi-tapi. Sekarang kamu tidur digudang!" Ucap mama Fany lalu mengunci gudang tersebut dari luar.

Fany tersenyum kecut, kenapa seakan-akan mereka semua membenci Fany?
Ah sudahlah dirinya terlalu lelah dengan semuanya. Dirinya lelah akan takdir yang kian menyudutkannya.

FanyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang