"Terimakasih telah hadir.
Hadirmu membawa secercah warna dihidupku,
Warna yang sempat menghilang.
Terimakasih telah mengembalikan sedikit tawa ku.
Aku mencintaimu."▪︎
▪︎
▪︎
▪︎
▪︎"Haha, bahagia? terlalu bahagia kamu bilang? mana yang kamu sebut aku bahagia? aku udah kehilangan semuanya, papa aku pergi untuk selama-lamanya, aku kehilangan kasih sayang dari mama dan kakak aku, dan aku dikhianati oleh sahabat aku sendiri. Masih mau bilang aku bahagia Sya?" air mata gadis itu sudah membasahi pipinya, luka yang sudah lama ia pendam akhirnya ia keluarkan.
Sasya merasa sedikit iba dengan gadis di depannya ini, sahabatnya dulu. Tapi ia langsung menghilangkan rasa itu, tidak, ia tidak boleh merasa iba kepada gadis ini karena tujuan awalnya untuk menyakiti gadis ini.
"Haha udah? Udah dramanya? Terus lo pikir gue peduli?"
Tidak mau memperlama waktu Sasya berniat mendorong tubuh gadis itu ke dalam kolam renang.
Tapi renacannya gagal belum sempat ia mendorong Fany tiba-tiba ada yang menarik rambut Sasya yang membuat gadis itu meringis.
"Wah mak lampir masih berani gangguin sahabat gue," ujar Reina sembari tertawa lepas ia suka melihat ekspresi Sasya yang sedang kesakitan, siapa suruh gangguin Fany.
"Argh lepasin woi, sakit tau," Sasya merintih.
"Ha sakit? Apakah gue peduli? Oh tentu tidak," jawab Reina.
(tukang bully di bully😭)
"Rei lepasin aja," siapa lagi kalau bukan Fany yang menyuruh Reina untuk melepas jambakannya.
"Orang kek gini harus dikasih pelajaran Fan," jawab Reina.
"Rei..."
Reina menghela napasnya lalu melepaskan jambakannya.
"Belum puas padahal," ucap Reina dalam hati.
"Fan." ada yang memanggil Fany membuat tiga gadis yang ada di situ menoleh kearah sumber datangnya suara.
"Kak Al," jawab Fany, ya ternyata yang memanggilnya adalah Alvian. Fany hampir saja lupa kalau ia ada janji untuk bertemu dengan pria itu.
"Ayo," tanpa basa-basi Alvian langsung membawa Fany pergi dari tempat itu.
-----------------------------------
Kini Alvian dan Fany sedang berada di salah satu mall. Alvian yang mengajak gadis itu kesini, dan sekarang mereka sedang memilih-milih baju untuk Fany.
"Coba pakai baju ini." Alvian menyodorkan dress berwarna putih kearah Fany, Fany pun mengambilnya lalu pergi ke kamar ganti, ini sudah yang kelima kali gadis itu harus bolak-balik ke kamar ganti.
"Gimana kak?" tanya Fany kepada Alvian.
"Hm cantik, pakai ini aja," jawab Alvian.
"Eh mau kemana?" tanya Alvian saat melihat Fany ingin meletakkan baju yang sudah dicobanya."biar aja sekalian gue beliin," lanjut Alvian.
"Tapi kak ini banyak banget," ujar Fany ia merasa tak enak jika Alvian terlalu banyak membelikan barang untuknya.
Alvian tak mengindahkan ucapan Fany, ia langsung mengambil baju-baju yang ada ditangan Fany, lalu segera membayarnya di kasir.
Mereka baru saja sampai di salah satu restoran saat awan sudah mulai menggelap, pasalnya tadi setelah membeli baju Alvian juga membawa Fany ke salon. Gadis itu tampak sangat cantik nan anggun saat menggunakan dres yang Al belikan.
Fany terkejut saat melihat tempat itu sudah dihias, mulai dari balon berbentuk love yang bergantungan, kemudian ada balon yang bertuliskan "I Love You" yang bertengger indah di tempat itu, selain itu Fany juga dapat melihat sebuket bunga di salah satu meja yang ada di tempat itu.
"Fan," ucap Alvian.
Fany mengalihkan pandangannya kepada Alvian yang kini sudah bertekuk lutut dihadapan Fany sembari menggenggam tangan gadis itu.
"Fan, aku sayang sama kamu. Will you be my grilfriend?"
Deg
Seketika rasanya tubuh Fany kaku, lidahnya terasa kelu, jatungnya berdetak dua kali lebih cepat. Senang? tentu saja gadis ini amat senang saat mengetahui lelaki yang ia cintai ternyata mencintainya juga.
Fany tersenyum lalu mengangguk.
"Yes. I will," jawab Fany berusaha menghilangkan rasa gugupnya.Mendengar jawaban dari Fany, Alvian langsung memeluk tubuh gadis itu. Tiba-tiba terdengar suara tepukan tangan dan sorakan, membuat Fany ingin melihat siapa yang melakukannya, saat ia menoleh kearah sumber suara ternyata itu adalah teman-temannya Alvian dan juga Reina. Fany pun tidak tau kenapa Reina bisa ada disini.
"Akhirnya si bos punya pacar, pajak jadiannya mana bos," ucap Rian yang diakhiri kekehan.
"Yah gue gak bisa godain dedek Fany lagi," ini giliran Gilang yang bicara dengan nada dibuat-buat.
"Muka lo kagak usah sok sedih gitu. Lagian tenang aja kali gak dapat Fany Reina pun jadi," jawab Rian santai.
Reina tidak memperdulikan omongan dua orang itu, ia langsung menuju kearah Fany.
"Benar kan kata gue," ucap Reina sembari tertawa kecil.
___________
Disisi lain tampak seorang gadis yang sangat ketakutan, ia berada di tempat gelap yang ia sendiri pun tak tau dia dimana. Tangannya berusaha bergerak agar ikatan ditangannya bisa terlepas, tapi tetap saja nihil. Ia ingin berteriak, tapi bagaimana? mulutnya saja dibekap, ia terus meronta-ronta agar bisa terlepas. Sampai pada akhirnya masuklah seorang pria yang memakai pakaian serba hitam dan juga mengenakan masker untuk menutupi wajahnya.
"Hai, Sasya Pricila. Gimana? takut?" tanya pria itu. Ya gadis yang sedang ketakutan adalah Sasya.
Sasya hanya menangis, ya hanya itu ia sama sekali tidak bisa melawan jangankan melawan bergerak saja ia susah.
"Jangan nangis dong," ucap pria itu sembari melepaskan kain yang digunakan untuk membekap mulut Sasya.
"Ngapain lo culik gue? Mau lo apa?" tanya Sasya sedikit memberontak.
"Gue mau lo berhenti nyakitin Fany!" jawab pria itu.
Sasya mengernyitkan dahinya, ia tampak bingung, "apakah ini semua ulah Fany?" Sasya membatin.
"Kalau lo gak mau gapapa." ujar pria itu sembari mengeluarkan pisau lipat dari sakunya. Sasya membulatkan matanya, pria di depannya ini tidak main-main.
"I-iya gu-gue gak bakal nyakitin Fany lagi," jawab gadis itu terbata-bata, takut? Jangan tanya lagi gadis ini sangat ketakutan sehingga membuat tubuhnya bergetar.
"Janji? kalau lo nyakitin Fany lagi lo gak bakal tenang Sasya Pricila!" tegas laki-laki itu. Sasya hanya diam, dan menundukkan kepalanya ia tidak berani menatap lelaki di depannya.
"JAWAB BEGO!" bentak pria itu.
"I-ya gu-gue janji."
Mendengar jawaban dari Sasya membuat lelaki itu tersenyum miring, ia akan melepaskan gadis ini ya pasti, tapi yakinlah pria ini bukan orang bodoh yang melepaskan mangsanya begitu saja. Tangan cowok itu melepaskan satu persatu tali yang mengikat tangan dan kaki Sasya lalu membiarkan gadis itu pergi.
Heyo guys!!
Part ini part penuh kebucinan:v
Part ini gimana? Wah ada yang jadian tuh:v
Kira-kira siapa ya yang nyekap Sasya?
Wah kepo gak? Kalau kepo tunggu part selanjutnya ya.
See you next part👋
Oya, judulnya aku ganti ya dari TERASINGKAN menjadi LARMES diambil dari bahasa Prancis yang artinya Tangisan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fany
Teen Fiction[REVISI SETELAH TAMAT] Ini kisah tentang seorang gadis yang bernama Tiffany. Gadis yang tak pernah dianggap ada, gadis penuh luka yang masih berusaha tersenyum, gadis yang amat rapuh namun tetap berusaha agar terlihat tegar, gadis yang hidupnya penu...