19

324 41 58
                                    

"Menyakiti seseorang itu ibarat kamu melemparkan batu kelautan, mudah? Ya sangat mudah!
Tapi apa kamu pernah berpikir sedalam apa batu itu tenggelam?"
~Reina Quensha Mahira




Kabar soal hubungan Alvian dan Fany sudah menyebar, membuat mereka menjadi bahan omongan di sekolahnya ada yang memuji dan tak sedikit yang mengunjing.

Alvian dan Fany baru saja sampai di sekolah, ia sudah tau pasti yang sedang menjadi bahan omongan siswa-siswi SMA Tunas Bangsa adalah tentang hubungannya dengan Fany. Alvian menggenggam tangan Fany lalu mereka berjalan di koridor sekolah.

Terdengar bisikan-bisikan dari siswa-siswa.

"Cocok banget."

"Woi kok gue baru nyadar Fany cantik?"

"Pengen jadi Fany."

"Kak Al kok mau sama Fany ya? Wah jangan-jangan tuh cewek pakai pelet lagi."

"Dih daripada sama Fany mendingan juga sama gue."

Kira-kira begitulah gosipan cewek-cewek SMA Tunas Bangsa.

Pria itu mengantar Fany sampai di depan kelasnya.
"Semangat belajarnya," ucap Alvian sembari sedikit mengacak rambut Fany.

"Oke, kakak juga," ujar Fany lalu ia memasuki kelasnya.

Baru beberapa langkah ia masuk ke kelasnya tampak Sasya yang tiba-tiba ada di depannya.

"Gue mau ngomong sama lo tapi gak disini," ujar Sasya to the point.

"Gak usah mau Fan nanti dia nyelakain kamu lagi," ucap Reina yang tiba-tiba datang.

"Gue gak bakal ngapa-ngapain Fany," jawab Sasya cepat, suaranya terdengar lebih pelan dari biasanya.

"Ok, tapi gue ikut," ucap Reina lalu dibalas anggukkan oleh Sasya.

Kini mereka bertiga telah sampai di rooftop sekolah, ya mereka bisa keluar sedikit lama di luar karena kelas lagi jamkos.

"Ngomong cepetan," ujar Reina yang terdengar jutek.

"Gue mau minta maaf sama lo," lirih Sasya.
Ntahlah antara tulus atau hanya dibuat-buat karena ia takut dengan ancaman pria kemarin.

Fany hanya diam tak bergeming ya dia bingung kenapa tiba-tiba Sasya meminta maaf kepadanya?

Tiba-tiba Reina tertawa renyah, "haha gak salah dengar gue?"

"Gue serius," jawab Sasya.

"Iya aku maa..." belum selesai Fany menjawab Reina sudah memotong ucapannya.

"Enak banget ya lo udah nyakitin Fany terus mudah banget lo tinggal minta maaf langsung dimaafkan," ujar Reina lalu ia berjalan mendekati Sasya yang tampak menghindarinya.

"Nyakitin orang itu ibarat lo melemparkan batu kelautan, mudah? Ya sangat mudah! Tapi apa lo pernah berpikir sejauh apa batu itu tenggelam?" lanjut Reina. Sasya terdiam, ia menyadari terlalu banyak kesalahannya kepada Fany bahkan tanpa alasan yang jelas, dari mulai mengkhianati persahabatan mereka, meninggalkan Fany disaat ia sedang berada dititik terendah dan ia juga sering membully bahkan mempermalukan gadis itu.

"Terus gue harus gimana?" tanya Sasya.

"Fany bakal maafin lo tapi setelah gue ngawasi lo, kalau lo masih berani nyakitin Fany gue gabakal tinggal diam," jawab Reina penuh penekanan.

FanyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang