-

2.3K 463 121
                                    

"Sudah, lupakan saja," si jangkung mendengus.

"omong-omong Sihyeon adalah wanita licik, yang jelas dia bukan orang baik-baik. Aku ingin memperingati mu saja." ucap Hyunjin. bukan nya tersadar Hyunjin malah makin asik menatap manik Felix dalam-dalam, menyelami manik indah yang nyatanya mampu membuat sesuatu yang baru di dalam diri Hyunjin bergejolak dengan begitu aneh. Sial, ia jadi ketagihan menatap manik itu.

"I-iya aku sudah tau."

Berada di dalam satu lingkungan pertemanan yang sama membuat Hyunjin paham akan bagiamana perangai asli wanita tersebut, ditambah lagi ia terbilang cukup pandai menilai karakter seseorang. 

Saat itu Hyunjin masih menduduki bangku sekolah menengah atas, salah satu teman nya mengenalkan Sihyeon sebagai kekasih nya, begitulah kira-kira awal mula Hyunjin mengenal wanita itu, begitu juga dengan kebejatan nya.

ketika lulus sekolah Hyunjin memutuskan kontak antara ia dan seluruh teman nya kerena sibuk menekuni profesi nya, sampai akhirnya tau-tau Sihyeon menghubungi nya dan meminta jasa nya. Sihyeon benar-benar ingin Hyunjin melenyapkan Felix bahkan wanita itu memberikan imbalan yang sangat fantastis jika Hyunjin berhasil melakukan perintah nya.

Jujur saja Hyunjin memiliki alasan mengapa ia mau-mau saja menolong Felix saat itu. Hyunjin berencana untuk membunuh Felix setelah semua masalah ini selesai, sesuai dengan tugas dan tujuan awal nya lagian ia juga sudah berjanji pada Sihyeon. 

Sebelum ia pergi bersama Felix pun ia masih sempat berkomunikasi lewat ponsel dengan Sihyeon, namun entah mengapa ia tadi bahkan hampir membunuh Sihyeon hanya karena Felix, target yang seharusnya ia bunuh.

Semua rencana pembunuhan yang ia lakukan pada Felix sudah tersimpan apik di dalam ingatan nya dengan sengaja mengiyakan permintaan polos pria itu untuk membantunya. Ayolah, Hyunjin tidak akan tiba-tiba berbaik hati membantu Felix jika tak ada maksud yang tersirat. Perlu kalian ingat Hyunjin bukan lah orang yang murah hati, semua itu hanya bagian dari kebohongan nya semata.

Bukan karena ia ingin menuruti perintah sihyeon namun ini karena Hyunjin sangat berambisi untuk menghabisi Felix. Dari semua kemudahan untuk membunuh Felix Ia akan sangat tak terima pada dirinya sendiri kalau sampai gagal membunuh pria itu, ia menganggap ini sebagai penghinaan atas diri sendiri.

sampai dimana semua rencana yang sudah ia persiapkan matang-matang seketika ingin ia hancurkan sendiri ketika mulai mengenal pria manis itu. Dirinya masih diliputi kata bimbang saat ini, ia ragu bagaimana melangkah kedepan, haruskah ia membunuh Felix sesuai dengan rencana awal nya atau melupakan itu?

sial, tapi atas dasar apa dia melupakan rencana awal nya? apa iya dia sudah menyukai Felix, kalau iya apa alasan nya? sumpah ia tak mau merasakan hal menggelikan itu. Tak masuk akal mana mungkin ia jatuh hati pada orang dalam waktu sesingkat ini, ya benar, Hyunjin mungkin hanya melebih-lebihkan perasaan nya sendiri.

'kenapa, kau sangat labil, bodoh.'  umpat Hyunjin dalam hati. Hyunjin sangat malu pada dirinya sendiri, Ia bertingkah seperti remaja di usia nya yang sudah dewasa.

"hyunjin kau melamun kan apa? apa ada sesuatu di wajah ku?" Felix berujar dengan polos nya, bahkan sampai menyentuh wajah nya sendiri takut-takut ada sesuatu yang aneh disana.

Kalau Felix bertingkah seperti ini Hyunjin benar-benar tak tega pada si manis itu.

"hm." Hyunjin hanya bergumam dan mengabaikan Felix kemudian kembali membaringkan kepalanya ke sofa bersiap-siap untuk tidur.

"Ish, aneh." Gumam Felix.

ganggu

Hyunjin mengerjapkan maniknya, ia yakin jika kini tegah mendengar sebuah suara pintu kamar yang di ketuk dengan teramat keras. dengan sigap ia langsung duduk dan mengamati keadaan.

Felix juga terbangun, ia memeluk Daehyun erat. Hyunjin memberikan aba-aba kepada kepada Felix untuk diam tak bersuara.

Tubuh Felix bergetar ketakutan ketika melihat sebuah bayangan tampak dari celah-celah pintu, itu tandanya memang benar-benar ada 'orang' di depan kamar tersebut di tambah suara pukulan keras yang tak beraturan pada pintu membuat situasi seketika mencekam, bahkan hawa ruangan dengan cepat berganti.

Perlahan namun pasti kini Hyunjin meraih tas yang ada di sebelah nya dan mengeluarkan sesuatu, ia kemudian menaiki kasur tempat Felix berada.

ia menggenggam beberapa kalung dengan bandul sebuah botol kaca berukuran sangat mini yang diisi oleh bongkahan kecil batu berwanna merah kehitaman. Hyunjin sengaja menghancurkan jimat miliknya menjadi beberapa bagian untuk berjaga-jaga jika sesuatu yang sangat mendesak akan terjadi. 

"pakai kalung ini cepat." bisik Hyunjin yang langsung di angguki felix tanpa banyak bertanya, Hyunjin memasangkan kalung pada Daehyun dan juga Yeonjin yang masi terlelap. Betapa menyenangkan nya menjadi bayi di situasi saat ini, Hyunjin meringis iri.

Felix memakai kalung yang Hyunjin berikan dengan harapan akan terlindungi. 

Hyunjin melempar sebuah gelas kaca yang berada di atas nakas dengan Amarah yang menggebu ke arah pintu, niat nya ingin menggertak sosok tersebut.

Daehyun terperanjat dari lelap nya ketika mendengar bunyi nyaring, ia terkejut ketika melihat serpihan kaca berhamburan di depan pintu. Dengan cepat ia langsung memeluk Felix dan menyembunyikan wajahnya di perpotongan leher pria manis itu.

"Sttt... Tak apa, tak perlu takut." Tubuh anak itu bergetar ketakutan, Felix berinisiatif membisikkan kata-kata penenang untuk Daehyun.

Beruntungnya Dewi Fortuna tengah berpihak kepada mereka sebab tak lama setelah suara bantingan gelas kaca, sosok tersebut berhenti menggedor pintu. perlahan bayangan yang ada di bawah pintu lambat laun menjauh. menyeramkan sekali, seolah-olah diluar kamar ini benar-benar ada orang yang mengawasi. 

Semuanya yang ada di sana kini mampu bernafas lega. "Kalian tidurlah, aku akan tetap berjaga. lagipula fajar akan segera menyingsing." ucap Hyunjin, lagi pula ia sudah tak mengantuk lagi dan ada baiknya jika ia mengawasi keadaan sekitar untuk melindungi Felix dan kedua anaknya.

"terimakasih banyak, Hyunjin." Felix tersenyum teduh menatap Hyunjin dengan tatapan berterima kasih yang sangat tulus dan lembut, hal itu membuat pertahanan Hyunjin hampir goyah.

"telimakasi, paman." Cicit Daehyun

"Hm." Seperti biasa, hyunjin hanya bergumam sebagai jawaban. Setelah memastikan Felix dan daehyun tidur ia langsung saja memukul kepalanya yang mulai berkecamuk, pikiran nya kini sudah bercabang entah bagiamana dengan Felix sebagai objek yang memenuhi isi kepala nya.

Hyunjin meringis. keparat, kini otak dan hati Hyunjin berbanding terbalik dan sangat tidak sejalan.

Apa lebih baik ia melupakan niat nya?

TBC


[1] Ganggu ✔︎ Hyunlix [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang