-

2.3K 454 133
                                    

"Dae tadi dengar tidak di lantai atas ada suara?" Tanya Felix kepada Daehyun.

anak kecil itu tengah fokus pada layar televisi yang menampilkan acara kartun kesukaan nya ditemani dengan sebuah keripik kentang.

"Tidak dengar." Jawab nya cepat, setelah itu tatapan nya kembali terpaku pada televisi.

Perasaan tak nyaman kini mulai mendera si pria rasi bintang tersebut, perasaan yang selalu ia rasakan ketika mendapati sosok itu disekitar nya.
Kenapa tak ada yang mendengar suara itu? Kenapa hanya ia seorang? Apa karena-

Lamunan Felix Buyar seketika kala mendengar sebuah debuman brutal nan keras dari arah pintu. Hal tentunya ini membuat Felix menahan nafas sedangkan Hyunjin langsung berjalan ke arah pintu dengan cepat mencari tau sumber suara tersebut.

Hyunjin sampai di depan pintu rumah, melirik curiga ke arah sana. Perlahan namun pasti Hyunjin memberanikan diri untuk membuka. Ia mampu bernafas selega yang ia bisa. beban berat yang ada di hati nya seketika terangkat ketika mendapati seorang wanita tua bersama pemuda yang menampilkan wajah tak bersahabat nya, di depan pintu.

Hyunjin Merasa sedikit konyol ketika mendapati realita di hadapan nya padahal ia sudah berfikir aneh-aneh. Ia mengira jika debuman itu merupakan salah satu ulah makhluk halus itu, Salah nya juga yang terlalu berfikiran buruk.

"Kalian datang."

"Haah... Kau dari dulu selalu menyusahkan ya, Hwang." Pemuda itu menatap malas ke arah Hwang Hyunjin. Sungguh tercetak sangat jelas di wajahnya jika pemuda itu benar-benar tak senang dengan Hyunjin.

"Aku hanya meminta tolong pada nenek mu dan aku tidak membutuhkan mu, bodoh." Jawab Hyunjin enteng.

"si keparat ini! Kau kira siapa yang akan mengantar nenek ini kalau bukan cucu nya." Pemuda itu benar-benar mudah tersulut emosi jika berbicara pada Hwang keparat berwajah songong yang ada di hadapan nya.

"Hyunjin! Yeonjun!" pukulan telak mendarat di kedua kepala pria tampan tersebut, siapa lagi kalau bukan nenek Choi pelakunya, walau sudah tua begini tenaga nya masih lah lumayan kuat untuk memukuli dua anak jahanam tersebut. Saking kuatnya bahkan kepala Yeonjun dan Hyunjin sampai terdorong kebelakang.

"batu akik sialan." gumam Hyunjin dongkol sementara Yeonjun sudah mencibir dalam hati. Ia sudah menduga kejadian ini pasti akan selalu terjadi jika ia berada dekat dengan Hyunjin.

"Kita tak punya banyak waktu, ayo cepat." 

Nenek Choi masuk dan berjalan tergesa melewati keduanya, diikuti dengan Hyunjin dan Yeonjun yang masih sibuk mengelusi kepala nya.

ganggu

Mereka kini tengah berada di ruang tamu, nenek Choi mulai menjabarkan rencana yang akan mereka lakukan. kemungkinan rencana ini berhasil dan mungkin juga akan gagal. 

"Nyalakan lilin nya." ujar nya sembari memberikan lilin. nenek choi memberikan beberapa lilin berwarna hitam berukuran sekecil pensil." kalian berdua taruh lilin di setiap ruangan rumah. Ingat satu lilin, satu ruangan. Letakkan lilin tersebut ditengah ruangan." lanjut nya.

Felix baru saja akan meraih beberapa batang lilin tersebut sebelum nenek Choi melarang nya. "sudah, tak apa mereka saja, kau Fokus pada anak-anak mu saja ya." nenek Choi tersenyum hangat pada Felix lalu menuntun pria manis itu untuk kembali duduk di atas Sofa.

"hei, Yeonjun lakukan lah dengan hati-hati. Jangan sampai membakar rumah orang." titah nenek Choi kepada Yeonjun yang dibalas anggukan patuh pria itu.

"aku merasa tak enak, lilin ini sangat banyak. bagaimana bis--" belum sempat Felix menyelesaikan perkataan nya, Yeonjun sudah memotong pembicaraan nya.

"Tak apa kak," wajah masam yang Yeonjun tampilkan seketika berganti cerah seterang mentari ketika berbicara dengan Felix. "biar aku dan si bodoh ini saja." Lanjut nya, tangan nya kini sudah terulur di depan Felix, bermaksud mengajak saling mengenal. "omong- omong Nama ku Choi--"

Hyunjin mendelik tak suka, ia langsung saja menepis tangan Yeonjun dengan kasar. "Ayo cepat urusi lilin ini, otak udang" tarikan di kerah pakaian nya membuat Yeonjun terpaksa mengurungkan niat terselubung untuk bermodus ria pada si pria cantik dan mau tak mau mengikuti langkah Hyunjin dengan sangat berat hati.

"apa, sih Hwang!"  Yeonjun mendorong tubuh Hyunjin menjauh dengan perasaan berang sementara Hyunjin langsung saja menjauh dari Yeonjun berniat menuju salah satu ruangan untuk melaksanakan tugas nya. "jangan kau ikuti aku." ujar nya dengan nada tak bersahabat.

Yeonjun berdecih mendengar penuturan Hyunjin. "kalung jimat ku lebih kuat dari pada milik mu, ya!" teriak nya sembari menunjuk kalung yang tergantung di leher nya dan hanya di balas dengan gerakan jari tengah oleh Hyunjin. itu adalah percakapan terakhir mereka sebelum kedua nya benar-benar berjalan menjauh menuju ruangan yang berbeda.

beberapa menit telah berlalu, keduanya juga telah menyelesaikan tugas masing-masing dan kembali menuju ruang tengah. "sudah, Lalu apa lagi?" tanya Yeonjun.

"Sisa nya biar aku." jawab nenek Choi, ia langsung saja berdiri dari posisi ternyaman nya sembari menggenggam tiga buah lilin. wanita tua itu dengan perlahan berjalan mengelilingi ruangan dengan mulut yang terus menerus menggumamkan banyak kata yang tidak mereka mengerti, tak lama setelah itu listrik dirumah padam dengan begitu saja membuat keadaan menjadi gelap gulita, tentu nya juga semakin mencekam. 

Daehyun sudah meringkuk ketakutan sembari memeluk Felix  saat tiba-tiba lampu redup, ia paling takut dengan kegelapan. Felix membalas pelukan Yeonjin sembari membisikkan kata-kata penenang, tangan mungil nya ia bawa untuk menutup manik Daehyun. "semua akan baik-baik saja."

Semua gerak-gerik nenek Choi tak lepas dari manik elang milik Hyunjin, pria itu mengernyit bingung dengan apa yang wanita tua itu lakukan. pertama kali nya Hyunjin melihat sesuatu seperti ini dan ia juga meragukan tingkah nenek tua itu.

"Nenek mu mau melakukan pesugihan babi itu, ya?" Hyunjin bertanya dengan suara kecil pada Yeonjun yang ada di sebelahnya. 

berkahir, berakhir sudah suana seram dan tenang yang sudah Yeonjun tanam baik-baik pada dirinya. Terkutuk lah mulut kurang ajar seorang bajingan yang bernama Hwang Hyunjin ini karena Yeonjun sekarang sudah akan meledakkan tawa nya dengan kuat.

Pria dengan surai biru itu bahkan sudah menutup mulut nya, pundak nya bergetar menahan gelak yang mendera. dalam hati sedang terisak karena harus menahan tawa. Ia akan berlaku seperti ini jika ada sesuatu yang berhubungan dengan nenek nya.

"Diam kau, sialan." Yeonjun menjawab pertanyaan Hyunjin setelah berhasil bertarung dengan selera humor nya.

"aku benar-benar bertanya dasar, idiot." ucap Hyunjin ketika melihat tingkah tak wajar Yeonjun.

TBC

Ak nulis apa ini😭

Kritik dan saran sangat terbuka...

[1] Ganggu ✔︎ Hyunlix [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang