-

3.4K 531 49
                                    

happy reading 

jisung dan felix masih berjalan tak tentu arah dengan felix yang setia memapah tubuh jisung. Sebenarnya jisung sangat bersalah sebab telah sangat menyusahkan felix yang sedang mengandung.

"maaf selama ini sudah banyak menyusahkan mu." ucap jisung memecah keheningan malam. Felix mengernyit bingung mendengar kata yang suaminya lontarkan barusan. apa hanya felix yang bahwa dalam ucapan jisung tersirat sebuah kata perpisahan? tanpa bisa ditahan air mata felix kini turun kembali, menurutnya jisung sangat menyebalkan.

"apa yang kau bicarakan sih?!" ucap felix, ia agak menaikkan sedikit nada bicaranya. sementara jisung hanya terkekeh pelan mendengar nada kesal istrinya. 

"ya hanya ingin meminta maaf saja." jawab jisung tanpa beban sama sekali. 

jisung hanya takut jika ia dan felix tak selamat, entah kenapa kepalanya memikirkan hal bodoh itu. tubuh jisung sebenarnya sudah tidak kuat lagi untuk berjalan tapi ia memaksakan tubuhnya karna ia tidak ingin merepotkan istrinya ditambah dari tadi ia melihat sosok putih mengikuti mereka dari samping sebelah kiri. sengaja jisung tak bilang ia hanya tak ingin memperkeruh suasana.

"sudah lama lita berjalan dan masih tidak menemukan jalan keluar dari tempat ini, tenaga ku benar-benar habis sayang, maaf." bisik jisung bersamaan dengan itu tubuh jisung terjatuh, felix yang sedang memapah jisung juga turut terjatuh karena tak kuasa menahan tubuh suaminya.

"istirahat sebentar ya lix, aku janji kita akan keluar secepatnya dari sini." jisung berucap asal kepada felix untuk menenangkan hati tambatan hatinya tersebut, ia tak tahu bisa keluar dari sini atau tidak.

felix mengangguk mendengar ucapan dari jisung, hatinya terasa agak lega mendengar penuturan pria han tersebut. felix menjulurkan kakinya membiarkan kepala sang suami tertidur di paha, tangan nya sambil mengelus pelan surai hitam milik jisung agar ia bisa beristirahat dengan nyaman. jisung sangat suka elusan kepala yang felix lakukan sementara jisung juga mengelus perut felix.

"woahh... dia baru saja menendang." ucap jisung kegirangan, walaupun sudah sering mendapati hal seperti ini tetap saja jisung merasa sangat senang, sementara felix hanya terkekeh melihat reaksi jisung dan ia merasa sangat beruntung memiliki dan disayangi pria seperti suaminya.

jisung sangat memberikan felix banyak cinta dan selalu membuat detik-detik dalam hidup felix terasa  sangat berharga.

"bagaimana kalau namanya yeonjin?" celetuk jisung.

"kau sudah menyiapkan namanya?" tanya felix senang dan jisung hanya berdehem menyetujui ucapan felix.

"nama yang bagus, aku suka." jawab felix, pria manis itu mengulas senyum bahagia memuji pilihan nama yang sudah jisung dambakan.

jisung kembali mengusap perut felix kemudian berbicara,

"nanti kalau yeonjin sudah besar bahagiakan ibu mu ya, jangan suka bertengkar dengan kakakmu." jisung berujar lirih kemudian mengecup perut itu, saat mendengar perkataan jisung felix tentu saja mulai menangis kembali.

"kenapa ucapan mu itu bagi ku tersirat kata perpisahan, hiks?" ucap felix dengan nada yang bergetar menahan senggukan nya.

"astaga felix maafkan aku, aku tidak menyiratkan kata perpisahan seperti yang kau pikirkan lix." ucap jisung sambil mengelus air yang meluncur di pipi felix.

"tidak, harusnya aku yang meminta maaf karena telah membuat mu khawatir." felix menggenggam jemari hangat jisung.

"lix aku benar-benar mencintai mu." ucap jisung, pandangan nya tersenyum hangat kearah felix.

"aku tau, aku juga mencintaimu jisung." jawab felix, pria itu sesekali memberikan cium nya di pipi suami.

setelahnya keadan benar-benar hening sebab jisung berhenti berceloteh. felix menepuk pelan pipi jisung, ditatapnya manik jisung yang kini tertutup. "sung, kau masih disana!?" felix kemudian berujar panik menyerukan nama pria itu berkali-kali dengan air mata yang bercucuran.

setelah beberapa menit jisung tetap tidak sadar, bibir pria itu benar-benar pucat dan felix sangat takut dibuat nya. untungnya nadi jisung masih berdenyut. kalau felix hanya diam disini bagaimana caranya mereka keluar dari tempat ini? kira-kira itulah yang ada di dalam pikiran felix saat ini.

akhirnya felix meletakkan kepala jisung dilantai kemudian mulai berteriak sekencang yang ia bisa sambil berlari mencari jalan keluar dan menjauh dari jisung.

felix menyatukan kedua tangannya di depan bibir sambil berteriak meminta pertolongan, sudah 10 menit ia melakukannya sambil berlari guna menemukan jalan keluar namun semua jerih payah itu tidak membuahkan hasil sama sekali. Kenapa di sekitar sini tidak ada orang sama sekali? felix kembali berteriak sembari menangis putus asa, ia tak peduli se-gelap apapun keadaan sekitar yang membuat nya takut dan ia bersyukur karena terang bulan yang bercahaya sangat membantunya.

keadaaan yang mendesak ini membuat ketakutan felix lenyap entah kemana, karna yang ada di pikiran felix kini hanya jisung yang butuh pertolongan.

"APA ADA ORANG DISINI?! TOLONG ADA YANG TERLUKA DISINI!" felix berteriak dengan sisa-sisa suaranya. "KUMOHON TOLONG BANTU AKU" teriaknya sambil terisak hebat.

"felix!" tubuh felix langsung menegang ketika mendengar suara orang lain memanggil nya.

itu suara—

TBC

maaf ya jarang update huhuhu🙏🏻🙏🏻, aku bakal usahain lebih rajin dan maaf untuk segala kekurangannya

makasih buat yang masih nunggu cerita ini, love you😭😭😭

sampai ketemu di chapter selanjutnya

[1] Ganggu ✔︎ Hyunlix [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang