Chapter 4

2 2 0
                                    

Kami duduk bersebrangan dengan meja di antara kami, tangan ini mengaduk-aduk orange juice di depanku menetralisir hati ini jika menerima berita yang tidak terduga. Karmila, gadis manis berkulit putih bersih dengan rambut hitam panjang sebahu di bentuk shaggy nampak cantik membingkai wajahnya yang ayu dengan mata bulat, hidung mancung dan bibir tipis di tambah dengan tubuhnya yang sedikit berisi namun cukup proposional adalah adik satu-satunya Mas Banyu.

Mas Banyu seperti diriku hanya dua bersaudara. Hubunganku dengan Mila pun terjalin dengan baik, hanya saat sesudah perpisahan aku ingin menjauhkan diri saja dengan keluarga Mas Banyu.

"Aku senang akhirnya bisa bertemu dengan, Mbak Sofia," ucapnya memecah keheningan dan kecangungan di antara kami.

"Mas Banyu, pasti akan senang jika kuberi kabar mengenai hal ini." Lanjutnya lagi.

Ku meminum orange juice di hadapanku berusaha menetralisir kecangunggan ini.

"Maaf, tadi, Mila, mau membicarakan apa sama, Mbak?"

Dia menatapku lama, situasi itu menimbulkan rasa tidak nyaman. Kuaduk-aduk lagi orange juice. Terdengar helaan napas sebelum akhirnya terdengar suara Mila di telingaku.

"Mbak, Mas Banyu, kangen sama Arya, dia ingin bertemu Arya. Izinkan, Mas Banyu bertemu dengannya Mbak, aku mohon padamu sebagai adik." Tangannya erat mengenggam tanganku disertai matanya menatap memohon.

"Sudah enam tahun sejak Mbak berpisah dengan Mas Banyu dan menghilang. Mila, tau Mbak terluka dengan apa yang sudah di lakukan Mas Banyu ke Mbak, Mila juga nggak bisa nyalahin Mbak.

Tapi, Mila juga nggak tega melihat Mas Banyu yang terlihat tersiksa hatinya karena memendam rindu kepada Arya. Mila, juga tau Mas Banyu ingin sekali bertemu dengan Arya dan selalu berusaha mencari keberadaan Mbak. Walaupun, jika Mila tanya Mas Banyu, selalu tidak mengakui." lanjutnya lagi ada getar dari suaranya dan terlihat netranya sudah berkilau dengan airmata.

Ku terdiam sejenak sambil menatap matanya. "Mila, Mbak pindah rumah karena ingin dekat dengan adik Mbak, karena Mbak berpikir jika ada apa-apa. Ada adik Mbak dan suaminya," terangku kepadanya.

"Jadi, bagaimana Mbak? Mbak, izinkan Mas Banyu, bertemu dengan Arya, kan?" desaknya kepadaku.

Kutepuk-tepuk punggung tangannya dengan senyuman kuberucap."In Syaa Allah, Mbak, izinkan karena bagaimanapun juga Arya, adalah anak Mas Banyu darah dagingnya. Mas Banyu berhak bertemu dengan Arya begitu pula Arya berhak bertemu dengan Mas Banyu. Maafkan Mbak ya Mila, jika Mila merasa Mbak, menjauhkan Arya dari Mas Banyu. Mbak, hanya belum bisa mengatasi luka hati kemarin sehingga Mbak menjadi egois terhadap Mas Banyu dan Arya."

Mila beranjak dari bangkunya kemudian, memeluk dan mencium kedua pipiku. "Makasih, Mbak, berita ini akan menjadi oase di hati Mas Banyu," ucapnya dengan mata berbinar dan senyum bahagia di wajahnya.

Aku mengangguk. "Mila, sebaiknya Mas mu jangan hubungi Mbak dulu. Mbak, juga harus mempersiapkan mental Arya untuk bertemu dengan papanya. Karena, sekarang Arya sudah besar sudah bisa berpikir dan juga punya hati dan perasaan. Jadi, Mbak, pikir, Mbak perlu mempersiapkan Arya juga." Ujarku meminta pengertian kepada Mila.

"Baik, Mbak, Mila mengerti. Namun, Mbak, bisa memberikan nomor telepon yang bisa Mila hubungi biar kita tidak hilang komunikasi lagi,"

"Boleh, Mila, Mbak kasih nomor telepon Mbak. Namun, Mila harus kasih pengertian juga ke Mas Banyu, jangan hubungi Mbak dulu. Mbak akan hubungimu, jika Mbak rasa Arya sudah siap secara mental bertemu dengan papanya. Mila harus yakin sama Mbak. Mbak nggak niatan untuk membohongi Mila karena Mila masih bisa menghubungi Mbak kapan pun." Lanjutku lagi kepadanya dengan tetap meminta pengertiannya.

SOFIA (Rahasia di balik perpisahan) TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang