Chapter 29

2 1 0
                                    


Mila dan Arya sedang berada di kamar Banyu, sedangkan aku dan Wira di gazebo yang kemarin tempat Banyu berada pada saat kami datang. Gazebo itu lumayan besar dan nyaman dengan konsep panggung terdapat bantalan sebagai alasnya dan bantal kecil untuk menyandarkan punggung. Aku berpikir ini merupakan salah satu tempat nyaman Mas Banyu sehingga di buat sedemikian rupa.

Mataku menerawang memandang lautan lepas, pikiranku masih belum terlepas dari mencari cara menjelaskan kepada Arya mengenai penyakit Mas Banyu. Aku ingin Arya tidak sedih namun, di sisi lain aku berharap Arya bisa tegar menghadapi ini semua jika ada hal terburuk terjadi pada Mas Banyu.

"Fia." terdengar suara Wira memanggilku

"Ya, Wira," sahutku tanpa mengalihkan pandanganku dari lautan luas di depanku

"Kamu sudah memberitahu Arya mengenai penyakit yang di derita oleh Banyu?"

"Belum, aku belum siap memberitahu kepadanya."

"Menurutku, kamu sebaiknya memberitahu Arya secepatnya. Karena, melihat keadaan Banyu akan ada banyak pertanyaan dari Arya ke depannya."

"Aku masih memikirkan cara penyampaiannya kepada Arya supaya dia tidak kaget, Wir," tungkasku

"Iya kamu benar, memang harus pelan-pelan membicarakan hal ini kepada Arya, karena dia baru berusia 10 tahun." Sahutnya.

"Wir, apa rasa sayang harus seperti ini?" lirihku

"Maksud kamu, Fia?"

"Apakah rasa sayang Mas Banyu kepadaku dan Arya harus seperti ini? Menyembunyikan penyakit dan menghidari kami dengan keputusannya berpisah denganku hanya karena tidak ingin merepotkan dan membuat kami sedih jika suatu saat dia pergi untuk selamanya."

"Bukannya dengan bersikap seperti ini dia malah membuat luka di hatiku dan Arya, Arya ketemu papanya kembali di saat seperti ini dan bisa jadi terburuknya kesehatan Mas Banyu makin menurun? Aku masih nggak paham dengan jalan pikiran Mas Banyu," desahku pelan

Keheningan menyelimuti kami kembali hanya nyanyian burung laut dan suara ombat memukul pantai yang terdengar.

"Fia, aku mencoba memahami pemikiran Banyu. Dia melakukan hal itu memang di landasi dengan rasa sayang yang besar kepadamu dan Arya dan tidak ingin kalian sedih melihat kondisinya apabila terjadi hal yang buruk terhadapnya. Dia hanya ingin di kenang sebagai kenangan yang indah untukmu dan Arya.

Namun, aku juga tidak bisa membenarkan tindakannya karena bagaimanapun keputusan yang diambil menurutku kurang tepat, kalian berdua saling mencintai dan menyayangi jadi kemungkinan kamu nggak mau merawat Banyu nggak akan ada, kalau sedih ya pasti sedih. Itu yang nggak di pikirkan oleh Banyu dengan mengambil keputusan yang tergesa-gesa berpisah denganmu dan menjauhkan Arya dari nya," papar Wira kepadaku.

"Sekarang dari kamu sendiri bagaimana Fia, setelah tau kondisi Banyu seperti ini?"

"Aku akan mendampinginya Wira, berharap kondisinya semakin membaik dan segera ada kabar baik untuk bisa mendapat donor hati. Jika, memang kemungkinan terburuknya mas Banyu harus pergi, dia akan pergi dengan ada aku dan Arya di sampingnya." Ucapku mantap walaupun dengan suara bergetar

"Kamu begitu mencintai Banyu, Fia,"

Aku menoleh, menatap wajahnya. Terlihat rahangnya mengeras namun, pandangan matanya lurus menatap lautan luas tanpa melihat ke arahku.

"Aku mencintainya Wira, walaupun dia sudah mengambil keputusan yang salah terhadap pernikahan kami yang menyebabkan tidak bisa bersatu lagi akibat keputusan yang di ambilnya secara gegabah. Tapi, dalam hatiku yakin bahwa mas Banyu menyanyangiku dan Arya melebihi cinta dan sayangku kepadanya. Aku ingin mendampinginya sampai memang harus berpisah atas kehendak pemilik jiwa dan raga."

SOFIA (Rahasia di balik perpisahan) TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang