Chapter 21

2 1 0
                                    

"Jadi, Mila, belum kembali dari luar negeri Mbok?" Aku sedang berbicara dengan Mbok Jum, di telepon.

"Sama sekali nggak ada kabar dari Mila?" nadaku sedikit mencecarnya.

"Baiklah Mbok, kalo ada kabar mohon kabari saya ya, karena Arya kangen sekali dengan papanya, baik Mbok, Assalamulaikum," pintaku sebelum menutup pembicaraan kami.

"Arrgh ..., " teriakku kesal. Kemana harus mencarinya lagi. Kuacak-acak rambutku, dan tidak menyadari Ana, sudah berdiri di depanku dengan nampan berisi sepiring klapertart dan secangkir ice lemon tea.

Di taruhnya nampan berisi makanan dan minuman di meja dan duduk di hadapanku. Di hanya memandangiku yang terlihat begitu kesal dan putus asa dalam pencarian keberadaan Mas Banyu.

Kuseruput ice lemon tea di hadapanku sambil memandang taman kecil di depanku. "Udah, jambak-jambak rambutnya?" Kumenoleh ke arahnya.

"Mbak, binggung Ana, kemana lagi Mbak harus mencari Mas Banyu? Ini sudah hampir 6 bulan Mas Banyu belum ada kabar sedangkan, aku harus menjawab apa ke Arya." Ucapku frustasi.

"Sabar, Mbak, mungkin ada alasan Mila dan Mas Banyu di balik semua yang mereka lakukan ini." Safana berusaha menenangkanku. Aku mendengkus kesal bercampur sedikit frustasi.

Bunyi bel di atas pintu kedai mengusik kami, terlihat Wira berjalan menuju showcase kue yang di pajang. Aku dan Ana saling tatap, sepertinya apa yang di pikiranku sama dengan apa yang ada di pikiran Ana. Kutunggu Wira menyelesaikan urusannya. Kupanggil dirinya saat terlihat dia sudah selesai dan menuju ke arah pintu.

"Wira!" panggilku. Matanya mencari diriku dan menuju ke arahku setelah melihat keberadaan diriku.

"Hai, Fia, tumben nggak ke toko?" tanyanya sambil menganggukan kepala ke arah Ana. Di taruhnya tas berisi kue di atas meja kami sebelum dia duduk di hadapanku dan Safana.

"Iya, Wir, lagi off dulu ke toko hari ini. Kamu tumben jam segini mampir ke toko Ana, nggak ngantor?"

"Tadi habis meeting dengan klien deket-deket daerah sini, sekalian saja aku mampir membeli kue kesukaan mamaku karena memang hari ini rencananya mau ketemu mama." Terangnya seraya melihat ke Ana.

"Kue Ana, jadi favorit mamaku. Makasih ya Ana sudah bikin kue enak," pujinya kepada Ana.

"Terimakasih Wira, semoga mama suka dan sehat terus ya," ujar Ana tersipu malu mendengar pujian Wira.

"Aamiin, makasih doanya Ana," ucapnya.

"Wir, aku mau nanya, apakah kamu masih berhubungan dengan Mas Banyu?" tanyaku tiba-tiba kepadanya.

Matanya beralih menatapku. "Memangnya kenapa Fia?" Dia bertanya balik dengan pandangan sedikit menyelidik ke arahku.

Kulihat Ana memberikan kode melalui matanya supaya aku mengatakan sesuatu.

"Mas Banyu sudah hampir enam bulan ini nggak bisa aku hubungi, aku sudah berusaha mencari informasi melalui adiknya, namun, adikknya pun menghilang bak di telan bumi. Sedangkan, aku nggak tau tempat tinggal dan kantor Mas Banyu," ujarku dengan nada putus asa.

"Untuk itu, aku tanya kepadamu apakah masih berhubungan dengan Mas Banyu sampai saat ini? Aku mencarinya bukan tanpa alasan. Aku mencarinya karena Arya, anaknya kangen dan ingin bertemu," lanjutku

Dia terpekur sambil mengetuk-ketuk meja dengan buku-buku jarinya. "Beberapa bulan terakhir ini, aku memang jarang berhubungan dengan dia karena memang kesibukanku. Tapi nanti aku coba bantu kamu cari tahu tentang Banyu. Tapi, aku nggak janji bisa cepat ya, Fia," ucapnya

"Iya, nggak apa-apa Wir, setidaknya kamu mau membantu. Aku sangat berterimakasih sebelumnya ya Wir. Aku sudah begitu binggung melihat Arya selalu menanyakan kapan bisa bertemu dengan papanya," ucapku pelan.

"In Syaa Allah, aku usahakan ya Fia, begitu ada kabar, aku segera hubungi kamu," ujarnya lagi. Aku mengangguk, ada secercah harapan di hatiku semoga dengan bantuan Wira, aku bisa mendapatkan informasi tentang keberadaan Mas Banyu.

"Terimakasih ya Wira."

"Iya, makasih ya, Wira, sudah mau membantu Mbak Fia," ucap Ana.

"Sama-sama Fia, Ana. Semoga aku cepat mendapat kabar mengenai Banyu." Kami pun meng-aamiinkan perkataannya.

"Ya, sudah kalau begitu, aku pamit ya. Secepatnya aku kasih kabar jika ada informasi."

"Oke, Wira. Makasih sebelumnya dan salam buat semuanya terutama buat mama ya," ujarku.

Dia mengangguk dan melangkah meninggalkan kami berdua yang berharap penuh melalui Wira Mas Banyu bisa diketahui keberadaannya.

POV Wira :

Kaki ini melangkah keluar dari kedai Ana, meninggalkan Sofia perempuan yang aku cintai yang sangat berharap bisa menemukan jejak mantan suaminya yang menghilang begitu saja meninggalkan seribu tanda tanya di kepalanya. Ah ..., kulihat masih ada cinta di matanya untuk Banyu, selain demi Arya anaknya, aku yakin dia masih mencintai laki-laki itu.

Aku cemburu Fia, karena kamu begitu terlihat mencintai dia walaupun kalian sudah berpisah. Namun, aku akan berusaha membantumu untuk menemukan Banyu demi melihat kau dan Arya bahagia. Tapi, aku pun berharap kamu dan aku bisa bersatu. Salahkan aku mempunyai keinginan seperti itu?

Teringat masa-masa dimana kita masih merajut kasih, dirimu yang terlalu cepat terserang panik seperti saat aku terjatuh dari sepeda motor saat pulang dari mengantarmu, dengan telaten merawatku dengan penuh perhatian. Kamu dengan gaya menghentakkan kaki saat merajuk, Sofia yang sabar dengan senyum manisnya yang selalu bikin hatiku adem.

Aku menyesal tiba-tiba pergi tanpa kabar meninggalkanmu di saat kamu memerlukan aku. Maafkan aku Fia. Aku janji berusaha semampuku untuk membantu menemukan Banyu, walaupun akan menghadapi kenyataan pahit melihat kamu bahagia dengan Banyu.

Tapi kan Banyu, sakit. Semoga ada harapan untukku bersatu dengan Sofia. Astagfirullah, kuberistigfar menyebut nama MU karena sudah berpikiran jahat. Namun, apakah salah kalau aku berharap bisa bersatu dengan Sofia? Astaga, Wira jangan jadi orang jahat. Ah ..., perang batinku membuat aku dilema. Sebaiknya, aku cepat kembali ke rumah dan sholat istikharah untuk meminta petunjuk kepada Allah SWT sambil mencari petunjuk keberadaan Banyu.

🌸🌸🌸🌸🌸

Jangan lupa klik vote dan tinggalkan jejak berupa komen, kritik dan saran.

Terima kasih.

SOFIA (Rahasia di balik perpisahan) TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang