Chapter 15

5 1 0
                                    

Aku lebih sering berada di kedai Ana, setelah dari toko. Liburan Arya, masih berlangsung sehingga Arya lebih senang berada di rumah Ana bermain dengan sepupunya Diandra. Hari ini Mas Banyu datang ke kedai untuk menjemput Arya dan Diandra. Seperti biasa akan mengajak mereka keluar sekedar ke mall atau ke taman bermain.

Aku sedang berbicara dengan Mas Banyu sambil menunggu Arya dan Diandra bersiap. Mas Banyu menanyakan hasil kunjunganku ke Malaysia kemarin dan kemungkinan di lanjutkannya kerjasama antara tokoku dan butik Miss Noor. Mas Banyu, senang sekali mendengar bahwa progress dari kerjasama kami menunjukkan hasil yang baik dia memberikan dukungan kepadaku.

"Banyu?" tiba-tiba ada seseorang menyapa Mas Banyu di saat aku sedang berdiskusi dengannya.

"Wira!" Mas Banyu spontan berdiri dan memeluk lelaki yang telah menyapanya. Tapi ... wait? Wira,? Mas Banyu memanggilnya Wira? Apakah Wira yang sama dengan yang ku kenal?" batinku

Penasaran kumenoleh ke arah samping dan ... Ya Tuhan, dia memang Wira yang aku pikirkan barusan. Mas Banyu menoleh kepadaku dan mengenalkan ku. "Wira, kenalkan ini Sofia."

Sontak ada sinar keterkejutan di manik hitamnya sesaat melihatku. "Sofia? Apa kabar? Wah, Banyu, kalau Sofia, yang ini aku sudah kenal," ujarnya dengan senyum mengembang di wajahnya, Manik hitamnya berubah dari terkejut menjadi berbinar. Itu yang aku lihat saat menatap matanya.

"Oh ya, kenal dimana?" tanya Mas Banyu terkejut.

"Kemarin di pesawat waktu aku membantunya memasukkan koper ke dalam kabin," kekehnya. Dia tidak bilang jika kami pernah dekat.

"Banyu, apakah ini Sofia yang kamu ceritakan waktu di Penang kemarin? Lalu bagaimana dengan dirimu masih melanjutkan check ̶ " ucapannya terputus karena Mas Banyu sudah memotong perkataannya.

"Iya, ini Sofia yang beberapa waktu pernah aku ceritakan kepadamu. By the way, apa yang membuatmu mampir di kedai adik Sofia ini?" tanyanya mengalihkan pembicaraan sebelumnya dengan Wira. Sempat kulihat Mas Banyu memberi kode kepada Wira dan aku merasakan ada sesuatu di kelanjutan ucapan Wira. "Check apa ? apakah Mas Banyu sedang sakit? Ah, nanti kucoba menanyakan kepada Mila." Batinku.

"Ini membeli pesanan kue untuk ibuku, Beliau sangat suka dengan kue-kue yang di jual di sini karena manisnya pas dan tidak bikin eneg. Biasanya ibu datang sendiri, namun, saat ini kondisinya sedang kurang baik dan kebetulan aku sedang ada di rumah ya, aku deh yang jalan sendiri kesini." Paparnya kepada kami. Ku panggil Safana, kebetulan sedang tidak ada customer. Ana menghampiri kami dan kuperkenalkan kepada Wira.

"Ana, kenalkan ini Wira, teman Mbak dan Mas Banyu. Wira, kenalkan ini adikku semata wayang dan Ana kamu tahu bahwa ternyata Ibu Wira langganan kedai kue kamu loh," terangku kepadanya.

"Salam kenal Mas." Ana tersenyum sembari mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Wira. Mereka berjabat tangan. "Alhamdulillah, jika ibu Mas Wira, suka dengan kue yang ada di kedai Ana ini, ngomong-ngomong ibunda Mas, Namanya siapa ya? Karena Sebagian besar jika sudah menjadi langganan kedai ini, In Syaa Allah Ana, ingat," ucapnya.

"Ibu Sekar Larasati, mungkin Ana, ingat?" jawab Wira

"Ibu Sekar toh, inget Mas, ibu tuh langganan soes kering garlic dan chewy browniesku katanya kenyal dan manis dari coklatnya pas, nggak terlalu manis cocok buat orang tua sepertinya." Ungkapnya. "Ya sudah ,aku kembali tugas lagi ya Mas, Mbak. Salam buat ibu Sekar ya Mas Wira." pamit Ana dan dia pun undur diri dari kelompok kami kembali ke pos nya di belakang showcase kuenya.

Sebelum pembicaraan kami berlanjut, tiba-tiba muncul Arya dan Diandra ke dalam kedai menghampiri kami.

"Papa, aku dan Kak Diandra, sudah siap nih," panggilnya kearah Mas Banyu. Dengan sedikit berlari dia menghampiri Mas Banyu dan memeluknya.

"Ayo, Arya dan Diandra, kasih salam dulu sama teman Papa dan Mama, Om Wira." perintah Mas Banyu kepada Arya dan Diandra.

"Eh, Om, kan yang waktu itu kita ketemu di pesawat ya?" celetuk Diandra ketika melihat Wira.

"Iya anak manis, tapi Om belum tahu namamu dan jagoan kecil siapa namamu?" tanya Wira setelah mereka mencium punggung tangan Wira.

"Aku Diandra, Om."

"Aku.Arya" jawab mereka.

"Wah, nama-nama yang bagus, kenalkan nama Om, Wira," ujarnya kepada mereka.

"Ya, sudah kalian sudah siap? kalau sudah yuk, kita berangkat," ajak Mas Banyu.

"Sudah Papa, kami sudah siap. Iya kan Kak?" ucap Arya sambil menoleh ke arah Diandra yang mengangguk dengan wajah ceria.

"Ok, kalau begitu, kalian izin dulu ya karena kita mau berangkat sekarang," titah Mas Banyu kepada mereka.

Mereka pun berlari menuju kearah Safana dan Aji yang sedang berada di balik etalase kue – kue.

"Ayo, jangan berlarian nanti jatuh!" teriakku kepada mereka. Mas Banyu dan Wira, terkekeh melihat kelakuan mereka.

Wira pun ikut berpamitan bersamaan pamitnya Mas Banyu dan anak – anak kepadaku, "Sofia, aku pamit juga ya. Kapan-kapan kita ngobrol lagi, bolehkan Banyu, aku ajak ngobrol Sofia?" Pandangannya melihat ke arah Banyu dia meminta persetujuan untuk di perbolehkan.

Mas Banyu mengangguk."Tentu boleh Wira, karena Sofia wanita bebas. Bebas menentukan dengan siapa dia ingin berteman dan mengobrol. Bukan begitu, Fia?" ucap Mas Banyu kepadaku.

Aku terkejut mendengar perkataannya."I-iya, Mas. Tentu kamu boleh ngobrol dengan ku ... kapan ... kapan." Sedikit terbata ku menjawab dengan suara pelan.

"Ok, aku pamit dulu ya Sofia, sampai bertemu nanti sore saat aku mengantar anak-anak kembali ke sini." Pamit Mas Banyu. Aku pun mengantar mereka menuju mobil Mas Banyu.

*****

Setelah mengantar mereka pergi, kuambil ponselku dan ku pencet sebuah nomor telepon setelah beberapa kali nada tunggu akhirnya terdengar suara Mila di seberang sana.

[Assalamuaikum, Mbak. Tumben telepon aku ada apa nih?]

[Waalaikumussalam, Mila. Bisa kita bertemu hari ini?]

[In Syaa Allah, bisa Mbak, jam berapa dan dimana?]

[Jam satu siang di kedai Mbak Ana, bisa?]

[Bisa Mbak, ya sudah sampai bertemu ya Mbak]

[Ok, Mbak, tunggu ya. Assalamualaikum]

[Waalaikusalam]

Ku akhiri percakapan dengan Mila, aku harus tahu apa yang terjadi dengan Mas Banyu, tekadku,

*****

"Katakan Mila, ada apa dengan Mas Banyu," kataku sedikit mendesaknya untuk mengatakan sejujurnya mengenai Mas Banyu.

"Mbak, melihat keadaan fisiknya yang menyusut drastis, mata dan kulitnya menguning serta perutnya sedikit membesar. Ada apa Mila?" desakku lagi.

Kulihat Mila hanya menunduk dan meremas kedua tangannya.Ya, saat Mila ini dia sudah berada di depanku. Kugenggam tangannya seraya mengoncangkan pelan berharap dia menjawab pertanyaanku.

"Maaf Mila, jika Mbak, sedikit memaksa kamu. Karena Mbak, khawatir akan keadaan Mas Banyu dan Mbak, yakin jika bertanya kepadanya pasti dia tidak mau memberitahu sehingga satu-satunya jalan, Mbak, bertanya kepadamu karena Mbak, masih ̶ ̶." Ucapanku terputus karena tiba-tiba Mila mendonggakan wajahnya kearahku dengan gurat kesedihan ada anak sungai mengalir di pipinya.

Aku tertegun melihat wajahnya yang seperti itu. Tanda tanya semakin besar membuncah di kepalaku dan mataku menuntut jawabannya kepadanya.

🌸🌸🌸🌸🌸

Jangan lupa klik vote dan tinggalin jejak berupa komen, saran dan kritik ya. Terima kasih.

SOFIA (Rahasia di balik perpisahan) TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang