Chapter 14

3 1 0
                                    

Hari terakhir liburan kami di isi dengan mengajak anak-anak membeli coklat ke tempat yang sudah terkenal jika kita berkunjung ke sini namanya Chocolate Gallery Malaysia yang merupakan salah satu toko cokelat tertua di Kuala Lumpur dan pembayarannya bisa menggunakan uang Indonesia. Kami menghabiskan waktu lumayan lama di toko cokelat tersebut karena binggung karena banyak rasa yang mereka suka. Setelah dari sana lanjut ke Suria KLCC untuk makan siang di sana sekalian berfoto ria dengan Menara Petronas iconnya negeri jiran ini. Karena esok hari kami sudah harus pulang kembali ke Indonesia.

****

Malam hari ketika suasana sedang santai aku dan Wina memberikan gift yang sudah kami siapkan kepada Astri dan Holi yaitu, produk kami dsn produk dari butik Miss Noor.

"Astri, Holi."

"Kami ada sedikit oleh-oleh buat kalian. Sebenarnya ini produk dari toko kami dan ada juga yang dari butik Miss Noor. Mohon di terima ya dan jangan menolak," tegasku seraya memberikan beberapa paper bag yang sudah kami siapkan kepada mereka.

"Wah, bagus banget Mbak. Aku suka dan yang buat Mas Holi juga keren nih." Matanya berbinar saat membuka kotak dalam paper bag dan melihat satu persatu pemberian kami.

"Iya Mbak, bagus ini. Terimakasih banyak ya Mbak," ucap Holi senang sambil mengamati pakaian yang kami berikan.

Wina tersenyum senang sembari berucap, "Alhamdulillah, jika kalian suka dengan pemberian kami."

"Senang banget Mbak, nanti akan kupakai dan promosikan ke teman-temanku di sini supaya jika mereka ke Indonesia bisa belanja di toko Mbak," ujarnya antusias.

Kami pun tersenyum senang karena tidak sia-sia pemberian kami di sambut dengan antusias seperti itu. Merupakan kepuasan tersendiri bagi kami jika produk yang kami buat bisa membahagiakan orang yang memakainya.

*****

"Arya, Diandra, cepat Nak, selesaikan koper kalian!" titahku kepada mereka berdua. Karena kulihat mereka masih bercanda saja.

"Oke Bunda," jawab Arya. "Iya Bude." Disusul suara Diandra menjawab perintahku.

"Ayo, cepat Tante Wina dan Afzer, sudah duluan selesai. Mereka sudah menunggu di meja malan bersama Tante Astri dan Om Holi," ujarku sedikit kesal karena tidak enak membiarkan mereka menunggu kami.

Kami di antar oleh Astri dan Holi ke Airport KLIA, jadwal penerbangan kami memang sengaja kami pilih sedikit pagi sekitar jam satu siang waktu Malaysia dengan pertimbangan supaya hari masih sore saat tiba di Jakarta dan belum macet.

Setelah berpelukan cukup lama, kami pun berpisah dengan pasutri yang baik hati itu dan kami berjanji akan sering berkomunikasi.

*****

Aku sedikit kesulitan mengangkat koper ke kabin yang ada di atas tempat dudukku saat ada seseorang yang bertanya kepadaku," Excuse me, it seems you have a little trouble putting your suitcase in the cabin. Let me help you." Tangannya tiba-tiba sudah membantu mendorong koperku masuk ke dalam kabin dan dia menutupnya.

"Thank you for helping," ucapku kepadanya. Saat mata ini melihat wajahnya, aku terkejut sepertinya aku mengenalnya.

Dengan ragu ku berkata,"Wira? Wira Nayaka?"

Dia pun tampak terkejut dan menatapku lebih teliti sebelum berkata," Sofia? Sofia Arkadewi?" balik bertanya kepadaku.

Di saat kami masih sama-sama terkejut, seorang pramugari mengingatkan kami untuk segera duduk. Dia ternyata duduk di sebelahku satu deret dengan Wina dan Afzer, sedangkan aku duduk berderetan dengan Arya dan Diandra. Posisi duduk kami sama-sama di bagian lorong pesawat. Suara Arya, membuatku berhenti mengingat Wira.

"Bunda, aku mau tidur boleh ya? Aku masih mengantuk."

"Dasar, tukang tidur kamu Arya, pesawat belum juga jalan kamu sudah mau tidur," celetuk Diandra sambil menjitak pelan kepala Arya.

"Ih, Kakak aku kan masih mengantuk," ujarnya seraya menjauhkan tangan Diandra dari kepalanya.

Aku terkekeh melihat kelakuan mereka berdua." Iya. Sayang. Nggak apa-apa kalau mau tidur lagi tapi tunggu saat pesawat sudah di atas ya." Kuberikan izin sekaligus informasi kepadanya jika tidurnya dilakukan saat pesawat sudah berada di atas.

Dia mengangguk menurut padaku. "Diandra, kalau kamu mau tidur juga nggak apa-apa nanti Bude bangunin jika sudah mau sampai." Tawarku padanya.

"Nggak Bude, aku mau lihat pemandangan dari ketinggian saja." Ucapnya kepadaku karena kebetulan dia duduk di dekat jendela.

"Ya sudah, terserah kamu saja ya. Sayang."

Aku dan Wira, saling melempar senyum belum ada dari kami yang memulai percakapan. Mungkin karena sama-sama tidak enak jika mengobrol dengan posisi letak tempat duduk kami, takutnya menganggu orang yang berada di sekitar kami.

Akhirnya aku memilih memejamkan mata mengikuti Arya. Tidur ayam-ayamku terusik saat pramugari menawarkan makanan dan minuman di lorong pesawat. Kubuka mata ini dan melihat kereta dorong yang berisi makanan dan minuman tepat di sebelahku.

Kurasakan lenganku di sentuh oleh Diandra. "Ada apa Diandra? Kamu haus?" tanyaku. Dia mengangguk.

"Diandra boleh pesan nggak, Bude?" harapnya.

"Boleh, Sayang. Kamu pesan saja sekalian, Bude juga mau belikan buat Arya, takutnya nanti dia haus saat bangun." Senyumnya sumringah saat aku mengizinkannya. Kutawarkan Wina dan Afzer yang duduk di seberang tempat dudukku. Ternyata, mereka sudah memesan terlebih dahulu hehehe.

Ketika aku mau membayarnya. "Sudah, aku yang bayar saja Fia, sekalian aku juga memesan minuman juga kok," ucap laki-laki di sebelahku yang terhalang oleh kontainer makanan dan minuman sambil memberikan uang kepada Pramugari.

Aku tertegun melihat ke arahnya beberapa detik sempat terdiam melihat tindakannya sampai akhirnya aku berkata," Nggak usah Wira, aku bayar sendiri saja."

"Sudah nggak apa-apa," tukasnya sambil tersenyum manis ke arahku.

"Eh, iya makasih ya Pak, sudah bayarin pesanan saya dan anak saya juga," ucap Wina kepadanya. Dia mengangguk sambil tersenyum.

"Sama-sama Bu, teman Sofia, juga?" Tanyanya ramah kepada Wina.

"Iya, Pak, by the way jangan panggil Ibu, Wina, saja," ralatnya. "Bapak, temannya Sofia, juga?" lanjutnya lagi berupa pertanyaan kepadanya.

"Ok, baik Wina, salam kenal ya. Aku Wira, teman SMA nya Sofia. Wina, sendiri berteman dengan Fia, sudah lama?" tanyanya balik kepada Wina

"Salam kenal ya Wira, iya kami berteman sejak kuliah sampai masing-masing dari kami menikah dan memiliki anak dan, sekarang menjadi partner bisnis." Ungkapnya panjang lebar memberikan info kepada Wira.

"Ehem ... Wina," panggilku. Mataku memberikan kode supaya dia tidak terlalu banyak bicara kepada Wira. Alhamdulillah sepertinya dia paham dengan kodeku.

"Wira, terimakasih ya buat traktirannya. Kapan-kapan aku gantian traktir kamu ya," ujarku. Dia hanya mengangguk dan kembali menghadap Wina sepertinya ingin melanjutkan obrolan kembali dengannya. Aku mendengkus ada rasa khawatir Wina keceplosan cerita mengenai keadaanku. Kutepis pikiran itu dan kembali memejamkan mata. Sayup-sayup terdengar suara pelan Wina dan Wira masih asyik berbicara.

Semoga bukan membicarakan diriku doaku dalam hati. Setelah mendarat Wira meminta nomor ponselku dengan alasan siapa tahu nanti dia butuh pakaian muslimah bisa mampir ke toko kami. Kuberikan nomor ponselku dan sebagai gantinya dia memberikan kartu namanya kepadaku. Tanpa sempat kubaca langsung kumasukkan saja ke dalam tas tanganku. Masih berharap Wina tidak bercerita banyak mengenai diriku ke Wira.

🌸🌸🌸🌸🌸

Jangan lupa klik vote dan tinggalin jejak komen, saran dan kritik ya. Terima kasih.

SOFIA (Rahasia di balik perpisahan) TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang