Chapter 38

2 1 0
                                    


Di sela-sela pembicaraan Wira dan Arya serta canda tawa mereka, aku termenung teringat akan isi surat dari mas Banyu kepadaku.

*****

Flasback on :

Aku mencari Mila karena hendak pamit pulang setelah selesai membantu membereskan rumah Mila setelah acara tahlilan mas Banyu usai. Mataku menyisir ruangan hingga akhirnya mataku bertemu dengan matanya, kemudian dia menghampiriku.

"Mbak," ucapnya.

"Ya, Mila," sahutku

"Ikut Mila sebentar ada yang ingin Mila kasih ke Mbak," lanjutnya lagi sambil menuntun tanganku menuju ke arah kamar tidurnya.

Sesampainya di sana, aku duduk di sofa kecil di dalam kamarnya. Dia melangkah menuju meja rias dan membuka laci yang berada di bawah meja rias tersebut. Kemudian di keluarkannya sepucuk surat berwarna cream muda.

Mila pun duduk di sebelahku dan menyerahkan surat itu kepadaku. Dengan suara lirih dia berkata, "Mbak, ini surat dari almarhum mas Banyu, jauh hari sebelum mas Banyu meninggalkan kita untuk selamanya dia berpesan untuk memberikan surat ini kepada Mbak setelah dia benar-benar pergi."

Kuterima surat itu dari tangan Mila, kupandang wajah Mila. Netranya kembali berkaca ada segaris tipis air mata mengalir dari sudut matanya. Kuhapus air mata itu dengan jari tanganku.

"Sudah Mila, ikhlaskan mas Banyu. Mbak pun sebenarnya berat melepaskan mas Banyu. Tapi Mbak pikir mungkin dengan perginya mas Banyu ̶̶ ̶ dia akan merasa tenang di sana. Kita doakan yang terbaik untuk mas Banyu ya,Mila."

Aku berusaha menenangkan Mila, sedangkan sebenarnya hatiku pun masih berusaha ikhlas melepaskan mas Banyu.

"Iya, Mbak, Mila akan berusah ikhlas melepaskan mas Banyu dan Mila minta hubungan kita tetap terjalin ya walapun sudah tidak ada mas Banyu," isaknya sambil memeluk diriku.

Kubelai pelan rambut Mila. "In Syaa Allah Mila, hubungan kita tetap terjalin karena kamu tetap adikku dan tantenya Arya."

"Terima kasih Mbak Fia, sudah merawat mas Banyu selama sakit. Mila sayang banget sama Mbak dan Arya," ujarnya di sela-sela isakan pelannya.

"Sama-sama Mila, kita ini keluarga harus saling membantu dan meyayangi," sahutku.

Perbincangan kami terhenti saat terdengar suara Arya mencariku. Kami pun keluar dari kamar Mila.

"Eh ... Bunda, Arya mencari Bunda dari tadi," ucapnya saat melihat aku dan Mila.

"Ada apa, Nak? Tadi Bunda di kamar Tante Mila."

"Tante Ana sekeluarga mau pulang, mau pamit sama Bunda dan Tante Mila," terangnya.

"O, ya sudah kita sekalian pulang juga ya." Arya pun mengangguk

Kami semua berpamitan kepada keluarga Mila di sertai dengan ucapan dari Mila kembali untuk tidak memutus tali silaturahmi.

*****

Kubolak-balik surat dari mas Banyu di tanganku. Kadang ku taruh di meja sebelah tempat tidurku. Kulirik lagi. Ah ... ada perasaan takut untuk membuka surat itu. Aku pun tidak tahu aku takut kenapa berbagai macam perasaan berkecamuk di hatiku.

Akhirnya kuberanikan diri untuk membuka surat itu setelah hampir satu minggu tergeletak di dalam meja kecil sebelah tempat tidurku. Dengan perlahan kubuka dan mataku menulusuri tulisan demi tulisan di dalamnya.

Dear Sofia,

Saat kamu membaca surat ini berarati aku sudah pergi meninggalkanmu. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku sangat mencintaimu dan Arya buah hati kita.

Maafkan aku yang tidak bisa memegang janji pernikahan kita

Maafkan aku yang selama ini diam tanpa memberikan penjelasan kepadamu

Semua kulakukan demi kebahagiaanmu dan anak kita

Cukup aku saja yang tersiksa dengan perasaan ini

Perasaan rindu, ingin memelukmu dan anak kita yang semakin besar dan tampan

Cukup aku sendiri yang merasakan betapa menyiksanya rasa itu

Semua kebodohan ini aku lakukan karena aku amat sangat mencintaimu dan anak kita

Aku tidak ingin kalian menderita karenaku

Maafkan aku ... SOFIA

PS : Aku berharap kamu bisa membuka hati untuk Wira, dia lelaki yang baik, mencintaimu dan Arya dengan tulus. Aku tahu ada kisah yang indah antara kalian di masa lalu. Jadi biarkan kisah indah hadir kembali di hatimu, bukalah hatimu untuk Wira dan Mas pikir Wira sosok lelaki yang pantas untuk menjadi lelaki yang akan menjadi panutan untuk Arya sekaligus menjadi imam yang baik untukmu juga menemanimu membesarkan anak kita. Mas yakin Wira adalah lelaki yang baik. Sekali lagi maafkan mas yang hanya bisa membuatmu menanggis.

Mas Banyu yang selalu mencintaimu ... SOFIA

Air mataku berderai saat membaca surat itu. Aku berusaha mencerna lagi mengenai permintaan mas Banyu. Semua harus kupertimbangan dengan matang karena melibatkan aku dan juga Arya.

Kurebahkan tubuh ini di ranjang, tambah penuh saja pikiranku setelah membaca surat dari mas Banyu. Biarlah ku istirahatkan tubuh dan pikiran ini dulu, nanti aku pikirkan langkah selanjutnya besok setelah pikiranku segar kembali.

Flasback end.

Bersambung ....


🌸🌸🌸🌸🌸

Jangan lupa klik vote dan tinggalin jejak berupa komen, kritik dan saran ya...

Terima kasih

SOFIA (Rahasia di balik perpisahan) TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang