°Chapter Enam Belas°

152 21 4
                                    

Happy Reading Guys 😘
🍀🍀🍀

°
°
°

"Everyone is like a moon,

has a dark side which they
never show to anybody.."
-Mark Twain-

°
°
°

Quotes dari Mark Twain itu adalah salah sata Quote yang menurut Esa sangat relate dengan kehidupan di dunia ini, masing-masing orang memiliki sisi yang ingin mereka sembunyikan dari orang lain dan Esa mengakui bahwa dirinya bukanlah seorang pria suci yang memiliki kehidupan lurus-lurus saja.

Ada kalanya Esa melepaskan topeng anak baik yang selalu dia gunakan dan mendatangi tempat hiburan untuk membeli minuman yang bisa membantu melepaskan penatnya, awalnya ia hanya terpaksa menjemput Randy saat pria itu terkapar karena terlalu banyak menenggak cairan haram itu.

Yah, entahlah mungkin saat itu setan sedang giat menggodanya sebab sejak tidak sengaja meminum minuman itu dirumah Randy, Esa jadi makin penasaran dan alhasil cairan yang sebenarnya dilarang dalam agamanya itu kini menjadi salah satu alternatif tercepat untuknya melepaskan semua beban pikiran. Tidak setiap hari memang namun sekali dalam sebulan pasti ada waktu dimana Esa mencari cairan itu untuk merilekskan diri.

Seperti malam ini, Esa baru tiba di tower tempat tinggalnya pukul setengah dua dini hari usai merilekskan pikiran bersama Randy di tempat tinggal pria itu, yap mereka memang lebih sering menikmati minuman itu di rumah ketimbang ditempat hiburan a.k.a club malam karena suasana lebih tenang dan lebih bersih, mereka tidak suka berada diruangan yang terlalu menyimpan polusi dari asap rokok atau suara bising. Biar bagaimana pun mereka masih memikirkan kesehatan paru-paru mereka, meski kalau dipikir-pikir lagi minuman beralkohol juga bisa mengganggu kesehatan.

Setelah menyapa satpam yang berjaga dengan santai Esa melangkah masuk ke kotak besi yang akan membawanya kelantai atas, hanya beberapa saat pintu besi dihadapannya kembali terbuka begitu tiba di lantai sebelas.

Esa tidak mabuk, dia masih cukup sadar meski kepalanya memang sedikit terasa berat, dia yakin sekali bahwa tidak sedang berhalusinasi saat matanya menangkap sosok yang dia kenal sedang berjongkok disamping pintu unitnya. Esa melangkah tergesa, secara ajaib tiba-tiba rasa berat dikepalanya hilang begitu saja, yang ada dibenak Esa hanya memastikan dia tidak salah melihat.

"Hey... Apa yang kamu—"

Kalimat Esa menggantung diudara, matanya membola dan lidahnya kelu seketika begitu wajah yang sebelumnya tersembunyi diantara lutut itu tampak, menampilkan bukti bahwa sang pemilik wajah sedang tidak dalam kondisi baik, Mata sembab, pucuk hidung memerah, pipi basah dengan tanda kemerahan di pipi kanan dan ujung bibir yang tampak sedikit luka ada bekas jejak darah disana. Ah, tiba-tiba amarah Esa tersulut

Esa membuka pintu apartmentnya sebelum membungkukkan tubuhnya didepan gadis itu, tanpa aba-aba mengangkat ala Bridal Style tubuh si gadis sampai dengan refleks dia memekik seraya melingkarkan tangan dileher Esa.

Begitu langkahnya tiba di ruang tengah dengan perlahan Esa menurunkan tubuh dalam gendongannya itu ke sofa, kemudian sibuk mengambil handuk kecil, batu Es dan kotak P3K dalam diam. Bahkan saat mengompres pipi dan memberikan salep di sudut bibir gadis itu, Esa memilih bungkam, berusaha meredam amarah yang tiba-tiba muncul saat melihat kondisi Gadis dihadapannya kini

"Sejak kapan kamu di depan sana?" Tanya Esa memecah keheningan, sebelum beranjak merapikan peralatan yang dipakai untuk mengobati luka Felli tadi lalu mengambil air mineral botol dari dalam kulkas

Only You, Always.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang